Subscribe

RSS Feed (xml)



Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Senin, 29 Desember 2008

Teman-teman yang sedang kecewa dengan persahabatan, renungkanlah…….!’

Mampukah kita membayangkan persahabatan tanpa cinta.........?…
Persahabatan dan cinta adalah teman terbaik, karena di mana ada cinta….persahabatan selalu ada di sampingnya.

Apakah saya sudah menjalani persahabatan dengan benar’ dan cobalah memahami arti persahabatan buat hidupmu.Keinginan, semangat, pengertian, kematangan, kelemahlembutan dan segala hal yg baik akan kita temui dalam persahabatan....

Mengutip pernyataan saudaraku "Persahabatan itu seindah kerdip bintang dilangit......tapi keindahannya, .............???...ketika kita lihat dari bentuk sinarnya...mungkin runcingan sinarnya kan mampu menusuk kita, kapanpun, dimanapun.....

Di mana persahabatan berada, cinta selalu tersenyum ceria dan tidak pernah meninggalkan persahabatan.Pada suatu hari persahabatan mulai berpikir bahwa cinta tlah membuat dirinya tidak mendapat perhatian lagi karena persahabatan mengganggap cinta lebih menarik dari pada dirinya.Hmm…..seandainya tidak ada cinta mungkin aku lebih terkenal, dan lebih banyak orang memberi perhatian kepadaku’ begitu pikir persahabatan.Sejak hari itu persahabatan memusuhi cinta. Ketika cinta mulai bermain bersama persahabatan selalu seperti akan menjauhi cinta. Apabila cinta bertanya kenapa persahabatan menjauhi dirinya….persahabatan hanya amemalingkan wajah dan menghindar meninggalkan cinta.

Kesedihan pun menghampiri cinta,dan cinta tidak sanggup menahan air matanya lalu menangis tersedu-sedu.Kesedihan hanya termangu memandang cinta yang kehilangan teman baiknya.Beberapa hari tanpa cinta, persahabatan mulai bergaul dengan kecewa, putus asa,kemarahan dan kebencian. Persahabatan mulai kehilangan sifat manisnya, dan orang-orang mulai tidak menyukai persahabatan. Persahabatan mulai dijauhi dan tidak disukai lagi. Walaupun persahabatan cantik, tetapi sifatnya mulai memuakkan.

Persahabatan menyadari dirinya bahwa tidak lagi di sukai lantaran banyak orang yg menjauhi dirinya …persahabatan mulai menyesali keadaannya, dan saat itulah kesedihan melihat persahabatan….lalu menyampaikan kepada cinta bahwa persahabatan dalam kedukaan.Dengan segera cinta berlari dan menghampiri persahabatan. Saat persahabatan melihat cinta menghampiri dirinya, dengan air mata yg berlinang persahabatan pun meluapkan seribu penyesalannya meninggalkan cinta. Akhirnya..persahabatan dan cinta kembali menjadi teman baik,persahabatan kembali menjadi pribadi yang menyenangkan dan cinta pun kembali tersenyum ceria. Semua orang akhirnya melihat kedua teman baik itu sebagai berkat dan anugrah dalam kehidupan.

Mampukah persahabatan tanpa cinta?

Mampukah cinta tanpa persahabatan??

Sering kali kita temui banyak orang memisahkan persahabatan dan cinta karena mereka berpikir kalau persahabatan sudah diselami dengan cinta, pasti akan menjadi sulit. Terutama bagi mereka yg menjalin persahabatan antara lelaki dan wanita.Persahabatan merupakan bentuk hubungan yg indah antara manusia, di mana cinta hadir untuk memberikan senyumnya dan mewarnai persahabatan.Tanpa cinta, persahabatan mungkin akan di isi dengan kecewa,benci, marah, egois dan berbagai hal yg membuat persahabatan tidak lagi indah.Berhentilah membuat batas antara cinta dan persahabatan,biarkanlah mereka tetap menjadi teman baik, yang harus di luruskan adalah cinta bukanlah perusak persahabatan. Cinta memperindah persahabatan kita. sering kali cinta cuman dijadikan kambing hitam sebagai perusak sebuah persahabatan. Salah besar!! seharusnya dengan adanya cinta, persahabatan akan semakin menyenangkan. Teman-teman yang sedang mengalami goncangan dalam persahabatan, jangan

salahkan cinta! tetapi cobalah perbaiki persahabatanmu dengan cinta,karena cinta akan menutupi segala kesalahan, mengampuni dengan mudah dan membuat sesuatu yg tidak mungkin menjadi mungkin.Teman-teman yg belum mengerti arti persahabatan ….cobalah memulai sebuah persahabatan, karena dengan persahabatan kalian akan semakin dewasa, tidak egois dan belajar untuk mengerti. bahwa segala sesuatu tidak selalu terjadi dengan keinginan kita. Teman-teman yang sedang kecewa dengan persahabatan, renungkanlah…….’
Read More..

Jumat, 26 Desember 2008

"Muhasabah Cinta Illahi"

Muhasabah Cinta - EdCoustic

Wahai pemilik nyawaku
Betapa lemah diriku ini
Berat ujian dari-Mu
Ku pasrahkan semua pada-Mu

Tuhan baru ku sadar
Indah nikmat sehat itu
Tak pandai aku bersyukur
Kini ku harapkan cinta-Mu

Reff:
Kata-kata cinta terucap indah
Mengalun berzikir di kidung doaku
Sakit yang ku rasa biar jadi penawar dosaku
Butir-butir cinta air mataku
Teringat semua yang Kau beri untukku
Ampuni khilaf dan salah selama ini
Ya Illahi muhasabah cintaku

Tuhan kuatkan aku
Lindungiku dari putus asa
Jika ku harus mati
Pertemukan aku dengan-Mu

Back to Reff:


para pecinta sejati tak suka berjanji,
tapi begitu mereka memutuskan untuk mencintai,
mereka akan segera membuat rencana untuk memberi....
-M. Anis Matta-


Allah Engkau dekat
penuh kasih sayang
takkan pernah Engkau biarkan hambaMu menangis
karena kemurahanMu karena kasih sayangMu
-opick-

Apa yang kau rasa ketika hati mendengar senandungnya?
Adakah sesuatu yang menelusup jauh ke relung hatimu?
Dan kau tak tahu benar apakah itu.

kakimu telah lelah merantau
menyisir pasir pantai tak berjejak
menerobos gerimis rancak berdecak
menyusuri kemarau yang mendesau
menguliti dedaunan hingga tinggal tulang belulangnya
kakimu telah lelah merantau
menjaga bayangbayang agar tak tersesat
memperbaiki nasib yang berayun di gendongan kehidupan yang terus melesat
masih, kau mencari keselarasan di hadapan penguasa tanpa batas

mari kuberitahu kau tentang sesuatu...
alangkah lembut jalan yang terbentang dalam jiwa sesudah hati berkata,
"cinta, kau begitu dekat...terlalu dekat hingga kurasakan hadirmu setiap saat"


antarkan aku pada kata
agar mampu kuungkap semua rasa
yang memainkan nuansanya dalam jiwa.....
Read More..

Selasa, 16 September 2008

Trik dan Tata Cara Menyambut Malaikat Maut

1. Dengan iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk

2. Dengan senantiasa memelihara shalat lima waktu tepat pada waktunya dengan berjamaah di masjid bersama kaum muslimin, disertai dengan kekhusyukan dan perenungan makna-maknanya. Sedangkan shalatnya kaum wanita di dalam rumah adalah lebih utama

3. Dengan mengeluarkan zakat yang diwajibkan tepat pada waktunya, sesuai dengan ukuran dan kriterianya berdasarkan syara’

4. Dengan berpuasa ramadhan di dasari keimanan dan mengharap pahala dari Allah
Dengan haji mabrur, karena tidak ada balasan bagi haji mabrur ini melainkan surga.
5. Sedangkan umroh pada bulan ramadhan setara dengan menunaikan haji bersama Nabi saw
Dengan mengerjakan ibadah-ibadah sunnah tambahan (nafilah), yaitu ibadah selain fardhu, baik berkenaan dengan shalat, zakat, puasa maupun haji. Allah SWT berfirman dalam hadist qudsi : “Dan hamba-Ku masih saja mendekat kepad-Ku dengan ibadah-ibadah nafilah, sehingga Aku mencintainya”

6. Dengan segera bertaubat yang setulus-tulusnya dari segala kemaksiatan dan kemungkaran, dan dengan berjanji untuk selalu mengisi waktu-waktu yang ia miliki dengan banyak beristighfar, berdzikir, serta melaksanakan segala jenis ketaatan lain.

7. Dengan memurnikan ibadah kepada Allah (ikhlas kepada-Nya), dan meninggalkan riya’ dalam segala hal. Allah SWT berfirman : “Mereka tidaklah diperintahkan agar beribadah kepada Allah dengan memurnikan kepatuhan kepada-Nya dalam melaksanakan agama dengan lurus” (QS. Al-Bayyinah : 5)

8. Dengan mencintai Allah dan rasul-Nya. Kecintaan kepada Allah tidak akan terwujud kecuali harus disertai dengan kecintaan kepada Nabi Muhammad saw, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah : “Katakanlah, jika kau (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu” (QS. Ali Imron : 31)
9. Dengan memberikan kecintaan karena Allah dan benci karena Allah pula, serta memberikan loyalitas karena Allah. Ini berarti mencintai perbuatan yang Allah cintai seperti beribadah, berdzikir dan melakukan amal kebajikan, benci karena Allah berarti membenci hal-hal yang tidak disukai Allah seperti zinah, ghibah, serta perbuatan maksiat lainnya.

10. Dengan rasa takut kepada Allah Yang Maha Mulia, mengamalkan kandungan Al-Qur’an, ridha dengan yang sedkit, dan mempersiapkan diri menghadapi hari perjalanan menuju hisab. Ini adalah hakikat takwa

11. Dengan bersabar dalam menghadapi cobaan, bersyukur ketika memperoleh kelonggaran, selalu merasa diawasi oleh Allah, baik dalam keadaan sembunyi maupun terbuka, serta dengan mengharap anugerah dan karunia yang ada di sisi-Nya
12. Dengan bertawakal (pasrah) seutuhnya kepada Allah SWT. Allah berfirman “Hanya kepada Allah-lah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman” (QS. Al-Maidah: 23)

13. Dengan menuntut ilmu yang bermanfaat, serta berusaha menyebarkan dan mengajarkannya. Allah SWT berfiman “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa tingkat” (QS. Al-Mujadilah: 11) dan juga firman Allah SWT “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia dan jangan sampai kamu menyembunyikannya” (QS. Ali Imron: 187)

14. Dengan mengagungkan Al-Qur’an. Yaitu dengan cara mempelajarinya, mengajarkannya, menjaga batasan-batasan dan huku-hukumnya, serta mengenali apa yang dihalalkan dan apa yang diharamkannya. Nabi saw bersabda “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari)

15. Dengan jihad di jalan Allah, bersiaga selalu dan berjaga di perbatasan musuh, serta tidak lari dari medan laga. Nabi saw bersabda “Janganlah kamu mengharap-harap bertemu musuh dan mohonlah kesehatan kepada Allah. Namun jika kamu bertemu dengan mereka, bersabarlah. Ketahuilah bahwa surga itu di bawah naungan pedang” (Muttafaqun ‘alaih)

16. Dengan menjaga lidah dari hal-hal yang haram seperti dusta, ghibah (menggunjing), mengadu domba dan memfitnah, mencaci, mengutuk, serta berkata dan bernyanyi kotor. Nabi saw bersabda “siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhi hendaklah berkata baik atau (memilih) diam” (Muttafaqun ‘alaih)

17. Dengan memenuhi janji, menunaikan amanat kepada yang berhak, serta tidak berkhianat dan menipu. Allah SWT berfirman “Penuhilah janji-janjimu” (QS. Al-Maidah :1) dan “hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya” (QS. Al-Baqarah : 283)
Dengan meninggalkan zina, minum-minuman keras, membunuh jiwa, berbuat zhali, mencuri, makan harta orang lain secara bathil, makan barang riba, dan makan segala yang tidak menjadi haknya menurut syara’. Allah SWT berfirman “Katakanlah, sesungguhnya Rabbku mengharakan perbuatan keji yang tampak maupun yang tersembunyi” (QS. Al-A’raf : 33)

18. Dengan bersikap wara’ dalam hal makanan dan minuman, serta menjauhi barang yang tidak halal.

19. Dengan berbakti kepada kedua orang tua, bersilaturahmi, mengunjungi saudara dan bersabar menghadapi gangguan mereka, serta berbuat baik kepada orang lain yang berada dekat dengan kita maupun yang jauh.

20. Dengan menjenguk orang yang sakit, berziarah kubur dan mengiringi jenzah. Sebab, itu semua akan mengingatkan kepada akhirat dan menganggap rendah dunia.

21. Dengan tidak mengenakan pakaian dan aksesoris yang diharamkan, seperti sutra, emas dan isbal (memanjangkan pakaian hingga melampaui mata kaki) bagi kaum pria, atau menggunakan bejana-bejana yang terbuat dari emas dan perak untuk makan dan minum. Semuanya itu hukumnya haram.

22. Dengan memakai jilbab yang sempurna dan menutupi aurat bagi kaum wanita, yang tidak bisa menggambarkan lekuk tubuhnya dan juga tidak tipis, tidak menarik pandangan orang lain untuk melihatnya dan tidak menimbulkan fitnah, serta menjauhi tasyabbuh (meniru-niru, menyerupai) kaum wanita kafir dalam berpakaian, dimana pakaian yang mereja kenakan itu memang sengaja dibuat untuk menimbulkan fitnah dan membangkitkan nafsu birahi.
23. Dengan sederhana dalam membelanjakan harta, menjaga nikmat, dan tidak berbuat tabdzir (pemborosan)

24. Dengan meninggalkan perbuatan khianat, dengki, iri hati, permusuhan, kebencianm serta menggunjing harga diri kaum muslimin dan muslimat tanpa ada alasan yang benar.
Dengan memerintahkan yang makruf dan mencegah yang mungkar, menyeru kepada Allah dengan menempuh jalan hikmah dan bimbingan yang baik.

25. Dengan berbuat adil terhadap sesama manusia serta saling menolong dalam kebajikan dan takwa

26. Dengan berpegang kepada akhlak mulia seperti rendah diri, penyayang, sabar, malu, pemaaf, menahan marah, dan murah hati, serta tidak sombong, menipu, angkuh, congkak dan sebagainya.
27. Dengan menunaikan hak-hak anak dan istri sesempurna mungkin, serta mengajarkan kepada mereka urusan agama yang mereka butuhkan.

28. Dengan menjawab salam dan memberi salam, menyambut doa orang yang bersin, memuliakan tamu dan tetangga, serta menutupi aib orang sebisa mungkin.
Dengan hidup zuhud di dunia (tak berlebih-lebihan dengan dunia) dan memendekkan angan-angan sebelum sampai ajalnya.

30. Dengan sikap cemburu terhadap harga diri, menahan pandangan dari melihat hal-hal yang diharamkan di jalanan atau melalui layar televisi, dan internet.
Dengan berpaling dari kesia-siaan, senda gurau dan permainan, serta mengambil hak-hak yang berharga dan meninggalkan segala hal yang tiada artinya.

31. Dengan mencintai para sahabat Nabi saw, berlepas diri dari kebencian terhadap mereka atau mencaci mereka

32. Dengan mendamaikan antara sesama manusia dan mendekatkan arah pandangan antara kedua belah pihak yang bertikai, sehingga hilang perselisihan dan perpecahan tidak semakin melebar.

33. Dengan tidak mendatangi dukun, ahli nujum, tukang sihir, tukang ramal dan sejenisnya. Rasulullah saw bersabda “Siapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal lalu membenarkan kepada apa yang dikatakannya, berarti dia telah kufur terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi)

34. Dengan mematuhi suami bagi seorang istri, serta menjaga hartanya, anaknya dan ranjangnya

35. Dengan meninggalkan perbuatan bid’ah dalam beragama, serta tidakmenyeru kepada kebatilan dan kesesatan

36. Dengan tidak menyambung rambut bagi wanita, tidak mentato, tidak mencukur ais, serta tidak merenggangkan gigi dan meruncingkannya.

37. Dengan tidak memata-matai kaum muslimin dan tidak mengungkap aib mereka, serta tidak menyakiti mereka
Read More..

Kilau Permata diantara Kilauan Kaca "Pesona Pertama Terhadap Teman"

Mungkin dulu anda begitu terpesona dengan karisma seseorang, begitu tertarik untuk mengenalinya karena anda kira kedalaman ilmunya, sikapnya, pesonanya....dan lain sebagainya yang tak dapat anda temukan di orang lain, tetapi ketika andsa telah mengenal dia ...., teruta hal-hal yang tidak anda kira ................... APAKAH ANDA AKAN TETAP BERSAMANYA.........???

Pesona...ya sebuah pesona...ketika kita baru mengenal seseorang dari luarnya saja...ada syair lagu dari intim....yang mungkin bisa kita pinjam maknanya "Bagaikan Permata dicelahan Kaca Kerdipnya Susah Dibipahkan"
Dari Sini kita dapat gambarkan, ketika kita bertemu orang dan menghadirkan pesona dalam hati, jangan2 pesona itu menipu...bukan...bukan....jangan katakan saya menyalah artikan bahwa kesan pertama adalah hal yang salah....tapi jangan salah......barangkali kita salah persepsi...sebab kita belum tahu benar karakternya..."Kilauan permata yang mana diantara kilauan kaca..."
Apakah Anda Akan Meninggalkan dia, karena mungkin anda jecewa........???

"Berkawan seorang bodoh yang tidak memperturutkan hawa nafsunya, jauh lebih baik daripada dengan berkawan seorang 'alim yang selalu memperturutkan hawa nafsunya." (Ibnu Atha'illah)

Memilih teman sama artinya dengan memilih masa depan. Memilih teman sama artinya dengan memilih perilaku. Memilih teman sama artinya dengan memilih kualitas ilmu. Maka, siapa pun yang ingin masa depannya cerah, perilakunya menawan hati, serta luas ilmu dan wawasannya, maka ia harus sangat pandai memilih teman.
Kita akan sulit berkembang bila sehari-hari kita bergaul dengan orang-orang malas. Kita pun akan sulit meraih kemuliaan akhlak, bila sehari-hari kita bergaul dengan orang yang buruk akhlaknya. Maka, tinggi rendahnya kualitas seorang manusia sangat dipengaruhi oleh kualitas orang yang menjadi temannya.

Rasulullah SAW bersabda, "Seseorang itu adalah menurut agama sahabat (karib)nya. Karena itu, ada baiknya seseorang dari kamu meneliti dulu siapa yang akan dijadikan sahabatnya" (HR Abu Dawud dan At-Turmudzi).
Orang seperti apa yang layak kita jadikan teman dekat? Yang pertama dan utama adalah orang yang baik akhlaknya dan mampu mengendalikan hawa nafsunya. Bahkan, Imam Ibnu Atha'illah dalam kitab Hikam mengatakan, "Berteman seorang bodoh yang tidak memperturutkan hawa nafsunya, jauh lebih baik daripada dengan berkawan seorang 'alim yang selalu memperturutkan nafsunya". Mengapa? Orang berilmu tapi memperturutkan hawa nafsu, biasanya akan membenarkan kemaksiatan yang dilakukannya dengan dalil-dalil Alquran dan hadis. Dikhawatirkan, lambat laun kita pun akan membenarkan kemaksiatan tersebut hanya karena bersandar pada dalil-dalil.

Saudaraku, bahaya terbesar dalam hidup adalah diperbudak nafsu. Tidak ada artinya limpahan harta, tinggi jabatan, banyaknya pengikut, tampannya rupa, atau luasnya ilmu, bila kita diperbudak nafsu. Saat diperbudak nafsu, semua yang kita miliki akan digunakan untuk memuaskan nafsu tersebut.

Ada baiknya kita berpikir sejenak, lihat siapa teman-teman dekat kita. Boleh jadi, kualitas diri kita tidak pernah mengalami perubahan karena salah memilih teman. Kita berteman akrab dengan orang-orang yang kualitasnya di bawah kita. Akibatnya, kita merasa paling saleh, paling pintar, dan paling hebat di antara teman-teman kita. Bila demikian, kita tertipu oleh kepintaran semua. Ketika kita salah melihat diri, kita pun akan salah dalam melangkah.

Idealnya kita berteman dengan orang-orang yang kualitasnya jauh lebih baik, sehingga kita tidak merasa paling pintar dan paling saleh. Justeru kita akan merasa paling kurang. Saat berteman dengan orang-orang yang berkualitas, biasanya kita akan terangsang dan termotivasi untuk belajar dan mengejar ketertinggalan. Karena itu ada yang mengatakan, kalau kita ingin menjadi ulama maka bergaulah dengan ulama; ingin menjadi pedagang, maka bergaullah dengan para pedagang; ingin menjadi seniman, maka bergaulah dengan seniman.

Saudaraku, setiap hari masalah yang kita hadapi akan semakin berat dan kompleks. Kita akan terpuruk bila banyaknya masalah tidak diimbangi dengan peningkatan kemampuan diri untuk menyelesaikannya. Maka, rugi bila dalam sehari kita tidak bertemu dengan orang yang lebih baik dari kita. Rugi karena kita tidak mendapat ilmu, wawasan, dan semangat baru. Dan celaka bila kita menjauh dan memusuhi orang-orang yang lebih baik dari kita. Wallahu a'lam

Pertanyaan yang terakhir dari.....Maukah anda menjadi Teman saya.....atau guru bagi saya.....Ustad bagi saya.....ketika anda sudah tau siapa diri saya....???
Read More..

luka hati dan luka kaki

Luka kaki bisa dianalogikan sebagai luka hati. Rasa cinta yang tidak pada tempatnya...dapat menyebabkan luka...baik secara fisikly...maupun secara ruhani. Pada awalnya, terkadang kita menyepelekan hal-hal yg bisa menyebabkan luka hati tsbt. Apalagi status kita sebagai Aktivis seringkali menganggap enteng, hal hal yang bisa menyebabkan hati kita jadi berbelok arah. Kadangkala penyebab luka hati (maksiat2 kecil) seringkali kita diamkan dan membuat hati jadi terlena. Ketika telah jadi besar, baru terasa bahayanya. Sekecil apapun luka itu, kinerja anda tetap akan terhambat. Biarpun lukanya di kaki. Efektifitas dan efisiensi kerja antum terpengaruh. Begitu pun hati, minimal mengurangi kekhusyukan ibadah harian kita.

Mendeteksi luka kecil seharusnya segera dilakukan, ketika terjadi sesuatu pada anggota badan kita. mencegah 100 persen lebih baik dibanding mengobati. Seperti juga luka pada kaki, yang bisa disembuhkan dengan beristirahat total. Luka pada hati juga bisa disembuhkan dengan taubat total, untuk tidak mengerjakan hal hal yang bisa mengakibatkan luka itu lama sembuhnya bahkan bertambah parah. Selain itu untuk menyembuhkan luka kita juga harus bertega hati menghukum diri dengan mengkonsumsi obatnya. Sepahit apapun obat itu, harus kita telan. Biasanya luka hati, ujungnya adalah fitnah.. Menghindari sumber fitnah.

Hum...jaga diri baik baik, jangan sampai banyak goresan luka. Bisa jadi luka itu telah sembuh. Tapi bekasnya tak kan pernah hilang........
" Ya Allah janganlah Engkau hukum aku karena apa yang mereka katakan tentangku. Berikanlah kebaikan padaku dari apa yang mereka sangkakan padaku, Ampunilah aku karena apa yang tidak mereka ketahui tentang diriku
Read More..

Minggu, 14 September 2008

Membangun Rumah didunia VS Bangun Rumah Masa Depan di Surga...!!

Tertipu Kehidupan Dunia dan Melupakan Akhirat.....!

Memilih.....ya suatu pilihan ketika kita sudah bertekat untuk mewujudkan keluarga sakinah....apakah hanya rumah yang mewah, bertingkat, serba lengkap isinya yang kita inginkan....??? Tentu anda sekalian mengatakan "TIDAK", sebab rumah dunia hanyalah sementara, meminjam pernyataan yang sering dilontarkan saudara saya..he..he... "Keinginan Reoni dan berkumpul di Syurga bersama semua anggota Keluarga" Subhanalloh, sungguh cita-cita yang mulia ketika hal tersebut berusaha kita wujudkan.....
bagaimana caranya.....??? dari suatu pengajian saya dapatkan ilmu ini...semoga dapet bermanfaat bagi kita...

Tertipu Kehidupan Dunia dan Melupakan Akhirat!

Banyak manusia yang tertipu oleh kehidupan dunia. Mereka bekerja begitu keras bahkan sampai 12 jam lebih sehari hanya untuk kebahagiaan di dunia. Namun sayangnya banyak yang tidak menyisakan setengah jam pun untuk kehidupan akhirat dengan zikir dan beribadah kepada Allah.

“(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka.” Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.” [Al A’raaf:51]

Bahkan ada yang tidak mau mengingat Allah sama sekali dan menganggap kehidupan akhirat hanyalah kebohongan yang hanya dipercaya oleh orang-orang yang fanatik agama.


Mereka tahu kematian pasti menimpa siapa saja. Namun mereka tidak pernah mengingat mati dan tidak percaya pada kehidupan sesudah mati.


“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.” [Faathir:5]


Padahal akhirat itu adalah janji Allah yang benar.


“Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: “Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri”, kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.” [Al An’aam:130]


Banyak orang yang menumpuk harta dan berbangga tentang banyaknya harta dan anak. Padahal hidup manusia di dunia rata-rata tidak lebih dari 70 tahun. Setelah itu mereka mati dan masuk ke dalam lobang kubur. Jabatan, Harta dan anak tak berguna lagi bagi mereka ketika sudah dikubur.

Bagi yang tidak mau mengingat Allah dan melalaikan sholat, ada siksa kubur yang menunggu mereka:

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” [Al Haddid:20]


Jadi, tetaplah bekerja. Namun jangan melupakan akhirat. Bagaimana pun juga akhirat lebih baik dan lebih kekal. Akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya. Dunia hanya sekedar tempat kita lewat. Tempat kita untuk bekerja dan beribadah sehingga memiliki bekal yang cukup untuk di akhirat.

Menyikapi Hidup, Meraih Bahagia

Setiap orang menginginkan hidup bahagia. Berbagai cara dilakukan agar kebahagian itu
dapat diraih. Ada yang dengan cara bekerja keras mengumpulkan harta sebanyakbanyaknya,
mendapatkan kedudukan dan kekuasan tertinggi, atau dengan cara
mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya. Namun di sisi lain berbagai problematika hidup
dihadapi. Keterpurukan sering menimpa tiba-tiba. Bencana, musibah, cobaan dating silih
berganti tatkala keberhasilan itu hendak diraih. Atau terkadang baru saja kesenangan itu
diraih, seketika kemudian musibah menghadang menyesakkan dada. Ada yang mampu
bertahan menghadapi pahitnya derita, tetapi banyak pula yang kecewa, prustasi, putus asa,
tidak mampu menghadapi derita itu. Ada yang mampu menghadapi hidup dalam kondisi
senang dan susah. Tapi banyak pula yang tidak mengerti apa yang mesti dilakukan ketika
mendapat kesenangan dan bagaimana pula bila mendapatkan kesusahan.

Sesungguhnya Allah telah memuliakan anak cucu Adam sejak awal ia dilahirkan (Q.S.
al-Isra/17: 70). Dia dimuliakan dalam penciptaannya dari makhluk-makhluk lainnya.
Dimuliakan karena disamping diberi bentuk fisik yang sempurna, dia diberi pula akal
untuk berpikir dan hati untuk dapat merenung dan mengkhayati. Namun pada
perkembangannya, dia tidak selamanya mampu mempertahankan kemuliaan itu.

Terkadang dapat mempertahankan bahkan meningkatkan kemuliaan itu sampai kepada
derajat taqwa (Q.S. al-Hujurat/49: 13, al-Shafat/37: 42, al-Ma’arij/70: 35Yasin/36: 27).
Tapi banyak pula yang terpuruk, jatuh ke lembah kehinaan, lebih hina dari makhluk Allah
yang paling hina sekalipun (Q.S.al-Tin/95: 5, al-Shafat/37: 98, al-A’raf/7: 179, al-
Isra’/17: 72, al-Furqan/25: 34, 44). Hal itu karena anak Adam itu tidak mampu menjalani
hidup dengan baik. Dia mensikapi hidup secara bodoh. Hidup akhirnya menjadi hampa
tak bernilai.

Perumpamaan Hidup

Al-Quran menggambarkan kehidupan dunia ini seperti air hujan yang turun dari langit
(Q.S. Yunus/10: 24). Buya Hamka menjelaskan (Tafsir Azhar, juz 11: 206) bahwa
kedatangan hujan itu diharapkan manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Semua
bergantung kepada hujan. Ketika lama tidak turun hujan, kemarau panjang, tanah tandus
dan gersang, tiba-tiba terdengar petir, dan nampak awan gelap bergumpal, harapan pun
timbul. Ketika hujan deras datang, maka kegembiraan muncul. Tumbuh-tumbuhan, baik
rerumputan, sayuran, dan tanaman yang tadinya kering layu, menjadi hijau subur,
mendapatkan nafas baru. Padi, kacang, timun, ketela, pisang dan lain-lain sebagai makan
manusia kelihatan subur dan memberi harapan. Rerumputan, makanan binatang, telah
menghijau sehingga kambing, sapi, biri-biri, kerbau, yang selama ini kurus kering kurang
makan, sekarang telah makan dengan asyiknya dan tidak berhenti memamah biak.
Manusiapun bergembira dengan kedatangan hujan itu.

Namun ketika padang tandus telah menghijau, padi telah mengandung isi, lada,
terung, tebu, dan semua tanaman mendekati masa panen Ketika petani telah menaksir
keuntungan ladangnya yang akan berlipat ganda, membayangkan kegembiraan karena
akan bisa membeli yang patut dibeli, pakaian lusuh akan terganti, rumah rusak akan
diperbaiki, alat pertanian akan diperbaharui, semua keinginan akan terpenuhi. Tiba-tiba datang hujan yang terus menerus tanpa henti. Hujan lebat satu hingga dua hari tidak
putus-putus, maka datanglah banjir atau air bah, menggenangi sungai, tanggul jebol, tanah
longsor, air naik hingga beberapa meter mengenai ladang yang penuh tanaman siap petik.
Semua telah jadi lautan. Bahkan rumah pun tenggelam. Penghuninya mengungsi atau naik
ke atap rumah. Binatang peliharaannya hanyut terbawa deras arus banjir. Ayam dan itik,
kambing dan sapi, semuanya habis disapu air. Dalam beberapa saat, banjir itu
menghancurkan segala yang dimiliki. Tidak hanya tanaman di sawah ladangnya yang
hanyut, sawah ladangnya pun turut rusak tertimbun pasir maupun tanah. Semuanya
rusak.

Kehidupan dunia jangan terlalu dipergantungi. Harapan jangan digantungkan kepada
perhiasan dunia. Padi yang masih di sawah belum tentu kita yang punya. Kekayaan yang
sekarang ada belum tentu untuk kepentingan kita. Kita sering bekerja keras menumpuk
harta, padahal harta yang ditumpuk itu belum tentu jadi milik kita. Banyak orang yang
terlalu menyangkutkan hati kepada perhiasan dunia sehingga lupa akhirat. Atau terlalu
percaya kepada kekuatan sendiri, hingga lupa kepada kekuatan Allah. Sering manusia itu
lupa akan tujuan jangka panjangnya. Hati terpaut kepada yang fana lupa kepada yang
Baqa’. Cinta dunia melampaui batas hingga lupa persiapan akhirat. Bila perhiasan dunia
yang jadi ukuran, maka kekecewaan belaka yang akan didapat bila gagal memperolehnya.
Memandang Kehidupan Secara Optimis

Ada orang yang ingin melarikan diri dari kehidupan dunia tidak mau menghadapi
tantangan zaman. Bermaksud uzlah, mengundurkan diri dari gemerlapnya hidup yang
penuh fitnah dan cobaan. Cita-citanya kandas. Ilmu yang ingin diraih gagal. Harta dan
usaha yang digarap bangkrut dan jatuh pailit. Kekuasaan yang hampir saja diraih, gagal
dan hancur dikalahkan oleh musuh-musuh politiknya. Hidup jadi pedih dan menderita.
Ingin rasanya tidak lagi berurusan dengan kehidupan dunia. Menjauhkan diri dari
keramaian karena dalam pandangannya dunia ini kejam, buruk, kesengsaraan, dan penuh
kemaksiatan.

Pada masa Rasulullah ada segolongan sahabat utama ingin mengadakan uzlah. Bagi
mereka menikah akan menghasilkan kesengsaraan karena gagal membangun rumah
tangga, makan dan minum dapat melupakan diri mengingat Allah, tidur akan mengurangi
berbakti kepada Allah. Maka mereka bertekad untuk tidak menikah, terus berpuasa, dan
tidak tidur, menjauhi dari segala keinginan duniawi. Namun Rasulullah mengatakan:
“Saya lebih taqwa daripada kamu, tetapi saya pun puasa, dan saya berbuka, saya tidur dan
saya pun shalat, dan saya tidur dengan istri saya”.

Buya Hamka melihat bahwa uzlah adalah sikap yang tidak berani, atau hendak
melepaskan diri seorang ke tempat yang selamat. (Hamka, Iman dan Amal Shaleh, 1984:
83). Kalau kita melihat kehidupan dari sisi yang gelap, semuanya akan menjadi gelap. Tapi
kalau kita melihat dari sisi yang terang, semuanya akan menjadi terang. Ketika penyakit
hati telah mewarnai kehidupan; hasad dan dengki ada dimana-mana, saling musuh
memusuhi, moral tidak ada nilainya, penghargaan kepada orang bukan karena budi
bahasanya, tapi karena rumah, mobil, dan hartanya. Maka kita merasa bingung rasanya tidak ada lagi sinar kebaikan di negeri ini. Pandangan serba hitam dalam hidup tidak
menyelesaikan masalah.Hilangkan buruk sangka terhadap hidup. Di masyarakat tidak
semuanya jahat belaka. Di dalam buruk ada baik. “Sesungguhnya bersama dengan kesukaran itu
terletak kemudahan”. (Q.S. al-Syarh/94: 5-6). “Allah menginginkan kemudahan darimu dan
tidak mengingkan kesukaran”. (Q.S. al-Baqarah/2: 185). “Allah akan menjadikan setelah
kesukaran itu suatu kemudahan”. (Q.S. al-Thalaq/65: 7).

Bila kita melihat sisi putih kehidupan ini, maka sesungguhnya masih banyak kebaikan
dalam masyarakat kita. Di samping duka yang kita derita, masih banyak kenikmatan yang
kita rasa. Di samping musibah yang menimpa keluarga, masyarakat, dan bangsa kita,
masih banyak nikmat, karunia, dan rahmat Allah yang kita terima. Buya Hamka dalam
pertemuannya dengan Haji Agus Salim di rumahnya pada Hari Raya berceritera, bahwa di
antara tamu yang hadir di rumah itu meminta pendapat kepada Haji Agus Salim tentang
situasi krisis yang terjadi. Dengan sangat optimis, Haji Agus Salim menjelaskan, bahwa
kini kita dapat berbicara dengan leluasa dan bebas, tidak merasa takut sedikitpun
menyatakan yang terasa di hati. Kalu dulu tidak ada keamanan, kini keamanan itu ada
pada kita. Kita aman karena ada polisi yang menjaga keamanan sekeliling kota ini. Kita
tidak mengenal polisi itu, karena kita tidak perhatian kepada mereka. Tapi mereka itu
mengatur lalu litas dengan sungguh-sungguh. Dalam panas terik mereka berdiri tegak,
dalam hujan lebat mereka menjalankan tugas sesuai dengan tugas yang dibebankan
kepada mereka. Coba hitung, berapa gaji mereka, tapi mereka menjalankan tugasnya
dengan baik. Oleh karena itu moral masih ada. Lebih lanjut, Haji Agus Salim mengatakan
bahwa akhlak masih ada dan utuh. Jika kita melihat ada korupsi dan kecurangan pada
kantor-kantor pemerintah, tapi kita juga melihat bahwa di sana masih lebih banyak yang
tidak berbuat korupsi, yaitu para pegawai setia. Gaji mereka kecil, anaknya banyak tapi
mukanya masih tetap dihiasi dengan senyum kepatuhan. Mereka masuk ke kantor dengan
pakaian kemeja yang itu-itu juga. Karena kesetiaan dan akhlak mereka yang belum rusak,
maka administrasi pemerintah Republik ini masih utuh dan dapat dilanjutkan. Beliau juga
mengisahkan tentang kehidupan para sopir mobil para pejabat, yang hingga larut malam,
memikul tugasnya, tentang istri-istri yang setia, anak-anak yang tekun belajar hingga larut malam. Kalau sekiranya tidak ada orang yang ikhlas dalam perjuangan, tentu tidak akan tercapai kemerdekaan negara ini. (Hamka, 1984: 86-87).

Apa yang dikisahkan Buya Hamka tentang pertemuannya dengan Haji Agus Salim
dimaksudkan untuk mendidik kita agar memperhatikan yang baik di dalam yang buruk.
Beliau mendidik kita untuk tidak selalu melihat baik atau buruk sesuatu yang ada di luar
sana. Beliau hendak mengajak kita supaya menilik ke dalam jiwa kita sebelum melihat
sesuatu. Buya Hamka lantas memberikan pertanyaan-pertanyaan. Dari mana kita
mengetahui adanya krisis akhlak ?. Jawabnya: dari masyarakat. Apakah masyarakat itu ?.
Masyarakat adalah gabungan dari pribadi-pribadi. Adakah suatu pribadi yang semata-mata
jahat saja ?. Adakah pribadi yang semata-mata baik saja ?. Apakah kita sendiri termasuk
pribadi yang semata-mata baik saja ?. Mari kita periksa pribadi kita dengan penuh
kesadaran dan kearifan. Memang pribadi kita tidak semata-mata baik, suci, bersih,
berhasil, dan sukses.

Manusia itu cacatnya amat banyak. Tidak ada satu pribadipun yang lepas dari cacat.
Cuma ada yang ringan ada yang berat, ada yang tidak dapat ditolong bahkan ada yang
sampai stress, linglung, dan gila. Berbagai resep dan obat dibuat untuk menekan atau
megurangi penyakit itu. Setiap pribadi mempunyai naluri ingin kaya, ingin berkuasa, ingin
berpengaruh, dan ingin terkenal. Karena tidak mampu mengendalikan, naluri itu menjadi
penyakit. Kalau kita mencela orang lain karena berbuat aniaya dan tidak adil, apakah kita
dapat menjamin bahwa setelah berkuasa kita tidak berbuat aniaya ?. Buya Hamka dalam
hal ini ingin mengajak kita agar proporsional dalam melihat sesuatu, mengedepankan
semangat ishlah (membangun), bukan semangat saling menyalahkan. Beliau mengajak kita
untuk berpikir positif bahwa di sana masih ada harapan dalam keterpurukan hidup yang
sedang melanda kita. Jangan pernah putus harapan, putus cita-cita, untuk membangun
khair ummah (umat terbaik) menuju kejayaan Islam. Caranya adalah memulai dari ishlah
(membangun dan memperbaiki) pribadi sendiri, kemudian dilanjutkan dengan ishlah
masyarakat, bangsa dan negara.

Pengendalian Diri

Agar kebahagian itu dapat diraih, maka Buya Hamka memberikan penjelasan agar kita
mampu mengendalikan hawa nafsu, tidak memperturutkan hawa nafsu apalagi sampai
mempertuhankannya. Ketika kesuksesan diraih; harta benda melimpah, ilmu tinggi
didapat, dan kekuasaan dipegang, maka seseorang mestinya mengendalikan dirinya untuk
tidak mabuk, sombong dan congkak. Ketika keterpurukan menimpa dirinya; kegagalan,
kebangkrutan, dan bencana menimpa, dia mampu mengendalikan diri untuk tetap tabah,
tawakkal, sabar, dan mencoba bangkit kembali.
Dalam menafsiri ayat 23 Surat al-Jatsiyat, tentang orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai tuhannya, Buya Hamka menjelaskan bahwa orang yang menjadikan
hawa nafsu sebagai tuhannya, maka Allah akan menutup (menyegel) pendengaran,
penglihatan, dan hatinya sehingga tidak dapat meraih kebenaran hakiki. Dia tidak
sanggup lagi menilai mana yang baik dan mana yang buruk. Dia menjadi seorang yang
gelap mata, mengerjakan sesuatu tanpa kendali. (Hamka, juz 25: 132-133).
Dicontohkan, bahwa orang-orang kafir Quraisy tidak mau beriman kepada Nabi
Muhammad, karena mereka memperturutkan hawa nafsunya pantang merendah kepada
beliau. Begitu pula kaum Yahudi dan Nasrani tidak mau mempercayai kenabian
Muhammad SAW karena pengaruh hawa nafsu yang tak terkendali dengan terus
memperturutkan hawa kedengkian dan kebencian. (Hamka, juz 15: 133). Oleh karena itu
kebinasaan yang mereka dapatkan dan kehinaan yang mereka temukan.
Kemampuan mengendalikan diri menjadi prasarat bagi terwujudkan
kebahagiaan hidup. Mampu menahan nafsu dalam senang dan susah.
Bersyukur ketika senang dan bersabar ketika susah. Moga kita semua
termasuk orang-orang yang terus berupaya mengendalikan nafsu, agar
keseimbangan hidup dapat diraih, yang pada akhirnya kebahagiaan hidup
di dunia dan akhirat yang kita dapatkan.

Permohonan maaf, jika tulisan ini tidak berkenan bagi saudara,,....ataupun kualitasnya kurang bagus....maka dari itu saran yang membangun kami nantikan.
Read More..

Minggu, 07 September 2008

Inilah kabar gembira berupa janji Allah bagi orang yang akan menikah. Bergembiralah wahai saudaraku…..................

Ketika seorang muslim baik pria atau wanita akan menikah, biasanya akan timbul perasaan yang bermacam-macam. Ada rasa gundah, resah, risau, bimbang, termasuk juga tidak sabar menunggu datangnya sang pendamping, dan lain-lain. Bahkan ketika dalam proses ta’aruf sekalipun masih ada juga perasaan keraguan.

Berikut ini sekelumit apa yang bisa saya hadirkan kepada pembaca agar dapat meredam perasaan negatif dan semoga mendatangkan optimisme dalam mencari teman hidup. Semoga bermanfaat buat saya pribadi dan kaum muslimin semuanya. Saya memohon kepada Allah semoga usaha saya ini mendatangkan pahala yang tiada putus bagi saya.

Inilah kabar gembira berupa janji Allah bagi orang yang akan menikah. Bergembiralah wahai saudaraku…

1. “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (QS. An-Nuur : 26).

Bila ingin mendapatkan jodoh yang baik, maka perbaikilah diri. Hiduplah sesuai ajaran Islam dan Sunnah NabiNya. Jadilah laki-laki yang shaleh, jadilah wanita yang shalehah. Semoga Allah memberikan hanya yang baik buat kita. Aamiin.

2. “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya. Dan Allah Mahaluas (PemberianNya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nuur : 32).

Sebagian para pemuda ada yang merasa bingung dan bimbang ketika akan menikah. Salah satu sebabnya adalah karena belum punya pekerjaan. Dan anehnya ketika para pemuda telah mempunyai pekerjaan pun tetap ada perasaan bimbang juga. Sebagian mereka tetap ragu dengan besaran rupiah yang mereka dapatkan dari gajinya. Dalam pikiran mereka terbesit, “Apa cukup untuk berkeluarga dengan gaji sekian?”

Ayat tersebut merupakan jawaban buat mereka yang ragu untuk melangkah ke jenjang pernikahan karena alasan ekonomi. Yang perlu ditekankan kepada para pemuda dalam masalah ini adalah kesanggupan untuk memberi nafkah, dan terus berusaha mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Bukan besaran rupiah yang sekarang mereka dapatkan. Nantinya Allah akan menolong mereka yang menikah.

Allah Mahaadil, bila tanggung jawab para pemuda bertambah (dengan kewajiban menafkahi istri dan anak-anaknya), maka Allah akan memberikan rejeki yang lebih. Tidakkah kita lihat kenyataan di masyarakat, banyak mereka yang semula miskin tidak punya apa-apa ketika menikah, kemudian Allah memberinya rejeki yang berlimpah dan mencukupkan kebutuhannya?

3. “Ada tiga golongan manusia yang berhak ditolong Allah, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka, dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya.” (HR. Ahmad 2 : 251, Nasa’iy, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits no. 2518, dan Hakim 2 : 160).

Bagi siapa saja yang menikah dengan niat menjaga kesucian dirinya, maka berhak mendapatkan pertolongan dari Allah berdasarkan penegasan Rasulullah SAW dalam hadits ini, “Dan pertolongan Allah itu pasti datang.”

4. “Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Ruum : 21).

5. “Dan Tuhanmu berfirman : Berdo’alah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al-Mu’min : 60).

Ini juga janji Allah ‘Azza wa Jalla, bila kita berdo’a kepada Allah niscaya akan diperkenankanNya. Termasuk di dalamnya ketika kita berdo’a memohon diberikan pendamping hidup yang agamanya baik, cantik, penurut, dan lain sebagainya.

Dalam berdo’a, perhatikan adab dan sebab terkabulnya do’a. Di antaranya adalah ikhlash, bersungguh-sungguh, merendahkan diri, menghadap kiblat, mengangkat kedua tangan, dan lain-lain.

Perhatikan juga waktu-waktu yang mustajab dalam berdo’a. Di antaranya adalah berdo’a pada waktu sepertiga malam yang terakhir dimana Allah ‘Azza wa Jalla turun ke langit dunia, pada waktu antara adzan dan iqamah, pada waktu turun hujan, dan lain-lain.

Perhatikan juga penghalang terkabulnya do’a. Di antaranya adalah makan dan minum dari yang haram, juga makan, minum, dan berpakaian dari usaha yang haram, melakukan apa yang diharamkan Allah, dan lain-lain.

Manfaat lain dari berdo’a berarti kita meyakini keberadaan Allah, mengakui bahwa Allah itu tempat meminta, mengakui bahwa Allah Mahakaya, mengakui bahwa Allah Maha Mendengar, dan sebagainya.

Sebagian orang ketika jodohnya tidak kunjung datang, maka mereka pergi ke dukun-dukun berharap agar jodohnya lancar. Sebagian orang ada juga yang menggunakan guna-guna. Cara-cara seperti ini jelas dilarang oleh Islam. Perhatikan hadits-hadits berikut yang merupakan peringatan keras dari Rasulullah SAW, “Barang siapa yang mendatangi peramal/dukun, lalu ia menanyakan sesuatu kepadanya, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh malam.” (Hadits shahih riwayat Muslim (7/37) dan Ahmad).

Telah bersabda Rasulullah SAW, “Maka janganlah kamu mendatangi dukun-dukun itu.” (Shahih riwayat Muslim juz 7 hal. 35).

Telah bersabda Nabi SAW, “Sesungguhnya jampi-jampi (mantera), jimat-jimat, dan guna-guna (pelet) itu adalah (hukumnya) syirik.” (Hadits shahih riwayat Abu Dawud (no. 3883), Ibnu Majah (no. 3530), Ahmad, dan Hakim).

6. “Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat.” (QS. Al-Baqarah : 153).

Mintalah tolong kepada Allah dengan sabar dan shalat. Tentunya agar datang pertolongan Allah, maka kita juga harus bersabar sesuai dengan Sunnah Nabi SAW. Juga harus shalat sesuai Sunnahnya dan terbebas dari bid’ah-bid’ah.

7. “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyrah : 5-6).

Ini juga janji Allah. Mungkin terasa bagi kita jodoh yang dinanti tidak kunjung datang. Segalanya terasa sulit. Tetapi kita harus tetap berbaik sangka kepada Allah dan yakinlah bahwa sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Allah sendiri yang menegaskan dua kali dalam Surat Alam Nasyrah.

8. “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad : 7).

Agar Allah Tabaraka wa Ta’ala menolong kita, maka kita tolong agama Allah. Baik dengan berinfak di jalanNya, membantu penyebaran dakwah Islam dengan penyebaran buletin atau buku-buku Islam, membantu penyelenggaraan pengajian, dan lain-lain. Dengan itu semua, semoga Allah menolong kita.

9. “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Maha perkasa.” (QS. Al-Hajj : 40).

10. “Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah : 214).

Itulah janji Allah. Dan Allah tidak akan menyalahi janjinya. Kalaupun Allah tidak/belum mengabulkan do’a kita, tentu ada hikmah dan kasih sayang Allah yang lebih besar buat kita. Kita harus berbaik sangka kepada Allah. Inilah keyakinan yang harus ada pada setiap muslim.

Jadi......Bagaimana Nih....????
Janji Alloh sudah kita pegang nih....???
Read More..

Ketika Cinta Mengetkan Hati....

Terilhami dari syair Nasyid "Permata yang Dicari" yang dilantunkan dengan indah oleh 'Dehearty' sebuah nasyid yang begitu apik.....

Secara Umum dan lupa-lupa ingat syair "Permata yang Kucari" kurang lebih seperti berikut:

Hadirnya tak kusadari....menuai...........hadir insan padaku ini....rahmat ilahi
Halus tutus bicaranya...menarik hatiku untuk mendekatinya,...kesopanannya memikat dihati...mendamaikan jiwaku yang resah ini....
Ya Alloh, jika dia benar untuku dekatkanlah hatinya dengan hatiku...tetapi jika tiada tabahkanlah hatiku dengan ketentuan-Mu....
Dikaulah Permata yang dicari..selama ini baru kutemui...tapi ku tak pasti rencana Ilahi apakahi dia dapat Kumiliki...

Suatu perjalanan Hati "Katakanlah"
ketika kedewasaan mulai tumbuh bersama 3 komponen tubuh: jiwa, ruh dan jasad....

Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Huud : 112)

Mohon Maaf jika ada yang tidak berkenan dengan tulisanyang saya buat. Ini hanya sekedar nasehat untuk diri pribadi khususnya dan yang lain pun boleh membacanya. Dan ketika saya khilaf, anda bisa mengingatkan saya dengan tulisan ini.

Flashback dari pernyataan seorang teman. Awalnya ia ragu untuk bercerita karena takut akan kesalahannya . Akhirnya ia mengatakandengan malu-malu, apakah jika ia berbicara terkesan seperti anak kecil, dengan segala tingkah polahnya yang membuat mereka yang ada disekitarnya pasti tersipu dan tersenyum.

Mendengar pernyataan teman sharing ku dalam perjalanan membuat saya jadi tersenyum dan menatapnya. Duhai..manis, kamu kaum hawa dari arah mana pun diatatap dan dilirik tetap saja menarik dan menarik.....Walaupun kamu berusaha menutupnya dengan keperkasaan yang kau sembunyikan rapat-rapat tetap ada celah yang terlihat menjadi dirimu menarik.

Lalu dengan sedikit nasehat dengan berhati2 karena bagaimanapun wanita adalah makhluk yang rasa sensitive lebih besar. Alhamdulilah dengan doa dan kebesaran Allah, ia bisa menerima dengan bijak . Tiada kemarahan dalam dirinya setelah dinasehati karena baginya jika melihat suatu kemungkaran dan kemaksiatan maka marahlah, karena Allah membenci kemungkaran dan kemaksiatan.

Ehm.... wanita, makhluk unik yang dari dulu hingga sekarang menjadi perdebatan . Ia sumber fitnah jika tidak di simpan dalam bingkai Islami. Tapi Allah memberikan banyak surga untuknya jika ia bisa menjaga dirinya dari api neraka. Mestinya kaum Adam cemburu terhadap kaum Hawa dengan fasilitas yang Allah berikan.

Bukan berarti komunikasi dengan lawan jenis dilarang. Tapi Islam turun untuk mengatur akhlak manusia agar tidak salah arah.

Islam Membingkai dengan menarik, apik dan indah: Akhlak bagaimana agar bisa berkomunikasi dengan akhlak Islami ?

1. Komunikasi antara keduanya harus dalam batas ucapan yang baik, tidak mengandung kemunkaran, tidak mengandung hal yang tidak bermanfaat,dsb (QS.33:12)

2. Tidak berkhalwat nyata ataupun khalwat virtual / berduaan antara lawan jenis

3. Menghindari percampuran antara lawan jenis (ikhtilat)

4. Menundukkan pandangan (QS.24:30-31) ada beberapa hal yang dikecualikan seperi pada saat melamar, kedokteran dan jual beli

5. Menghindari posisi syubhat yang memungkinkan munculnya pandangan negatif dari orang lain

6. Bicara seperlunya, dengan tegas dan lugas. Hindari berkata yang mendayu-dayu, merayu dan
Q.S. Al-Ahzab : 32
"Maka janganlah kamu tunduk (terlalu lembut) dalam berbicara sehingga berkeinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik."

7. Tidak ada jaminan dalam Islam mengangkat pertemanan menjadi adik atau kakak agar menjaga hatinya karena tidak ada ikatan darah di dalamnya yang dapat terjadi ketertarikan satu sama lain.

Berkomunikasi dengan lawan jenis bukan suatu hal yang berbahaya. Tapi siapa yang bisa menjamin sikap seperti itu? Apakah selamanya bisa menjaga hati? Segalanya bermula dari hati, bermula dari Qolbu (hati). Jika hatinya baik, maka segala akan baik tapi bagaiaman jika hatinya buruk?. Karena awalnya dari curhat maka akhirnya menjadi simpati. Simpati karena kagum dengan seringnya berkomunikasi. Ya nggak teman...????


Sekali lagi Maaf Jika tulisan ini tidak berkenan
Read More..

Senin, 01 September 2008

Memaknai Makna Cinta "MAHABAH"

Ada syail lagu yang judulnya "Penantian" dengan syair kurang lebih ........"Penantian adalah satu ujian.....sabarkan ku slalu dalam harapan...karena keimanan tak hanya diucapkan.......dst....sabarkan ku dalam menanti pasangan hati ku..........."

ada lagi syair lagu yang judulnya "Ketika dua hati menyatu".....coba denger...

EHM.....bagi yang sudah siap acungkan tangan.....?
wih...banyak juga ya...itu satu,...dua...tiga......ha....sampek SERIBU...Subhanalloh...
ya..boleh lah...tapi teman saya punya sedikit tulisan sebagai pertimbangan bagaimana kita memaknai kata "Mahabah" ...dalam bingkaian yang benar.

Ayo simak Nih.....!!!

Imam al Qusyairi, pengarang Risâlah al Qusyairiyyah mendefinisikan cinta (mahabbah) Allah kepada hamba sebagai kehendak untuk memberikan nikmat khusus kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Apabila kehendak tersebut tidak diperuntukkan khusus melainkan umum untuk semua hambaNya—menurut Qusyairi—dinamakan Rahmat; kemudian jika irâdah tersebut berkaitan dengan adzab disebut dengan murka(ghadlab).

Masih dalam konteks yang sama, lebih jauh al Qusyairi memaparkan definisi mahabbah tersebut versi kaum salaf; mereka mengartikan cinta sebagai salah satu sifat khabariyyah lantas menjadikannya sebagai sesuatu yang mutlak, tidak dapat diartikulasikan sebagaimana rupa seperti halnya mereka cenderung tidak memberikan pentafsiran yang lebih dalam lagi, sebab apabila cinta diidentikkan dengan kecenderungan pada sesuatu ataupun sikap ketergantungan, alias cinta antara dua manusia, maka mereka menganggap hal itu sangatlah mustahil untuk Allah Swt. Interprestasi yang demikian ini memang lebih cenderung berhati-hati seperti halnya mereka (baca:kaum salaf) sangat menekankan metode tafwîdl dalam permasalahan yang bersifat ilâhiyah.

Kaum Sufi menganggap mahabbah sebagai modal utama sekaligus mauhibah dari Allah Swt, untuk menuju kejenjang ahwâl yang lebih tinggi.

Imam al Ghazâli memposisikan cinta ini sederajat dengan taubat dalam maqâmât. Beliau berpendapat: bagaimana seorang sufi bisa merasakan imanensi ataupun fana tanpa didahului oleh rasa cinta, suatu hal yang mustahil tentunya; bagaimana mungkin qois rela mengakhiri hidupnya demi seorang Laila tanpa ada cinta antar keduanya?, sungguh skenario itu tak akan pernah terjadi.

Fakta ini pun diamini oleh sebagian besar para sarjana muslim; Dr.Faishal badîr ‘aun misalnya, mengatakan bahwa kaum sufi akan sulit menyelesaikan petualangan spiritualnya tanpa dibekali mahabbah yang merupakan anugerah Allah semata; jika tangga awal cinta ini bisa dilalui maka tangga ahwâl selanjutnyapun akan mudah terlewati.

Nah, dalam konteks cinta ilahi ini kaum sufi memakai dalil-dalil dari Al-Quran dan As- Sunnah. Dua ayat al Quran yang sering dijadikan landasan ialah ayat ke 31 dari surat ali ‘imran dan ayat ke 54 surat al Maidah.

Kedua ayat ini menempati posisi penting dalam budaya “bercinta” seorang sufi; karena secara tersirat atupun tersurat, keduanya mengisyaratkan bahwa cinta yang terjadi antara Tuhan dan mahluk-Nya adalah sebuah keniscayaan, pasti terjadi.

Namun bukan berarti cinta itu terjalin begitu saja melainkan buah hasil dari mujâhadah yang kontinyu dan berkualitas.

Al Wâsithî mengkomentari ayat kedua di atas terutama pada lafadz “yuhibbuhum wa yuhibbûnahu” bahwa Allah Swt dengan dzat-Nya akan mencintai mereka (hamba-hambanya-Nya) seperti halnya mereka mencintai sang Khâliq dengan dzat-Nya yang suci.

Dengan demikian huruf ha’ yang terdapat di situ kembali kepada dzat bukan sekedar sifat-sifat, dalam artian secara hakiki cinta tersebut memang benar adanya.

Berangkat dari sini maka kaum sufi melegitimasikan budaya cinta mereka serta meniscayakan hal tersebut. Apabila sebuah tradisi itu terlegalisasi dalam Al-Quran, mengapa tidak mencoba untuk diterapkan?.

Tradisi ini diperkuat lagi dengan beberapa Hadits Rosululloh Saw yang terjamin keabsahannya. Salah satu contohnya hadist Qudsi yang diriwayatkan Anas bin Mâlik;

Dalam matan hadist ini Allah Swt berfirman :

“….Hatta uhibbuhu… “

yang berlanjut dengan sebuah statemen yang lebih konkret;

“…waman ahbabtuhu kuntu lahu sam’a….,”

yang jelas merupakan manifestasi dari cinta Dzat Abadi ini.

Masih banyak dalil apologik yang melandasi salah satu tradisi suci kaum sufi, seperti dua hadits riwayat Abu Hurairah dengan rawi pertama Na’îm abd al Mâlik dalam hadist pertama, sedangkan ‘Alî bin Ahmad bin ‘Abdân sebagai perawi pertama dari hadist kedua.

Nah, dalil dalil di atas—baik Al-Quran maupun As-Sunah—mereka sinergikan sedemikian rupa menjadi—kalau boleh disebut— “landasan hukum” yang memang absah dan terjamin legalitasnya, ya, tentunya bersumber dari Dzat yang Maha Mengetahui.

Kemudian mengenai konteks cinta secara garis linier seorang hamba kepada Khaliqnya—menurut penulis—sangatlah relatif, tidak bisa digeneralasikan pengertiannya. Hal demikian disinyalir oleh deveritas pemahaman tentang cinta itu sendiri.

Al Qusyairi menyebutkan ada banyak definisi tentang mahabbah;dari sekian pentafsiran tersebut—jika kita lihat—sangatlah berkaitan dengan pengalaman (tajribah) pribadi seorang sufi yang mungkin berbeda satu sama lain.

Abû Yazîd al Basthâmî mendefinisikan Mahabbah sebagai sikap menganggap sedikit sesuatu yang banyak yang berasal dari diri kita dan menilai hal sedikit yang bersumber dari kekasih kita sebagai sesuatu yang besar.

Berbeda dengan al Junaid, guru al Hallâj yang akrab dengan julukan sayyid al Thâifah mengartikan kata yang bernilai sufistik ini dengan masuknya sifat-sifat Dzat yang dicintai mengganti apa yang ada di jiwa sang Pecinta; mendorong seorang pecinta untuk tidak mengingat selain Dzat tersebut serta melupakan dan mencampakkan secara total sifat-sifat yang dulunya melekat di dirinya. Namun bagaimanapun persepsi orang, pentafsiran tersebut tidak boleh keluar dari landasan hukum di atas.

Mengenai kapankah budaya cinta ini mulai mentradisi; ’Abd al Rahmân Badawî menyebutkan bahwa Rabi’ah al ‘Adawiyyah (beliau terkenal dengan julukannya Syahîdat al’Isyq al Ilâhî, hidup pada masa khalifah Harun al Râsyîd) adalah sufi pertama yang mengumandangkan syiar “bercinta” ini.

Berangkat dari sini—seperti yang dipaparkan Abd al Rahmân Badawî —, ada sebuah polemik yang menarik; tentang dialektika yang terjadi antara tiga istilah yang berbeda, namun sering kita salah artikan yaitu :al ‘Isyq, Mahabbah dan al Khullah.

Dialektika ini terjadi karena ada persamaan diantara ketiga istilah tersebut, meskipun pada akhirnya kesemuanya tidak bisa bertemu di satu titik kesepakatan. Mengenai hal ini massignion mengatakan bahwa Abd al wâhid bin Zaid berpendapat bahwa kalimat i’syq lebih diakui dalam perbincangan mengenai Allah, karena lanjutnya kalimat mahabbah tidak sesuai dengan Al-Quran dan merupakan warisan yahudi dan kristiani. Namun bagaimanapun, kata Mahabbah yang dipilih Abân bin Abî ‘Ayyâsy dan diamini beberapa tokoh lain seperti Rabî’ah sendirilah yang akhirnya lebih mendominasi sampai sekarang.

Abd al Rahmân Badawî menegaskan Mahabbah merupakan satu-satunya lafadz yang tertulis dalam Al-Quran dan As-Sunnah; Sedangkan termasuk Isyq sendiri adalah sebuah ibarat tentang cinta yang berlebihan, tentunya Islam tidak mengajarkan itu apalagi secara legal formal seperti apa yang Abd Al Wahîd usulkan, bagaiamana mungkin seorang hamba bisa mendapatkan takaran cinta lebih dari apa yang telah ditakdirkan?.

Mengenai al Khullah, pengarang kitab Jâmi’ al ushûl mengatakan asal mula kata ini adalah Khalla al Syai fî al syaii (menyatunya dua hal yang berbeda); kondisi inilah yang sering diartikan sebagai kondisi gugur kewajiban, karena kedekatan antara seorang hamba dan Khaliqnya maka—menurut pemahaman sufi tersebut—ia pun terbebas dari syariat, tak ada perintah dan larangan apalagi sekedar halal dan haram.

Untuk hal yang satu ini (gugurnya kewajiban, karena kedekatan antara seorang hamba dan Khaliqnya) jelas berseberangan dengan koridor agama, karena bagaimanapun Ibrahim as adalah Khâlilullâh namun ia sendiri tidak begitu saja meninggalkan kewajiban terlebih melanggar halal haram seperti yang disebutkan.

Terakhir kali, jika Râbi’ah dalam Syairnya pernah berkata bahwa ia mencinta Tuhannya dengan dua cinta; cinta hasrat dengan melupakan segala sesuatu selain-Nya dan cinta karena Dialah Pemilik cinta itu, agar ia pun bisa melihatNya tanpa ada hijab yang menghalangi.

jika cinta sejati itu benar adanya; cinta abadi yang tak bertendensikan duniawi, maka inilah cinta sejati.

Kawan… Mudah-mudahan kita termasuk golongan orang-orang yang Cinta kepada Sang Kholiq dan utusan-Nya…. Amien Allohumma Ya Robbal a’lamien….

Wallohu a’lam bish-shawab,
Read More..

Lubang Biawak

Rasulullah saw pernah bersabda yang mafhumnya:
"Sungguh, kamu akan mengikuti jalan-jalan orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga sekalipun mereka masuk ke dalam lobang biawakpun kamu akan mengikuti mereka juga." Para sahabat berrtanya:"Apakah mereka orang Yahudi dan Nasrani?" Jawab Rasulullah:"Siapa lagi."


Rasulullah saw karena fathonahnya, mampu memperkirakan dengan ketepatan yang tinggi apa yang bakal terjadi pada umatnya. Sebenarnya umat Islam sangat beruntung dipimpin oleh Rasul saw yang memiliki ketajaman penglihatan demikian tinggi. Seharusnya ramalan itu segera diantisipasi dengan baik sehingga meski umat lain benar-benar terjerumus ke dalam lobang biawak, hal itu tidak perlu terjadi pada kita. Sayang ramalan itu telah dianggap sebagai satu keniscayaan yang mesti terjadi di tengah-tengah kita, sehingga kita lengah dan ramalan itupun benar terbukti dengan disertai berbagai konsekuensi negatifnya.

Kalau ada di antara orang Yahudi yang rakus harta seperti kera yang hina, di antara umat Islampun juga ada. Kalau di antara orang Yahudi banyak yang tidak faham akan kitabnya, seperti keledai, maka di antara umat Islampun banyak yang beramal hanya karena taqlid, bukan karena ilmu. Kalau banyak di antara orang Nasrani yang keras hatinya karena jauh dari kitabnya, maka di antara umat Islampun banyak yang hatinya membeku seperti batu, tak mempan diingatkan dengan ayat-ayat Allah. Kalau ada di antara orang Nasrani yang mendewakan pendetanya, di antara umat Islampun banyak yang mendewakan kyainya. Kalau sudah demikian lalu apa bedanya kita dengan mereka? Peringatan Rasulullah saw yang mestinya kita sikapi dengan sami'na wa atho'na itu ternyata hanya kita dengar lalu kita ingkari (ashoina).

Baiklah, yang sudah ya sudah. Mulai saat ini mari kita umat Islam yang diperintah Allah untuk menjadikan Al Qur'an sebagai Imam benar-benar kita laksanakan. Sorotkan sinar Al Qur'an ke depan sebelum kita melangkah. Konsultasi, tanya dulu kepada Al Furqon, baru kita melangkah. Tidak layak kita sebagai umat terbaik yang mestinya memberi contoh kebaikan kepada orang lain justru hidupnya hanya sekedar ikut-ikutan. Mengikuti arus tidak punya kekuatan, seperti buih, na'udzubillah.

Rujukan kita adalah Al Furqon. Soal narkoba, tanya dulu Al Furqon. Apa dia bilang, budaya kafir? Kita tinggalkan. Pornografi dan pornoaksi, apa kata Al Furqon? Budaya jahiliyyah? OK, talak tiga untuk pornografi dan pornoaksi. Menipu, berbohong, curang, tidak amanat, apa kata Al Furqon? Itu kebiasaan munafik. Sayonara, kita punya cara hidup yang lebih mulia. Valentine's day? No way, itu budaya baru yang disusupkan oleh para pengumbar hawa nafsu.

Dengan membiasakan sikap seperti ini, insya Allah umat Islam akan memiliki pendirian yang tangguh dalam beramal dengan ilmu yang benar, Al Furqon. Tidak hanya sekedar ikut-ikutan yang akhirnya menjadi penyesalan selama-lamnya, fiidunya wal-akherat.
Read More..

Jumat, 29 Agustus 2008

Ukhti.....Siapa yang Kita Pilih.......untuk menjadi Pendamping Kita...

Wih....sapa ya pendamping kita....
hayo acungkan tangan....

Menikah, satu kata ini akan menjadi sesuatu yang sangat berarti bagi pemuda ataupun pemudi yang sudah mencapai usia remaja. Remaja yang sudah mulai memiliki rasa tertarik dengan lawan jenisnya, akan memperhatikan pasangan yang diimpikan menjadi pasangan hidupnya. Sejenak waktu, hatinya akan merenda mimpi, membayangkan masa depan yang indah bersamanya.

Saudariku muslimah yang dirahmati Allah, tentu kita semua menginginkan pasangan hidup yang dapat menjadi teman dalam suka dan duka, bersama dengannya membangun rumah tangga yang bahagia, sampai menapaki usia senja, bahkan menjadi pasangan di akhirat kelak. Tentu kita tidak ingin bahtera tumah tangga yang sudah terlanjur kita arungi bersama laki-laki yang menjadi pilihan kita kandas di tengah perjalanan, karena tentu ini akan sangat menyakitkan, menimbulkan luka mendalam yang mungkin sangat sulit disembuhkan, baik luka bagi kita maupun bagi buah hati yang mungkin sudah ada. Lagipula, kita mengetahui bahwa Allah Ta’ala, Robb sekaligus Illah kita satu-satunya sangat membenci perceraian, meskipun hal itu diperbolehkan jika memang keduanya merasa berat. “Mencegah lebih baik daripada mengobati.” Itulah slogan yang biasa dipakai untuk masalah kesehatan. Dan untuk masalah kita ini, yang tentunya jauh lebih urgen dari masalah kesehatan tentu lebih layak bagi kita untuk memakai slogan ini, agar kita tidak menyesal di tengah jalan.

Saudariku muslimah, sekarang banyak kita jumpai fenomena yang sangat memprihatinkan dan menyedihkan hati. Banyak dari saudari-saudari kita yang terpesona dengan kehidupan dunia, sehingga timbul predikat ‘cewek matre’, yaitu bagi mereka yang menyukai laki-laki karena uangnya. Ada juga diantara saudari kita yang memilih laki-laki hanya karena fisiknya saja. Ada juga diantara mereka yang menyukai laki-laki hanya karena kepintarannya saja, padahal belum tentu kepintarannya itu akan menyelamatkannya, mungkin justru wanita itu yang akan dibodohi.

Sebenarnya tidak mengapa kita menetapkan kriteria - kriteria tersebut untuk calon pasangan kita, namun janganlah hal tersebut dijadikan tujuan utama, karena kriteria-kriteria itu hanya terbatas pada hal yang bersifat duniawi, sesuatu yang tidak kekal dan suatu saat akan menghilang. Lalu bagaimana solusinya ? Saudariku, sebagai seorang muslim, standar yang harus kita jadikan patokan adalah sesuatu yang sesuai dengan ketentuan syariat. Karena hanya dengan itu kebahagian hakiki akan tercapai, bukan hanya kebahagian dunia saja yang akan kita dapatkan, tapi kebahagiaan akhirat yang kekal pun akan kita nikmati jika kita mempunyai pasangan yang bisa diajak bekerjasama dalam ketaatan kepada Allah.

Diantara kriteria-kriteria yang hendaknya kita utamakan antara lain:

1. Memilih calon suami yang mempunyai agama dan akhlak yang baik, dengan hal tersebut ia diharapkan dapat melaksanakan kewajiban secara sempurna dalam membimbing keluarga, menunaikan hak istri, mendidik anak, serta memiliki tanggung jawab dalam menjaga kehormatan keluarga.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Jika datang melamar kepadamu orang yang engkau ridho agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dengannya, jika kamu tidak menerimanya, niscaya akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang luas.” (HR. Tirmidzi, hasan)

Seorang laki-laki bertanya kepada Hasan bin ‘Ali, “Saya punya seorang putri, siapakah kiranya yang patut jadi suaminya ?” Hasan bin ‘Ali menjawab, “Seorang laki-laki yang bertaqwa kepada Allah, sebab jika ia senang ia akan menghormatinya, dan jika ia sedang marah, ia tidak suka zalim kepadanya.”

2. Memilih calon suami yang bukan dari golongan orang fasiq, yaitu orang yang rusak agama dan akhlaknya, suka berbuat dosa, dan lain-lain.

“Siapa saja menikahkan wanita yang di bawah kekuasaanya dengan laki-laki fasiq, berarti memutuskan tali keluarga.” (HR. Ibnu Hibban, dalam Adh-Dhu’afa’ & Ibnu Adi)

Ibnu Taimiyah berkata, “Laki-laki itu selalu berbuat dosa, tidak patut dijadikan suami. Sebagaimana dikatakan oleh salah seorang salaf.” (Majmu’ Fatawa 8/242)

3. Laki-laki yang bergaul dengan orang-orang sholeh.

4. Laki-laki yang rajin bekerja dan berusaha, optimis, serta tidak suka mengobral janji dan berandai-andai.

5. Laki-laki yang menghormati orang tua kita.

6. Laki-laki yang sehat jasmani dan rohani.

7. Mau berusaha untuk menjadi suami yang ideal, diantaranya: Melapangkan nafkah istri dengan tidak bakhil dan tidak berlebih-lebihan; memperlakukan istri dengan baik, mesra, dan lemah lembut; bersendau gurau dengan istri tanpa berlebih-lebihan; memaafkan kekurangan istri dan berterima kasih atas kelebihannya; meringankan pekerjaan istri dalam tugas-tugas rumah tangga; tidak menyiarkan rahasia suami istri; memberi peringatan dan bimbingan yang baik jika istri lalai dari kewajibannya; memerintahkan istri memakai busana muslimah ketika keluar; menemani istri bepergian; tidak membawa istri ke tempat-tempat maksiat; menjaga istri dari segala hal yang dapat menimbulkan fitnah kepadanya; memuliakan dan menghubungkan silaturahim kepada orang tua dan keluarga istri; memanggil istri dengan panggilan kesukaannya; dan yang terpenting bekerjasama dengan istri dalam taat kepada Allah Ta’ala.

Satu hal yang perlu kita ingat saudariku, bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Jangan pernah membayangkan bahwa laki-laki yang sholeh itu tidak punya cacat & kekurangan. Tapi, satu hal yang tidak boleh kita tinggalkan adalah ikhtiar dengan mencari yang terbaik untuk kita, serta bertawakal kepada Allah dengan diiringi do’a.

Sumber:
Ensiklopedi Wanita Muslimah. Haya bintu Mubaroh Al-Barik.
Read More..

Kado Pernikahan Untuk yang Segera Mengucapkan Janji Suci

Syair lagu "Dengarkanlah...wanita pujaanku ...malam ini akan ku nyatakan...hasrat suci satu untuk selamanya............."dan seterusnya...saya yakin anda lebih hafal syair lagu ini daripada saya....
Menikah...ya....menikah....Wih,......

Persoalan pernikahan adalah persoalan yang selalu aktual dan selalu menarik untuk dibicarakan serta dibahas. Persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat dan hajat hidup manusia yang asasi saja tetapi juga menyentuh suatu lembaga yang luhur dan sentral yaitu rumah tangga. Luhur, karena lembaga ini merupakan benteng bagi pertahanan martabat manusia dan nilai-nilai akhlaq.

Lembaga ini merupakan pusat bagi lahir dan tumbuhnya Bani Adam yang kelak mempunyai peranan kunci dalam mewujudkan kedamaian dan kemakmuran di muka bumi ini. Menurut Islam, Bani Adamlah yang memperoleh kehormatan untuk memikul amanah Illahi sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana firman Allah Ta'ala: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat : "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata : "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau ?. Allah berfirman : "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Al-Baqarah: 30).

Pernikahan merupakan persoalan penting dan besar. 'Aqad nikah (pernikahan) adalah sebagai suatu perjanjian yang kokoh dan suci (MIITSAAQON GHALIIZHOO), sebagaimana firman Allah Ta'ala: Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami istri dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat". (An-Nisaa' : 21). Karena itu, diharapkan semua pihak yang terlibat di dalamnya, khususnya suami istri, memelihara dan menjaganya secara sunguh-sungguh dengan penuh tanggung jawab.

Agama Islam telah memberikan petunjuk yang lengkap dan rinci terhadap persoalan pernikahan. Mulai dari anjuran menikah, cara memilih pasangan yang ideal, melakukan 'khitbah' (peminangan), mendidik anak, memberikan jalan keluar jika terjadi kemelut dalam rumah tangga, sampai dalam proses nafaqah (memberikan nafkah) dan harta waris, semua diatur oleh Islam secara rinci dan detail.

Selanjutnya untuk memahami konsep Islam tentang pernikahan, maka rujukan yang paling sah dan benar adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah Shahih (yang sesuai dengan pemahaman Salafus Shalih). Melalui rujukan ini kita akan dapati kejelasan tentang aspek-aspek pernikahan maupun beberapa penyimpangan dan pergeseran nilai pernikahan yang terjadi di masyarakat. Tentu saja semua persoalan tersebut tidak dapat saya (penulis) tuangkan dalam tulisan ini. Hanya beberapa persoalan yang perlu dibahas yaitu tentang : Fitrah Manusia, Tujuan Perkawinan dalam Islam, Tata Cara Perkawinan dan Penyimpangan Dalam Perkawinan.

Pernikahan adalah Fitrah Kemanusiaan
Agama Islam adalah agama fithrah dan manusia diciptakan Allah Ta'ala cocok dengan fitrah ini. Karena itu Allah Subhanahu wa Ta'ala menyuruh manusia menghadapkan diri ke agama fithrah agar tidak terjadi penyelewengan dan penyimpangan. Dengan demikian manusia dapat berjalan di atas fitrahnya tersebut.

Pernikahan adalah fitrah kemanusiaan ('gharizah insaniyah'/naluri kemanusiaan). Karena itu Islam menganjurkan untuk menikah. Bila gharizah ini tidak dipenuhi dengan jalan yang sah yaitu pernikahan, maka ia akan mencari jalan-jalan syetan yang banyak menjerumuskan ke lembah hitam. Firman Allah Ta'ala: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah) ; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus ; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (Ar-Ruum :30).

Islam telah menjadikan ikatan pernikahan yang sah berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagi satu-satunya sarana untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang sangat asasi serta sarana untuk membina keluarga yang Islami. Penghargaan Islam terhadap ikatan pernikahan besar sekali, sampai-sampai ikatan itu ditetapkan sebanding dengan separuh agama. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: "Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi". (Hadist Riwayat Thabrani dan Hakim).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras kepada orang yang tidak mau menikah. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk nikah dan melarang kami membujang dengan larangan yang keras". Dan beliau bersabda: "Artinya : Nikahilah perempuan yang banyak anak dan penyayang. Karena aku akan berbanggga dengan banyaknya umatku dihadapan para Nabi kelak di hari kiamat". (Hadits Riwayat Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban).

Pernah suatu ketika tiga orang shahabat datang bertanya kepada istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang peribadatan beliau. Setelah mendapat penjelasan, masing-masing ingin meningkatkan peribadatan mereka. Salah seorang berkata: "Adapun saya, akan puasa sepanjang masa tanpa putus". Yang lain berkata: "Adapun saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan kawin selamanya"....

Ketika hal itu didengar oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau keluar seraya bersabda: "Benarkah kalian telah berkata begini dan begitu ?. Demi Allah, sesungguhnya akulah yang paling takut dan taqwa di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku berbuka, aku shalat dan aku juga tidur dan aku juga mengawini perempuan. Maka barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku". (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).

Orang yang mempunyai akal dan bashirah tidak akan mau menjerumuskan dirinya ke jalan kesesatan dengan memilih hidup membujang. Menurut Syaikh Hussain Muhammad Yusuf: "Hidup membujang adalah suatu kehidupan yang kering dan gersang. Hidup yang tidak mempunyai makna dan tujuan. Suatu kehidupan yang hampa dari berbagai keutamaan insani yang pada umumnya ditegakkan atas dasar egoisme dan mementingkan diri sendiri serta ingin terlepas dari semua tanggung jawab".

Orang yang membujang pada umumnya hanya hidup untuk dirinya sendiri. Mereka membujang bersama hawa nafsu yang selalu bergelora, hingga kemurnian semangat dan rohaninya menjadi keruh. Mereka selalu berada dalam pergolakan melawan fitrahnya. Kendati ketaqwaan mereka dapat diandalkan, namun pergolakan yang terjadi secara terus menerus lama kelamaan akan melemahkan iman dan ketahanan jiwa serta mengganggu kesehatan dan akan membawanya ke lembah kenistaan.

Jadi orang yang enggan menikah baik laki-laki atau wanita, maka mereka itu sebenarnya tergolong orang yang paling sengsara dalam hidup ini. Mereka itu adalah orang yang paling tidak menikmati kebahagian hidup, baik kesenangan bersifat sensual maupun spiritual. Mungkin mereka kaya, namun mereka miskin dari karunia Allah.

Islam menolak sistem ke-'rahib-an' karena sistem tersebut bertentangan dengan fitrah kemanusiaan. Sikap itu melawan sunnah dan kodrat Allah Ta'ala yang telah ditetapkan bagi semua mahluknya. Sikap enggan membina rumah tangga karena takut miskin adalah sikap orang jahil (bodoh), karena semua rezeki sudah diatur oleh Allah sejak manusia berada di alam rahim. Manusia tidak bisa menteorikan rezeki yang diakaruniakan Allah, misalnya ia berkata : "Bila saya hidup sendiri gaji saya cukup, tapi bila punya istri tidak cukup ?!".

Perkataan ini adalah perkataan yang batil dan bertentangan dengan ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah memerintahkan untuk nikah. Seandainya mereka fakir pasti Allah akan membantu dengan memberi rezeki kepadanya. Allah menjanjikan suatu pertolongan kepada orang yang nikah. Firman-Nya: "Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui". (An-Nur : 32).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menguatkan janji Allah itu dengan sabdanya: "Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka, dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya". (Hadits Riwayat Ahmad, Nasa'i, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim dari shahabat Abu Hurairah radliyallahu 'anhu).

Para salafus shalih sangat menganjurkan untuk nikah. Mereka anti membujang dan tidak suka berlama-lama hidup sendiri. Ibnu Mas'ud radliyallahu 'anhu pernah berkata : "Jika umurku tinggal sepuluh hari lagi, sungguh aku lebih suka menikah daripada aku harus menemui Allah SWT sebagai seorang bujangan". (Ihya Ulumuddin hal. 20).

Tujuan Pernikahan dalam Islam

1. Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi. Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini yaitu dengan aqad nikah (melalui jenjang pernikahan). Bukan dengan cara yang amat kotor menjijikan seperti cara-cara orang sekarang seperti: berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang jauh dan diharamkan oleh Islam.

2. Untuk membentengi ahlak yang luhur. Sasaran utama dari disyari'atkannya pernikahan dalam Islam di antaranya ialah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji yang telah menurunkan dan meninabobokan martabat manusia yang luhur. Islam memandang pernikahan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efektif untuk memelihara pemuda dan pemudi dari kerusakan serta melindungi masyarakat dari kekacauan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wahai para pemuda ! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih Menundukan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya". (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa'i, Darimi, Ibnu Jarud dan Baihaqi).

3. Untuk menegakkan rumah tangga yang islami. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Islam membenarkan adanya Thalaq (perceraian). Jika suami istri sudah tidak sanggup lagi menegakkan batas-batas Allah, sebagaimana firman Allah: "Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zhalim". (Al-Baqarah : 229).

Yakni keduanya sudah tidak sanggup melaksanakan syari'at Allah. Dan dibenarkan rujuk (kembali nikah lagi) bila keduanya sanggup menegakkan batas-batas Allah. Sebagaimana yang disebutkan dalam lanjutan ayat di atas: "Kemudian jika si suami menthalaqnya (sesudah thalaq yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dinikahkan dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami yang pertama dan istri) untuk nikah kembali, jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah, diterangkannya kepada kaum yang (mau) mengetahui". (Al-Baqarah: 230).

Jadi tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami istri melaksanakan syari'at Islam dalam rumah tangganya. Hukum ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syari'at Islam adalah WAJIB. Oleh karena itu setiap muslim dan muslimah yang ingin membina rumah tangga yang Islami, ajaran Islam telah memberikan beberapa kriteria tentang calon pasangan yang ideal yaitu: (a) sesuai kafa'ah; dan (b) shalih dan shalihah.

1. Kafa'ah menurut konsep islam
Pengaruh materialisme telah banyak menimpa orangtua. Tidak sedikit pada zaman sekarang ini orang tua yang memiliki pemikiran, bahwa di dalam mencari calon jodoh putra-putrinya, selalu mempertimbangkan keseimbangan kedudukan, status sosial dan keturunan saja. Sementara pertimbangan agama kurang mendapat perhatian. Masalah Kufu' (sederajat, sepadan) hanya diukur lewat materi saja.

Menurut Islam, kafa'ah (atau kesamaan/kesepadanan/ sederajat dalam pernikahan) dipandang sangat penting karena dengan adanya kesamaan antara kedua suami istri itu, maka usaha untuk mendirikan dan membina rumah tangga yang Islami Insya Allah akan terwujud. Tetapi kafa'ah menurut Islam hanya diukur dengan kualitas iman dan taqwa serta akhlaq seseorang. Allah memandang sama derajat seseorang baik itu orang Arab maupun non Arab, miskin atau kaya. Tidak ada perbedaan dari keduanya kecuali derajat taqwanya. Firman Allah: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang-orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (Al-Hujurat : 13).
Dan mereka tetap sekufu' dan tidak ada halangan bagi mereka untuk menikah satu sama lainnya. Wajib bagi para orangtua, pemuda, pemudi untuk meninggalkan faham materialis dan kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah Nabi yang Shahih. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Wanita dikawini karena empat hal : Karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih karena agamanya (ke-Islamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan celaka". (Hadits Shahih Riwayat Bukhari, Muslim).


2. Memilih yang shalih dan shalihah
Lelaki yang hendak menikah harus memilih wanita yang shalihah dan wanita harus memilih laki-laki yang shalih. Menurut Al-Qur'an: "Wanita yang shalihah ialah yang ta'at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, olkeh karena Allah telah memelihara (mereka)". (An-Nisaa : 34). Menurut Al-Qur'an dan Al-Hadits yang Shahih di antara ciri-ciri wanita yang shalihah ialah : "Ta'at kepada Allah, ta'at kepada Rasul, memakai jilbab (pakaian) yang menutup seluruh auratnya dan tidak untuk pamer kecantikan (tabarruj) seperti wanita jahiliyah (Al-Ahzab : 32). Tidak berdua-duaan dengan laki-laki yang bukan mahram, ta'at kepada orangtua dalam kebaikan, ta'at kepada suami dan baik kepada tetangganya dan lain sebagainya".

Bila kriteria ini dipenuhi Insya Allah rumah tangga yang Islami akan terwujud. Sebagai tambahan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan untuk memilih wanita yang peranak dan penyayang agar dapat melahirkan generasi penerus umat.

4. Untuk meningkatkan ibadah kepada Allah.
Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama manusia. Dari sudut pandang ini, rumah tangga adalah salah satu lahan subur bagi peribadatan dan amal shalih di samping ibadah dan amal-amal shalih yang lain. Sampai-sampai bersetubuh (berhubungan suami-istri) pun termasuk ibadah (sedekah). Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jika kalian bersetubuh dengan istri-istri kalian termasuk sedekah!." Mendengar sabda Rasulullah itu para shahabat keheranan dan bertanya: "Wahai Rasulullah, seorang suami yang memuaskan nafsu birahinya terhadap istrinya akan mendapat pahala ?" Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab: "Bagaimana menurut kalian jika mereka (para suami) bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah mereka berdosa .? "Jawab para shahabat : "Ya, benar". Beliau bersabda lagi : "Begitu pula kalau mereka bersetubuh dengan istrinya (di tempat yang halal), mereka akan memperoleh pahala!". (Hadits Shahih Riwayat Muslim, Ahmad dan Nasa'i dengan sanad yang Shahih).
5. Untuk mencari keturunan yang shalih dan shalihah.
Tujuan pernikahan diantaranya ialah untuk melestarikan dan mengembangkan bani Adam. Allah berfirman: "Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu pasangan suami istri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?". (An-Nahl : 72).

Yang tak kalah pentingnya, dalam pernikahan bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha mencari dan membentuk generasi yang berkualitas yaitu mencetak anak yang shalih dan Shalihah serta bertaqwa kepada Allah SWT. Keturunan yang shalih tidak akan diperoleh melainkan dengan tarbiyah Islam (pendidikan Islam) yang benar. Disebutkan demikian karena banyak "Lembaga Pendidikan Islam", tetapi isi dan metodanya tidak Islami. Sehingga banyak terlihat anak-anak kaum muslimin tidak memiliki ahlaq Islami sebagai akibat pendidikan yang salah. Oleh karena itu suami istri bertanggung jawab mendidik, mengajar, dan mengarahkan anak-anaknya ke jalan yang benar.

Islam memandang bahwa pembentukan keluarga merupakan salah satu jalan untuk merealisasikan tujuan-tujuan yang lebih besar yang meliputi berbagai aspek kemasyarakatan berdasarkan Islam yang akan mempunyai pengaruh besar dan mendasar terhadap kaum muslimin dan eksistensi umat Islam.

Tatacara Pernikahan Dalam Islam
Islam telah memberikan konsep yang jelas tentang tatacara pernikahan berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah yang shahih (sesuai dengan pemahaman para Salafus Shalih). Secara singkat saya (penulis) sebutkan tahapannya dan jelaskan seperlunya:

1. Khitbah (meminang). Seorang muslim yang akan menikahi seorang muslimah hendaknya ia meminang terlebih dahulu, karena dimungkinkan ia sedang dipinang oleh orang lain. Islam melarang seorang muslim meminang wanita yang sedang dipinang oleh orang lain (Muttafaq 'alaihi). Dalam khitbah disunnahkan melihat wajah yang akan dipinang (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan Darimi).

2. Aqad nikah. Dalam aqad nikah ada beberapa syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi yaitu:
1. Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai.
2. Adanya Ijab Qabul.
3. Adanya Mahar.
4. Adanya Wali.
5. Adanya Saksi-saksi.
Dan menurut sunnah sebelum aqad nikah diadakan 'khutbah' terlebih dahulu yang dinamakan 'Khutbatun Nikah atau Khutbatul Hajat'.
3. Walimah 'urusy (resepsi pernikahan). Walimatul 'urusy hukumnya wajib dan diusahakan sesederhana mungkin. Hendaknya diundang juga orang-orang miskin. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Makanan paling buruk adalah makanan dalam walimah yang hanya mengundang orang-orang kaya saja untuk makan, sedangkan orang-orang miskin tidak diundang. Barangsiapa yang tidak menghadiri undangan walimah, maka ia durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya". (Hadits Shahih Riwayat Muslim dan Baihaqi dari Abu Hurairah).

Sebagai catatan penting hendaknya yang diundang itu orang-orang shalih, baik kaya maupun miskin. Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: "Janganlah kamu bergaul melainkan dengan orang-orang mukmin dan jangan makan makananmu melainkan orang-orang yang taqwa". (Hadist Shahih Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, Hakim dan Ahmad dari Abu Sa'id Al-Khudri).

Sebagian Penyelewengan Seputar Pernikahan

1. Pacaran.
Kebanyakan orang sebelum melangsungkan pernikahan biasanya "berpacaran" terlebih dahulu. Hal ini biasanya dianggap sebagai masa perkenalan individu, atau masa penjajakan atau di anggap sebagai perwujudan rasa cinta kasih terhadap lawan jenisnya. Adanya anggapan seperti ini melahirkan konsensus (persepsi) bersama antar berbagai pihak untuk menganggap masa berpacaran sebagai sesuatu yang lumrah dan wajar-wajar saja. Anggapan seperti ini adalah anggapan yang salah dan keliru. Dalam berpacaran sudah pasti tidak bisa dihindarkan dari berintim-intim dua insan yang berlainan jenis. Terjadi saling pandang, saling sentuh antara lawan jenis yang sudah jelas haram hukumnya menurut syari'at Islam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: " Jangan sekali-kali seorang laki-laki bersendirian dengan seorang perempuan, melainkan si perempuan itu bersama mahramnya". (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim). Jadi dalam Islam tidak ada kesempatan untuk berpacaran dan berpacaran itu hukumnya haram.
2. Tukar cincin.
Dalam peminangan biasanya ada tukar cincin sebagai tanda ikatan, hal ini bukan dari ajaran Islam. (Lihat Adabuz-Zafat, nashiruddin Al-Bani)
3. Menuntut mahar yang tinggi.
Menurut Islam sebaik-baik mahar adalah yang murah dan mudah, tidak mempersulit atau mahal. Memang mahar itu hak wanita, tetapi Islam menyarankan agar mempermudah dan melarang menuntut mahar yang tinggi.
4. Mengikuti upacara adat.
Ajaran dan peraturan Islam harus lebih tinggi dari segalanya. Setiap acara (upacara dan adat istiadat yang bertentangan dengan Islam) maka wajib untuk dihilangkan. Umumnya umat Islam dalam cara perkawinan selalu meninggikan dan menyanjung adat istiadat setempat, sehingga sunnah-sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang benar dan shahih telah mereka matikan dan padamkan (sesuai pengamatan dan perbincangan penulis). Sungguh sangat ironis...!. Kepada mereka yang masih menuhankan adat istiadat jahiliyah dan melecehkan konsep Islam, berarti mereka belum yakin kepada Islam.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?". (Al-Maaidah : 50). Orang-orang yang mencari konsep, peraturan, dan tatacara selain Islam, maka semuanya tidak akan diterima oleh Allah dan kelak di akhirat mereka akan menjadi orang-orang yang merugi, sebagaimana firman Allah Ta'ala: "Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi". (Ali-Imran : 85).
5. Mengucapkan ucapan selamat ala jahiliyah.
Kaum jahiliyah selalu menggunakan kata-kata 'Birafa' Wal Banin', ketika mengucapkan selamat kepada kedua mempelai. Ucapan Birafa' Wal Banin (semoga mempelai murah rezeki dan banyak anak) dilarang oleh Islam. Dari Al-Hasan, bahwa 'Aqil bin Abi Thalib nikah dengan seorang wanita dari Jasyam. Para tamu mengucapkan selamat dengan ucapan jahiliyah : 'Birafa' Wal Banin'. 'Aqil bin Abi Thalib melarang mereka seraya berkata : "Janganlah kalian ucapkan demikian !. Karena Rasulullah shallallhu 'alaihi wa sallam melarang ucapan demikian". Para tamu bertanya :"Lalu apa yang harus kami ucapkan, wahai Abu Zaid ?". 'Aqil menjelaskan : "Ucapkanlah : Barakallahu lakum wa Baraka 'Alaiykum" (mudah-mudahan Allah memberi kalian keberkahan dan melimpahkan atas kalian keberkahan). Demikianlah ucapan yang diperintahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam". (Hadits Shahih Riwayat Ibnu Abi Syaibah, Darimi, Nasa'i, Ibnu Majah, Ahmad, dan lain-lain).

Do'a yang biasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ucapkan kepada seorang mempelai ialah : "Baarakallahu laka wa baarakaa 'alaiyka wa jama'a baiynakumaa fii khoir" Do'a ini berdasarkan hadits shahih yang diriwayatkan dari Abu Hurairah: 'Artinya : Dari Abu hurairah, bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam jika mengucapkan selamat kepada seorang mempelai, beliau mengucapkan do'a : Baarakallahu laka wabaraka 'alaiyka wa jama'a baiynakuma fii khoir (mudah-mudahan Allah mencurahkan keberkahan atasmu dan mudah-mudahan Dia mempersatukan kamu berdua dalam kebaikan). (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Tirmidzi, Darimi 2:134, Hakim, Ibnu Majah dan Baihaqi).

6. Adanya ikhtilath (bercampur baur antara laki-laki dan wanita).
Ikhtilath adalah bercampurnya laki-laki dan wanita hingga terjadi pandang memandang, sentuh menyentuh, jabat tangan antara laki-laki dan wanita. Menurut Islam antara mempelai laki-laki dan wanita harus dipisah, sehingga apa yang kita sebutkan di atas dapat dihindari semuanya. (untuk yang satu ini masyarakat kita belum terbiasa dengan sunnah Rasulullah SAW, bahkan sangat asing dengan nilai-nilai yang dibawa oleh ajaran Islam)

7. Pelanggaran lain.
Pelanggaran-pelanggaran lain yang sering dilakukan di antaranya adalah musik yang hingar bingar, memakan hidangan yang disediakan sambil berdiri, dsb.

Khatimah Rumah Tangga yang ideal menurut ajaran Islam adalah rumah tangga yang diliputi 'sakinah' (ketentraman jiwa), 'mawaddah' (rasa cinta) dan 'rahmah' (kasih sayang). Allah berfirman: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu hidup tentram bersamanya. Dan Dia (juga) telah menjadikan di antaramu (suami, istri) rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir". (Ar-Ruum : 21).

Dalam rumah tangga yang Islami, suami-istri harus saling memahami kekurangan dan kelebihannya serta harus tahu pula hak dan kewajibannya serta memahami tugas dan fungsinya masing-masing yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Dengan demikian upaya untuk mewujudkan pernikahan dan rumah tangga yang mendapat keridha'an Allah SWT dapat terealisir.

Tetapi mengingat kondisi manusia yang tidak bisa lepas dari kelemahan dan kekurangan, sementara ujian dan cobaan selalu mengiringi kehidupan manusia, maka tidak jarang pasangan yang sedianya hidup tenang, tentram dan bahagia mendadak dilanda "kemelut" perselisihan dan percekcokan. Bila sudah diupayakan untuk damai (sebagaimana disebutkan dalam surat An-Nisaa : 34-35) namun tetap gagal, maka Islam memberikan jalan terakhir, yaitu "perceraian".

Marilah kita berupaya untuk merealisasikan pernikahan secara Islam dan membina rumah tangga yang Islami. Disamping itu wajib bagi kita meninggalkan aturan, tatacara, upacara dan adat istiadat yang bertentangan dengan Islam. Hanya Islam satu-satunya ajaran yang benar dan diridhai Allah Subhanahu wa Ta'ala (Ali-Imran : 19). "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan yang menyejukkan hati kami, dan jadikanlah kami Imam bagi orang-orang yang bertaqwa". (Al-Furqan ; 25:74 ). Amiin.
Read More..

Cantik Lahir Batin

Cantik Lahir Batin..................???

Mau........???

Senantiasa tampil cantik dan menawan adalah dambaan setiap insan. Berbagai perawatan dilakukan demi meraih penampilan yang diinginkan. Dari metode tradisional hingga terapi yang paling mutakhir, banyak tersedia untuk mewujudkan impian tersebut. Aktivitas ini tidak hanya dilakukan kaum Hawa. Kaum Adam memiliki kecenderungan yang sama. Fenomena pria metroseksual adalah satu bukti.

Mengejar penampilan jasmani tidak disalahkan dalam agama. Selain merupakan fitrah yang manusiawi, Allah SWT pun menyenangi hambanya yang memerhatikan penampilan karena Ia Mahaindah dan mencintai keindahan.

Hanya saja, penampilan fisik ini bukanlah segala-galanya. Kecantikan fisik bisa memudar seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya usia. Maka, ada satu hal yang akan menjaga nilai kecantikan ini agar tidak pernah sirna, yaitu menghidupkan kecantikan rohani yang bersumber dari relung kesalehan hati.

Kecantikan rohani ini akan memancar jika pemiliknya mampu menjaga kebersihan hati dan menghilangkan penyakit-penyakitnya. Betapa besarnya peran dan fungsi hati dalam membentuk kepribadian. Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW berujar, ''Ketahuilah di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, maka baik pulalah seluruh perbuatannya. Dan, apabila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh perbuatannya. Ketahuilah itu adalah hati.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Seluruh pikiran, perkataan, dan perbuatan adalah buah akhlak yang dikendalikan oleh hati. Ketika seorang Muslim memahami hakikat hidup di dunia, hatinya akan segera bertindak untuk mempercantik diri dengan akhlak mulia sesuai tuntunan Rasulullah serta mencampakkan tindakan tercela berupa syirik, iri, dengki, dan takabur.

Untuk menghadirkan kecantikan rohani, kaum Muslim tidak perlu merogoh uang saku yang banyak untuk perawatan. Hanya perlu memperbanyak amal saleh dan menjauhi segala bentuk perbuatan maksiat dan menggantinya dengan dzikir pada Allah SWT.

Suatu ketika Ibnu Abbas mengatakan, ''Sesungguhnya amal kebaikan itu akan memancarkan cahaya dalam hati, membersitkan sinar pada wajah, kekuatan pada tubuh, kelimpahan dalam rezeki, dan menumbuhkan rasa cinta di hati manusia kepadanya.''

Apabila kita telah tersadar untuk mempercantik diri secara lahiriah dengan busana dan perawatan tubuh yang sesuai dengan aturan Allah SWT, mari kita sempurnakan dengan mempercantik mata hati kita agar lebih dicintai Allah SWT dan seluruh makhluknya.
Read More..

8 Pengertian Cinta dalam Al-Qur'an

Cinta....cinta dan Cinta...andalah anugerah terindah bagi kita....tapi bagaimana kita memenejemen cinta dalam hati......, apakah kita mampu menjalani cinta dalam koridor islam dan memaknainya...????

Ehm....Salah satu karunia terindah yang diberikan Alloh adalah adanya perasaan pada diri kita, perasaan tidak pernah salah...perasaan tidak pernah menipu....TAPI YANG BENAR ADALAH "Bagaimana Kita Membingkai Perasaan itu atau Rasa itu di dalam Jalan-Nya"

Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai’an
katsura dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya
(man ahabba syai’an fa huwa `abduhu). Kata Nabi juga, ciri dari cinta
sejati ada tiga : (1) lebih suka berbicara dengan yang dicintai
dibanding dengan yang lain, (2) lebih suka berkumpul dengan yang
dicintai dibanding dengan yang lain, dan (3) lebih suka mengikuti
kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri. Bagi
orang yang telah jatuh cinta kepada Alloh SWT, maka ia lebih suka
berbicara dengan Alloh Swt, dengan membaca firman Nya, lebih suka
bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti
perintah Alloh SWT daripada perintah yang lain.

Dalam Qur’an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:

1. Cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan
“nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu
berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia
ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.

2. Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut,
siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis
rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding
terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang
kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi
kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya.
Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian
darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari
itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham ,
yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri,
yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata
rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana
psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim.
Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah
dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya
menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta
mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia
akhirat.

3. Cinta mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara,
sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung
kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut
dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada
yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang
lama.

4. Cinta syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil
dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad
syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir
tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf
ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir
kepada bujangnya, Yusuf.

5. Cinta ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan
norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak
tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an
menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah
menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus
hukuman bagi pezina (Q/24:2).

6. Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku
penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ni ketika
mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan
Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja),
sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan
bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al
jahilin (Q/12:33)

7. Cinta syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari
hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5
dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan
tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur
dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika
wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya
memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu.
Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa
Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada
sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang
apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il
tihab naruha fi qalb al muhibbi

8. Cinta kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik
kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang
menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada
pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa
Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la
yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)
Read More..