Subscribe

RSS Feed (xml)



Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Jumat, 29 Agustus 2008

Ukhti.....Siapa yang Kita Pilih.......untuk menjadi Pendamping Kita...

Wih....sapa ya pendamping kita....
hayo acungkan tangan....

Menikah, satu kata ini akan menjadi sesuatu yang sangat berarti bagi pemuda ataupun pemudi yang sudah mencapai usia remaja. Remaja yang sudah mulai memiliki rasa tertarik dengan lawan jenisnya, akan memperhatikan pasangan yang diimpikan menjadi pasangan hidupnya. Sejenak waktu, hatinya akan merenda mimpi, membayangkan masa depan yang indah bersamanya.

Saudariku muslimah yang dirahmati Allah, tentu kita semua menginginkan pasangan hidup yang dapat menjadi teman dalam suka dan duka, bersama dengannya membangun rumah tangga yang bahagia, sampai menapaki usia senja, bahkan menjadi pasangan di akhirat kelak. Tentu kita tidak ingin bahtera tumah tangga yang sudah terlanjur kita arungi bersama laki-laki yang menjadi pilihan kita kandas di tengah perjalanan, karena tentu ini akan sangat menyakitkan, menimbulkan luka mendalam yang mungkin sangat sulit disembuhkan, baik luka bagi kita maupun bagi buah hati yang mungkin sudah ada. Lagipula, kita mengetahui bahwa Allah Ta’ala, Robb sekaligus Illah kita satu-satunya sangat membenci perceraian, meskipun hal itu diperbolehkan jika memang keduanya merasa berat. “Mencegah lebih baik daripada mengobati.” Itulah slogan yang biasa dipakai untuk masalah kesehatan. Dan untuk masalah kita ini, yang tentunya jauh lebih urgen dari masalah kesehatan tentu lebih layak bagi kita untuk memakai slogan ini, agar kita tidak menyesal di tengah jalan.

Saudariku muslimah, sekarang banyak kita jumpai fenomena yang sangat memprihatinkan dan menyedihkan hati. Banyak dari saudari-saudari kita yang terpesona dengan kehidupan dunia, sehingga timbul predikat ‘cewek matre’, yaitu bagi mereka yang menyukai laki-laki karena uangnya. Ada juga diantara saudari kita yang memilih laki-laki hanya karena fisiknya saja. Ada juga diantara mereka yang menyukai laki-laki hanya karena kepintarannya saja, padahal belum tentu kepintarannya itu akan menyelamatkannya, mungkin justru wanita itu yang akan dibodohi.

Sebenarnya tidak mengapa kita menetapkan kriteria - kriteria tersebut untuk calon pasangan kita, namun janganlah hal tersebut dijadikan tujuan utama, karena kriteria-kriteria itu hanya terbatas pada hal yang bersifat duniawi, sesuatu yang tidak kekal dan suatu saat akan menghilang. Lalu bagaimana solusinya ? Saudariku, sebagai seorang muslim, standar yang harus kita jadikan patokan adalah sesuatu yang sesuai dengan ketentuan syariat. Karena hanya dengan itu kebahagian hakiki akan tercapai, bukan hanya kebahagian dunia saja yang akan kita dapatkan, tapi kebahagiaan akhirat yang kekal pun akan kita nikmati jika kita mempunyai pasangan yang bisa diajak bekerjasama dalam ketaatan kepada Allah.

Diantara kriteria-kriteria yang hendaknya kita utamakan antara lain:

1. Memilih calon suami yang mempunyai agama dan akhlak yang baik, dengan hal tersebut ia diharapkan dapat melaksanakan kewajiban secara sempurna dalam membimbing keluarga, menunaikan hak istri, mendidik anak, serta memiliki tanggung jawab dalam menjaga kehormatan keluarga.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Jika datang melamar kepadamu orang yang engkau ridho agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dengannya, jika kamu tidak menerimanya, niscaya akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang luas.” (HR. Tirmidzi, hasan)

Seorang laki-laki bertanya kepada Hasan bin ‘Ali, “Saya punya seorang putri, siapakah kiranya yang patut jadi suaminya ?” Hasan bin ‘Ali menjawab, “Seorang laki-laki yang bertaqwa kepada Allah, sebab jika ia senang ia akan menghormatinya, dan jika ia sedang marah, ia tidak suka zalim kepadanya.”

2. Memilih calon suami yang bukan dari golongan orang fasiq, yaitu orang yang rusak agama dan akhlaknya, suka berbuat dosa, dan lain-lain.

“Siapa saja menikahkan wanita yang di bawah kekuasaanya dengan laki-laki fasiq, berarti memutuskan tali keluarga.” (HR. Ibnu Hibban, dalam Adh-Dhu’afa’ & Ibnu Adi)

Ibnu Taimiyah berkata, “Laki-laki itu selalu berbuat dosa, tidak patut dijadikan suami. Sebagaimana dikatakan oleh salah seorang salaf.” (Majmu’ Fatawa 8/242)

3. Laki-laki yang bergaul dengan orang-orang sholeh.

4. Laki-laki yang rajin bekerja dan berusaha, optimis, serta tidak suka mengobral janji dan berandai-andai.

5. Laki-laki yang menghormati orang tua kita.

6. Laki-laki yang sehat jasmani dan rohani.

7. Mau berusaha untuk menjadi suami yang ideal, diantaranya: Melapangkan nafkah istri dengan tidak bakhil dan tidak berlebih-lebihan; memperlakukan istri dengan baik, mesra, dan lemah lembut; bersendau gurau dengan istri tanpa berlebih-lebihan; memaafkan kekurangan istri dan berterima kasih atas kelebihannya; meringankan pekerjaan istri dalam tugas-tugas rumah tangga; tidak menyiarkan rahasia suami istri; memberi peringatan dan bimbingan yang baik jika istri lalai dari kewajibannya; memerintahkan istri memakai busana muslimah ketika keluar; menemani istri bepergian; tidak membawa istri ke tempat-tempat maksiat; menjaga istri dari segala hal yang dapat menimbulkan fitnah kepadanya; memuliakan dan menghubungkan silaturahim kepada orang tua dan keluarga istri; memanggil istri dengan panggilan kesukaannya; dan yang terpenting bekerjasama dengan istri dalam taat kepada Allah Ta’ala.

Satu hal yang perlu kita ingat saudariku, bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Jangan pernah membayangkan bahwa laki-laki yang sholeh itu tidak punya cacat & kekurangan. Tapi, satu hal yang tidak boleh kita tinggalkan adalah ikhtiar dengan mencari yang terbaik untuk kita, serta bertawakal kepada Allah dengan diiringi do’a.

Sumber:
Ensiklopedi Wanita Muslimah. Haya bintu Mubaroh Al-Barik.
Read More..

Kado Pernikahan Untuk yang Segera Mengucapkan Janji Suci

Syair lagu "Dengarkanlah...wanita pujaanku ...malam ini akan ku nyatakan...hasrat suci satu untuk selamanya............."dan seterusnya...saya yakin anda lebih hafal syair lagu ini daripada saya....
Menikah...ya....menikah....Wih,......

Persoalan pernikahan adalah persoalan yang selalu aktual dan selalu menarik untuk dibicarakan serta dibahas. Persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat dan hajat hidup manusia yang asasi saja tetapi juga menyentuh suatu lembaga yang luhur dan sentral yaitu rumah tangga. Luhur, karena lembaga ini merupakan benteng bagi pertahanan martabat manusia dan nilai-nilai akhlaq.

Lembaga ini merupakan pusat bagi lahir dan tumbuhnya Bani Adam yang kelak mempunyai peranan kunci dalam mewujudkan kedamaian dan kemakmuran di muka bumi ini. Menurut Islam, Bani Adamlah yang memperoleh kehormatan untuk memikul amanah Illahi sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana firman Allah Ta'ala: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat : "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata : "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau ?. Allah berfirman : "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Al-Baqarah: 30).

Pernikahan merupakan persoalan penting dan besar. 'Aqad nikah (pernikahan) adalah sebagai suatu perjanjian yang kokoh dan suci (MIITSAAQON GHALIIZHOO), sebagaimana firman Allah Ta'ala: Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami istri dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat". (An-Nisaa' : 21). Karena itu, diharapkan semua pihak yang terlibat di dalamnya, khususnya suami istri, memelihara dan menjaganya secara sunguh-sungguh dengan penuh tanggung jawab.

Agama Islam telah memberikan petunjuk yang lengkap dan rinci terhadap persoalan pernikahan. Mulai dari anjuran menikah, cara memilih pasangan yang ideal, melakukan 'khitbah' (peminangan), mendidik anak, memberikan jalan keluar jika terjadi kemelut dalam rumah tangga, sampai dalam proses nafaqah (memberikan nafkah) dan harta waris, semua diatur oleh Islam secara rinci dan detail.

Selanjutnya untuk memahami konsep Islam tentang pernikahan, maka rujukan yang paling sah dan benar adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah Shahih (yang sesuai dengan pemahaman Salafus Shalih). Melalui rujukan ini kita akan dapati kejelasan tentang aspek-aspek pernikahan maupun beberapa penyimpangan dan pergeseran nilai pernikahan yang terjadi di masyarakat. Tentu saja semua persoalan tersebut tidak dapat saya (penulis) tuangkan dalam tulisan ini. Hanya beberapa persoalan yang perlu dibahas yaitu tentang : Fitrah Manusia, Tujuan Perkawinan dalam Islam, Tata Cara Perkawinan dan Penyimpangan Dalam Perkawinan.

Pernikahan adalah Fitrah Kemanusiaan
Agama Islam adalah agama fithrah dan manusia diciptakan Allah Ta'ala cocok dengan fitrah ini. Karena itu Allah Subhanahu wa Ta'ala menyuruh manusia menghadapkan diri ke agama fithrah agar tidak terjadi penyelewengan dan penyimpangan. Dengan demikian manusia dapat berjalan di atas fitrahnya tersebut.

Pernikahan adalah fitrah kemanusiaan ('gharizah insaniyah'/naluri kemanusiaan). Karena itu Islam menganjurkan untuk menikah. Bila gharizah ini tidak dipenuhi dengan jalan yang sah yaitu pernikahan, maka ia akan mencari jalan-jalan syetan yang banyak menjerumuskan ke lembah hitam. Firman Allah Ta'ala: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah) ; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus ; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (Ar-Ruum :30).

Islam telah menjadikan ikatan pernikahan yang sah berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagi satu-satunya sarana untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang sangat asasi serta sarana untuk membina keluarga yang Islami. Penghargaan Islam terhadap ikatan pernikahan besar sekali, sampai-sampai ikatan itu ditetapkan sebanding dengan separuh agama. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: "Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi". (Hadist Riwayat Thabrani dan Hakim).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras kepada orang yang tidak mau menikah. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk nikah dan melarang kami membujang dengan larangan yang keras". Dan beliau bersabda: "Artinya : Nikahilah perempuan yang banyak anak dan penyayang. Karena aku akan berbanggga dengan banyaknya umatku dihadapan para Nabi kelak di hari kiamat". (Hadits Riwayat Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban).

Pernah suatu ketika tiga orang shahabat datang bertanya kepada istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang peribadatan beliau. Setelah mendapat penjelasan, masing-masing ingin meningkatkan peribadatan mereka. Salah seorang berkata: "Adapun saya, akan puasa sepanjang masa tanpa putus". Yang lain berkata: "Adapun saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan kawin selamanya"....

Ketika hal itu didengar oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau keluar seraya bersabda: "Benarkah kalian telah berkata begini dan begitu ?. Demi Allah, sesungguhnya akulah yang paling takut dan taqwa di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku berbuka, aku shalat dan aku juga tidur dan aku juga mengawini perempuan. Maka barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku". (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).

Orang yang mempunyai akal dan bashirah tidak akan mau menjerumuskan dirinya ke jalan kesesatan dengan memilih hidup membujang. Menurut Syaikh Hussain Muhammad Yusuf: "Hidup membujang adalah suatu kehidupan yang kering dan gersang. Hidup yang tidak mempunyai makna dan tujuan. Suatu kehidupan yang hampa dari berbagai keutamaan insani yang pada umumnya ditegakkan atas dasar egoisme dan mementingkan diri sendiri serta ingin terlepas dari semua tanggung jawab".

Orang yang membujang pada umumnya hanya hidup untuk dirinya sendiri. Mereka membujang bersama hawa nafsu yang selalu bergelora, hingga kemurnian semangat dan rohaninya menjadi keruh. Mereka selalu berada dalam pergolakan melawan fitrahnya. Kendati ketaqwaan mereka dapat diandalkan, namun pergolakan yang terjadi secara terus menerus lama kelamaan akan melemahkan iman dan ketahanan jiwa serta mengganggu kesehatan dan akan membawanya ke lembah kenistaan.

Jadi orang yang enggan menikah baik laki-laki atau wanita, maka mereka itu sebenarnya tergolong orang yang paling sengsara dalam hidup ini. Mereka itu adalah orang yang paling tidak menikmati kebahagian hidup, baik kesenangan bersifat sensual maupun spiritual. Mungkin mereka kaya, namun mereka miskin dari karunia Allah.

Islam menolak sistem ke-'rahib-an' karena sistem tersebut bertentangan dengan fitrah kemanusiaan. Sikap itu melawan sunnah dan kodrat Allah Ta'ala yang telah ditetapkan bagi semua mahluknya. Sikap enggan membina rumah tangga karena takut miskin adalah sikap orang jahil (bodoh), karena semua rezeki sudah diatur oleh Allah sejak manusia berada di alam rahim. Manusia tidak bisa menteorikan rezeki yang diakaruniakan Allah, misalnya ia berkata : "Bila saya hidup sendiri gaji saya cukup, tapi bila punya istri tidak cukup ?!".

Perkataan ini adalah perkataan yang batil dan bertentangan dengan ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah memerintahkan untuk nikah. Seandainya mereka fakir pasti Allah akan membantu dengan memberi rezeki kepadanya. Allah menjanjikan suatu pertolongan kepada orang yang nikah. Firman-Nya: "Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui". (An-Nur : 32).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menguatkan janji Allah itu dengan sabdanya: "Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka, dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya". (Hadits Riwayat Ahmad, Nasa'i, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim dari shahabat Abu Hurairah radliyallahu 'anhu).

Para salafus shalih sangat menganjurkan untuk nikah. Mereka anti membujang dan tidak suka berlama-lama hidup sendiri. Ibnu Mas'ud radliyallahu 'anhu pernah berkata : "Jika umurku tinggal sepuluh hari lagi, sungguh aku lebih suka menikah daripada aku harus menemui Allah SWT sebagai seorang bujangan". (Ihya Ulumuddin hal. 20).

Tujuan Pernikahan dalam Islam

1. Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi. Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini yaitu dengan aqad nikah (melalui jenjang pernikahan). Bukan dengan cara yang amat kotor menjijikan seperti cara-cara orang sekarang seperti: berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang jauh dan diharamkan oleh Islam.

2. Untuk membentengi ahlak yang luhur. Sasaran utama dari disyari'atkannya pernikahan dalam Islam di antaranya ialah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji yang telah menurunkan dan meninabobokan martabat manusia yang luhur. Islam memandang pernikahan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efektif untuk memelihara pemuda dan pemudi dari kerusakan serta melindungi masyarakat dari kekacauan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wahai para pemuda ! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih Menundukan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya". (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa'i, Darimi, Ibnu Jarud dan Baihaqi).

3. Untuk menegakkan rumah tangga yang islami. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Islam membenarkan adanya Thalaq (perceraian). Jika suami istri sudah tidak sanggup lagi menegakkan batas-batas Allah, sebagaimana firman Allah: "Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zhalim". (Al-Baqarah : 229).

Yakni keduanya sudah tidak sanggup melaksanakan syari'at Allah. Dan dibenarkan rujuk (kembali nikah lagi) bila keduanya sanggup menegakkan batas-batas Allah. Sebagaimana yang disebutkan dalam lanjutan ayat di atas: "Kemudian jika si suami menthalaqnya (sesudah thalaq yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dinikahkan dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami yang pertama dan istri) untuk nikah kembali, jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah, diterangkannya kepada kaum yang (mau) mengetahui". (Al-Baqarah: 230).

Jadi tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami istri melaksanakan syari'at Islam dalam rumah tangganya. Hukum ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syari'at Islam adalah WAJIB. Oleh karena itu setiap muslim dan muslimah yang ingin membina rumah tangga yang Islami, ajaran Islam telah memberikan beberapa kriteria tentang calon pasangan yang ideal yaitu: (a) sesuai kafa'ah; dan (b) shalih dan shalihah.

1. Kafa'ah menurut konsep islam
Pengaruh materialisme telah banyak menimpa orangtua. Tidak sedikit pada zaman sekarang ini orang tua yang memiliki pemikiran, bahwa di dalam mencari calon jodoh putra-putrinya, selalu mempertimbangkan keseimbangan kedudukan, status sosial dan keturunan saja. Sementara pertimbangan agama kurang mendapat perhatian. Masalah Kufu' (sederajat, sepadan) hanya diukur lewat materi saja.

Menurut Islam, kafa'ah (atau kesamaan/kesepadanan/ sederajat dalam pernikahan) dipandang sangat penting karena dengan adanya kesamaan antara kedua suami istri itu, maka usaha untuk mendirikan dan membina rumah tangga yang Islami Insya Allah akan terwujud. Tetapi kafa'ah menurut Islam hanya diukur dengan kualitas iman dan taqwa serta akhlaq seseorang. Allah memandang sama derajat seseorang baik itu orang Arab maupun non Arab, miskin atau kaya. Tidak ada perbedaan dari keduanya kecuali derajat taqwanya. Firman Allah: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang-orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (Al-Hujurat : 13).
Dan mereka tetap sekufu' dan tidak ada halangan bagi mereka untuk menikah satu sama lainnya. Wajib bagi para orangtua, pemuda, pemudi untuk meninggalkan faham materialis dan kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah Nabi yang Shahih. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Wanita dikawini karena empat hal : Karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih karena agamanya (ke-Islamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan celaka". (Hadits Shahih Riwayat Bukhari, Muslim).


2. Memilih yang shalih dan shalihah
Lelaki yang hendak menikah harus memilih wanita yang shalihah dan wanita harus memilih laki-laki yang shalih. Menurut Al-Qur'an: "Wanita yang shalihah ialah yang ta'at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, olkeh karena Allah telah memelihara (mereka)". (An-Nisaa : 34). Menurut Al-Qur'an dan Al-Hadits yang Shahih di antara ciri-ciri wanita yang shalihah ialah : "Ta'at kepada Allah, ta'at kepada Rasul, memakai jilbab (pakaian) yang menutup seluruh auratnya dan tidak untuk pamer kecantikan (tabarruj) seperti wanita jahiliyah (Al-Ahzab : 32). Tidak berdua-duaan dengan laki-laki yang bukan mahram, ta'at kepada orangtua dalam kebaikan, ta'at kepada suami dan baik kepada tetangganya dan lain sebagainya".

Bila kriteria ini dipenuhi Insya Allah rumah tangga yang Islami akan terwujud. Sebagai tambahan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan untuk memilih wanita yang peranak dan penyayang agar dapat melahirkan generasi penerus umat.

4. Untuk meningkatkan ibadah kepada Allah.
Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama manusia. Dari sudut pandang ini, rumah tangga adalah salah satu lahan subur bagi peribadatan dan amal shalih di samping ibadah dan amal-amal shalih yang lain. Sampai-sampai bersetubuh (berhubungan suami-istri) pun termasuk ibadah (sedekah). Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jika kalian bersetubuh dengan istri-istri kalian termasuk sedekah!." Mendengar sabda Rasulullah itu para shahabat keheranan dan bertanya: "Wahai Rasulullah, seorang suami yang memuaskan nafsu birahinya terhadap istrinya akan mendapat pahala ?" Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab: "Bagaimana menurut kalian jika mereka (para suami) bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah mereka berdosa .? "Jawab para shahabat : "Ya, benar". Beliau bersabda lagi : "Begitu pula kalau mereka bersetubuh dengan istrinya (di tempat yang halal), mereka akan memperoleh pahala!". (Hadits Shahih Riwayat Muslim, Ahmad dan Nasa'i dengan sanad yang Shahih).
5. Untuk mencari keturunan yang shalih dan shalihah.
Tujuan pernikahan diantaranya ialah untuk melestarikan dan mengembangkan bani Adam. Allah berfirman: "Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu pasangan suami istri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?". (An-Nahl : 72).

Yang tak kalah pentingnya, dalam pernikahan bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha mencari dan membentuk generasi yang berkualitas yaitu mencetak anak yang shalih dan Shalihah serta bertaqwa kepada Allah SWT. Keturunan yang shalih tidak akan diperoleh melainkan dengan tarbiyah Islam (pendidikan Islam) yang benar. Disebutkan demikian karena banyak "Lembaga Pendidikan Islam", tetapi isi dan metodanya tidak Islami. Sehingga banyak terlihat anak-anak kaum muslimin tidak memiliki ahlaq Islami sebagai akibat pendidikan yang salah. Oleh karena itu suami istri bertanggung jawab mendidik, mengajar, dan mengarahkan anak-anaknya ke jalan yang benar.

Islam memandang bahwa pembentukan keluarga merupakan salah satu jalan untuk merealisasikan tujuan-tujuan yang lebih besar yang meliputi berbagai aspek kemasyarakatan berdasarkan Islam yang akan mempunyai pengaruh besar dan mendasar terhadap kaum muslimin dan eksistensi umat Islam.

Tatacara Pernikahan Dalam Islam
Islam telah memberikan konsep yang jelas tentang tatacara pernikahan berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah yang shahih (sesuai dengan pemahaman para Salafus Shalih). Secara singkat saya (penulis) sebutkan tahapannya dan jelaskan seperlunya:

1. Khitbah (meminang). Seorang muslim yang akan menikahi seorang muslimah hendaknya ia meminang terlebih dahulu, karena dimungkinkan ia sedang dipinang oleh orang lain. Islam melarang seorang muslim meminang wanita yang sedang dipinang oleh orang lain (Muttafaq 'alaihi). Dalam khitbah disunnahkan melihat wajah yang akan dipinang (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan Darimi).

2. Aqad nikah. Dalam aqad nikah ada beberapa syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi yaitu:
1. Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai.
2. Adanya Ijab Qabul.
3. Adanya Mahar.
4. Adanya Wali.
5. Adanya Saksi-saksi.
Dan menurut sunnah sebelum aqad nikah diadakan 'khutbah' terlebih dahulu yang dinamakan 'Khutbatun Nikah atau Khutbatul Hajat'.
3. Walimah 'urusy (resepsi pernikahan). Walimatul 'urusy hukumnya wajib dan diusahakan sesederhana mungkin. Hendaknya diundang juga orang-orang miskin. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Makanan paling buruk adalah makanan dalam walimah yang hanya mengundang orang-orang kaya saja untuk makan, sedangkan orang-orang miskin tidak diundang. Barangsiapa yang tidak menghadiri undangan walimah, maka ia durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya". (Hadits Shahih Riwayat Muslim dan Baihaqi dari Abu Hurairah).

Sebagai catatan penting hendaknya yang diundang itu orang-orang shalih, baik kaya maupun miskin. Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: "Janganlah kamu bergaul melainkan dengan orang-orang mukmin dan jangan makan makananmu melainkan orang-orang yang taqwa". (Hadist Shahih Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, Hakim dan Ahmad dari Abu Sa'id Al-Khudri).

Sebagian Penyelewengan Seputar Pernikahan

1. Pacaran.
Kebanyakan orang sebelum melangsungkan pernikahan biasanya "berpacaran" terlebih dahulu. Hal ini biasanya dianggap sebagai masa perkenalan individu, atau masa penjajakan atau di anggap sebagai perwujudan rasa cinta kasih terhadap lawan jenisnya. Adanya anggapan seperti ini melahirkan konsensus (persepsi) bersama antar berbagai pihak untuk menganggap masa berpacaran sebagai sesuatu yang lumrah dan wajar-wajar saja. Anggapan seperti ini adalah anggapan yang salah dan keliru. Dalam berpacaran sudah pasti tidak bisa dihindarkan dari berintim-intim dua insan yang berlainan jenis. Terjadi saling pandang, saling sentuh antara lawan jenis yang sudah jelas haram hukumnya menurut syari'at Islam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: " Jangan sekali-kali seorang laki-laki bersendirian dengan seorang perempuan, melainkan si perempuan itu bersama mahramnya". (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim). Jadi dalam Islam tidak ada kesempatan untuk berpacaran dan berpacaran itu hukumnya haram.
2. Tukar cincin.
Dalam peminangan biasanya ada tukar cincin sebagai tanda ikatan, hal ini bukan dari ajaran Islam. (Lihat Adabuz-Zafat, nashiruddin Al-Bani)
3. Menuntut mahar yang tinggi.
Menurut Islam sebaik-baik mahar adalah yang murah dan mudah, tidak mempersulit atau mahal. Memang mahar itu hak wanita, tetapi Islam menyarankan agar mempermudah dan melarang menuntut mahar yang tinggi.
4. Mengikuti upacara adat.
Ajaran dan peraturan Islam harus lebih tinggi dari segalanya. Setiap acara (upacara dan adat istiadat yang bertentangan dengan Islam) maka wajib untuk dihilangkan. Umumnya umat Islam dalam cara perkawinan selalu meninggikan dan menyanjung adat istiadat setempat, sehingga sunnah-sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang benar dan shahih telah mereka matikan dan padamkan (sesuai pengamatan dan perbincangan penulis). Sungguh sangat ironis...!. Kepada mereka yang masih menuhankan adat istiadat jahiliyah dan melecehkan konsep Islam, berarti mereka belum yakin kepada Islam.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?". (Al-Maaidah : 50). Orang-orang yang mencari konsep, peraturan, dan tatacara selain Islam, maka semuanya tidak akan diterima oleh Allah dan kelak di akhirat mereka akan menjadi orang-orang yang merugi, sebagaimana firman Allah Ta'ala: "Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi". (Ali-Imran : 85).
5. Mengucapkan ucapan selamat ala jahiliyah.
Kaum jahiliyah selalu menggunakan kata-kata 'Birafa' Wal Banin', ketika mengucapkan selamat kepada kedua mempelai. Ucapan Birafa' Wal Banin (semoga mempelai murah rezeki dan banyak anak) dilarang oleh Islam. Dari Al-Hasan, bahwa 'Aqil bin Abi Thalib nikah dengan seorang wanita dari Jasyam. Para tamu mengucapkan selamat dengan ucapan jahiliyah : 'Birafa' Wal Banin'. 'Aqil bin Abi Thalib melarang mereka seraya berkata : "Janganlah kalian ucapkan demikian !. Karena Rasulullah shallallhu 'alaihi wa sallam melarang ucapan demikian". Para tamu bertanya :"Lalu apa yang harus kami ucapkan, wahai Abu Zaid ?". 'Aqil menjelaskan : "Ucapkanlah : Barakallahu lakum wa Baraka 'Alaiykum" (mudah-mudahan Allah memberi kalian keberkahan dan melimpahkan atas kalian keberkahan). Demikianlah ucapan yang diperintahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam". (Hadits Shahih Riwayat Ibnu Abi Syaibah, Darimi, Nasa'i, Ibnu Majah, Ahmad, dan lain-lain).

Do'a yang biasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ucapkan kepada seorang mempelai ialah : "Baarakallahu laka wa baarakaa 'alaiyka wa jama'a baiynakumaa fii khoir" Do'a ini berdasarkan hadits shahih yang diriwayatkan dari Abu Hurairah: 'Artinya : Dari Abu hurairah, bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam jika mengucapkan selamat kepada seorang mempelai, beliau mengucapkan do'a : Baarakallahu laka wabaraka 'alaiyka wa jama'a baiynakuma fii khoir (mudah-mudahan Allah mencurahkan keberkahan atasmu dan mudah-mudahan Dia mempersatukan kamu berdua dalam kebaikan). (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Tirmidzi, Darimi 2:134, Hakim, Ibnu Majah dan Baihaqi).

6. Adanya ikhtilath (bercampur baur antara laki-laki dan wanita).
Ikhtilath adalah bercampurnya laki-laki dan wanita hingga terjadi pandang memandang, sentuh menyentuh, jabat tangan antara laki-laki dan wanita. Menurut Islam antara mempelai laki-laki dan wanita harus dipisah, sehingga apa yang kita sebutkan di atas dapat dihindari semuanya. (untuk yang satu ini masyarakat kita belum terbiasa dengan sunnah Rasulullah SAW, bahkan sangat asing dengan nilai-nilai yang dibawa oleh ajaran Islam)

7. Pelanggaran lain.
Pelanggaran-pelanggaran lain yang sering dilakukan di antaranya adalah musik yang hingar bingar, memakan hidangan yang disediakan sambil berdiri, dsb.

Khatimah Rumah Tangga yang ideal menurut ajaran Islam adalah rumah tangga yang diliputi 'sakinah' (ketentraman jiwa), 'mawaddah' (rasa cinta) dan 'rahmah' (kasih sayang). Allah berfirman: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu hidup tentram bersamanya. Dan Dia (juga) telah menjadikan di antaramu (suami, istri) rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir". (Ar-Ruum : 21).

Dalam rumah tangga yang Islami, suami-istri harus saling memahami kekurangan dan kelebihannya serta harus tahu pula hak dan kewajibannya serta memahami tugas dan fungsinya masing-masing yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Dengan demikian upaya untuk mewujudkan pernikahan dan rumah tangga yang mendapat keridha'an Allah SWT dapat terealisir.

Tetapi mengingat kondisi manusia yang tidak bisa lepas dari kelemahan dan kekurangan, sementara ujian dan cobaan selalu mengiringi kehidupan manusia, maka tidak jarang pasangan yang sedianya hidup tenang, tentram dan bahagia mendadak dilanda "kemelut" perselisihan dan percekcokan. Bila sudah diupayakan untuk damai (sebagaimana disebutkan dalam surat An-Nisaa : 34-35) namun tetap gagal, maka Islam memberikan jalan terakhir, yaitu "perceraian".

Marilah kita berupaya untuk merealisasikan pernikahan secara Islam dan membina rumah tangga yang Islami. Disamping itu wajib bagi kita meninggalkan aturan, tatacara, upacara dan adat istiadat yang bertentangan dengan Islam. Hanya Islam satu-satunya ajaran yang benar dan diridhai Allah Subhanahu wa Ta'ala (Ali-Imran : 19). "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan yang menyejukkan hati kami, dan jadikanlah kami Imam bagi orang-orang yang bertaqwa". (Al-Furqan ; 25:74 ). Amiin.
Read More..

Cantik Lahir Batin

Cantik Lahir Batin..................???

Mau........???

Senantiasa tampil cantik dan menawan adalah dambaan setiap insan. Berbagai perawatan dilakukan demi meraih penampilan yang diinginkan. Dari metode tradisional hingga terapi yang paling mutakhir, banyak tersedia untuk mewujudkan impian tersebut. Aktivitas ini tidak hanya dilakukan kaum Hawa. Kaum Adam memiliki kecenderungan yang sama. Fenomena pria metroseksual adalah satu bukti.

Mengejar penampilan jasmani tidak disalahkan dalam agama. Selain merupakan fitrah yang manusiawi, Allah SWT pun menyenangi hambanya yang memerhatikan penampilan karena Ia Mahaindah dan mencintai keindahan.

Hanya saja, penampilan fisik ini bukanlah segala-galanya. Kecantikan fisik bisa memudar seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya usia. Maka, ada satu hal yang akan menjaga nilai kecantikan ini agar tidak pernah sirna, yaitu menghidupkan kecantikan rohani yang bersumber dari relung kesalehan hati.

Kecantikan rohani ini akan memancar jika pemiliknya mampu menjaga kebersihan hati dan menghilangkan penyakit-penyakitnya. Betapa besarnya peran dan fungsi hati dalam membentuk kepribadian. Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW berujar, ''Ketahuilah di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, maka baik pulalah seluruh perbuatannya. Dan, apabila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh perbuatannya. Ketahuilah itu adalah hati.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Seluruh pikiran, perkataan, dan perbuatan adalah buah akhlak yang dikendalikan oleh hati. Ketika seorang Muslim memahami hakikat hidup di dunia, hatinya akan segera bertindak untuk mempercantik diri dengan akhlak mulia sesuai tuntunan Rasulullah serta mencampakkan tindakan tercela berupa syirik, iri, dengki, dan takabur.

Untuk menghadirkan kecantikan rohani, kaum Muslim tidak perlu merogoh uang saku yang banyak untuk perawatan. Hanya perlu memperbanyak amal saleh dan menjauhi segala bentuk perbuatan maksiat dan menggantinya dengan dzikir pada Allah SWT.

Suatu ketika Ibnu Abbas mengatakan, ''Sesungguhnya amal kebaikan itu akan memancarkan cahaya dalam hati, membersitkan sinar pada wajah, kekuatan pada tubuh, kelimpahan dalam rezeki, dan menumbuhkan rasa cinta di hati manusia kepadanya.''

Apabila kita telah tersadar untuk mempercantik diri secara lahiriah dengan busana dan perawatan tubuh yang sesuai dengan aturan Allah SWT, mari kita sempurnakan dengan mempercantik mata hati kita agar lebih dicintai Allah SWT dan seluruh makhluknya.
Read More..

8 Pengertian Cinta dalam Al-Qur'an

Cinta....cinta dan Cinta...andalah anugerah terindah bagi kita....tapi bagaimana kita memenejemen cinta dalam hati......, apakah kita mampu menjalani cinta dalam koridor islam dan memaknainya...????

Ehm....Salah satu karunia terindah yang diberikan Alloh adalah adanya perasaan pada diri kita, perasaan tidak pernah salah...perasaan tidak pernah menipu....TAPI YANG BENAR ADALAH "Bagaimana Kita Membingkai Perasaan itu atau Rasa itu di dalam Jalan-Nya"

Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai’an
katsura dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya
(man ahabba syai’an fa huwa `abduhu). Kata Nabi juga, ciri dari cinta
sejati ada tiga : (1) lebih suka berbicara dengan yang dicintai
dibanding dengan yang lain, (2) lebih suka berkumpul dengan yang
dicintai dibanding dengan yang lain, dan (3) lebih suka mengikuti
kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri. Bagi
orang yang telah jatuh cinta kepada Alloh SWT, maka ia lebih suka
berbicara dengan Alloh Swt, dengan membaca firman Nya, lebih suka
bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti
perintah Alloh SWT daripada perintah yang lain.

Dalam Qur’an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:

1. Cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan
“nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu
berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia
ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.

2. Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut,
siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis
rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding
terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang
kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi
kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya.
Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian
darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari
itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham ,
yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri,
yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata
rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana
psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim.
Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah
dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya
menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta
mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia
akhirat.

3. Cinta mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara,
sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung
kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut
dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada
yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang
lama.

4. Cinta syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil
dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad
syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir
tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf
ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir
kepada bujangnya, Yusuf.

5. Cinta ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan
norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak
tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an
menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah
menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus
hukuman bagi pezina (Q/24:2).

6. Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku
penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ni ketika
mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan
Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja),
sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan
bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al
jahilin (Q/12:33)

7. Cinta syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari
hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5
dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan
tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur
dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika
wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya
memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu.
Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa
Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada
sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang
apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il
tihab naruha fi qalb al muhibbi

8. Cinta kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik
kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang
menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada
pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa
Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la
yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)
Read More..

Keluarga Sakinah dan Ibadah di Bulan Ramadhon

Keluarga sakinah berusaha mewujudkan suasana rumah bagaikan masjid.Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW : “Jadikanlah rumah kalian bagaikan masjid.” Dan berusaha menjadikan rumah sebagai rumah yang nyaman untuk dihuni,sebagaimana firman Allah : “ Dan Allah menjadikan rumah-rumah kalian sebagai tempat tinggal”. (QS. 16 : 80 ).

Keluarga sakinah memanfaatkan bulan Ramadhan sebagai bulan beribadah dan bulan pembinaan ketaqwaan, sehingga berusaha untuk melakukan managemen ibadah yang baik bagi seluruh anggotanya.Adapun managemen tersebut adalah :

1. Ruhani

Membangkitkan semangat beribadah dengan cara menjelaskan keutamaan bulan Ramadhan. Ketika tahu keutamaan Ramadhan maka apapun rintangannya akan mampu menghadapi dan akan lebih bersemangat dalam beramal. Bahawa bulan Ramadahan sebagai :

Bulan keberkahan

Kita bisa merasakan, pada saat bulan Ramadhan suasana ruhiyah benar-benar terasa. Semua waktu difokuskan untuk ibadah. Malam untuk sholat tarawih dan qiyamul lail. Dan siang kita gunakan waktu sedemikian rupa untuk beramal baik karena kita menyadari akan pahalanya.

Karena kita secara sadar menginginkan ganjaranNya. Keberkahan amal benar-benar bisa kita rasakan. Sehingga Yusuf Qardawi menamakan bulan Ramadhan sebagai bulan tarbiyah irodi atau pembinaan kehendak. Jika pada bulan lainnya kita melakukan ghibah, namimah dan perbuatan tercela lainnya dengan enaknya. Mungkin pada bulan Ramadhan kita akan berpikir. Dan akan cepat tersadar bahwa kita telah melakukan perbuatan dosa.

Keberkahan rizki juga dapat kita rasakan, hingga setiap orang berpikir apa yang dapat disedekahkan.


Bulan kesabaran

Kesabaran menjadi salah satu indikasi suksesnya ibadah shoum kita lakukan.


Bulan bertambahnya rizki

Setiap orang berlomba untuk mendapat pahala berlipat ganda, sehingga banyak orang bersedekah tak terkira jumlahnya. Sungguh Allah Maha Adil, sehingga setiap orang terjamin rizkinya. Dilukiskan bahwa kedermawanan Rosulullah adalah seperti angin yang berhembus. Membawa kebaikan secara merata keseluruh masyarakat.


Turunnya rahmat

Kita tidak akan pernah hidup tanpa rahmatNya. Pada sepuluh pertama dibulan Ramadhan rahmat Allah menjadi modal untuk bisa mengoptimalkan ibadah hingga akhir Ramadhan.


Berlimpahnya ampunan

Kita adalah manusia yanag penuh denagan kekhilafan. Mungkin kita tidak beristighfar sebanyak dosa yang kita lakukan. Pada bulan Ramadhan ada sebuah kesempatan karena semua ketaatan yang kita lakukan dapat menghapus dosa-dosa kita.


Terbebaskan dari api neraka

Pada sepuluh hari terakhir benar-benar teruji keistiqomahan kita tidak boleh terbawa lingkungan yang sibuk mempersiapkan lebaran.


Berlipat gandanya amal

Setiap kebaikan Allah lipat gandakan pahalanya menjadi tujuh ratus kali lipat. Amalan sunnah bagaikan amalan wajib. Sungguh suatu kesempatan yang tidak dapat ditemukan pada bulan-bulan yang lain.


Terkabulnya doa

Setiap manusia mempunyai masalah yang segera teratasi atau harapan yang segera terwujud. Maka bulan Ramadhan adalah saat yang tepat. Disamping Ramadhan dengan berbagai keutamaannya juga karena doa orang berpuasa tidak akan tertolak.


Adanya malam lailatul qadar

Ada satu malam yang banyak diburu. Dan dianjurkan untuk berharap mendapatkannya. Malam lailatul qadar adalah malam penentuan yang baik taqdir Allah. Barang siapa yang mendapatkan malam tersebut akan mendapat salam dari malaikat yang dibumi. Dalam sebuah riwayat malaikat Jibril akan datang beserta rombongan malaikat. Selain mendoakan juga akan mengistighfarkan.


Terbelenggunya syetan

Syetan memang dibaelenggu pada bulan Ramadhan tapi nafsu kita tidak dibelenggu maka kita akan berperang melawan nafsu kita sendiri.


Tertutupnya pintu neraka


Terbukanya pintu syurga

Dalam sebuah hadits, Ketika awal Ramadhan Allah berfirman, “ Hai syurga berhiaslah untuk hamba-hambaku yang berpuasa".

Menampakkan rasa cinta dan kasih sayang dan keharmonisan pada keluarga baik antara suami istri maupun antara orang tua dengan anak-anaknya.Suasana rumah kita kondisikan untuk bisa menunjang keberhasilan ibadah Ramadhan.


2. Amali

Menyepakati tata tertib


Menghidupkan suasana berlomba dalam beribadah di bulan Ramadhan


Memudahkan penggunaan perlengkapan ibadah


Menyelesaikan pekerjaan rumah tangga denagan efektif dan efisien dengan memanfaatkan sarana yang mendukung hal tersebut.


Membagi pekerjaan kepada seluruh anggota keluarga sesuai kemampuan.


Bekerja sama dan saling tolong menolong dalam beramal shaleh. Menghidupkan hak-hak ukhuwah


Melakukan mutabaah bersama terhadap amalan sehari-hari sehingga masing-masing bias mencapai target ibadahnya.


3. Materi


Mengeluarkan dana yang cukup untuk optimalisasi ibadah Ramadhan


Mengalokasikan dana untuk hal-hal yang menduakung peningkatan ruhiyah,ta’abudiyah dan khuluqiyyah.


Menyediakan alat-alat rumah tangga yang bias membuat pekerjaan rumah tangga lebih efektif dan efisien.


Melengkapi sarana ibadah.
Read More..

Ramadhon Ku bersama Keluarga.....Insyaalloh

Seorang pria duduk tercenung di depan monitor komputernya. Dari speaker terdengar suara adzan dengan diikuti kemudian oleh doa setelah adzan dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia.


Nun jauh di sana, di tempat adzan itu berkumandang, saat ini ummat Islam sedang berbuka puasa. Pagi ini ia baru saja duduk di meja kerjanya, ketika ia tiba-tiba diserang rasa rindu tanahair. Hari pertama Ramadhan di New York, maghrib pertama di Jakarta.

Beberapa menit kemudian memorinya menari-nari mendengarkan doa berbuka lengkap dengan segenap suasana masa kecil di musholla di kampung halamannya. Suasana hingar bingar berebut ta’jil (penganan kecil untuk buka puasa) dan suara air wudhu di kucurkan. Kenangan manis yang sulit dicarinya di sini.

Kenangan masa kecil niscaya akan terpateri dalam dan kuat di sanubari insan. Bagi seseorang, apa-apa yang mengingatkannya pada kenangan manis di masa kecil akan selalu menjadi kerinduan sekaligus dapat menjadi motivasinya di masa dewasa.

Kini Ramadhan Alhamdulillah kembali menjelang. Sudahkah kita siapkan program untuk mengisinya?

Mundur sekian belas tahun atau puluh tahun yang lalu, berbagai tradisi dalam keluarga Indonesia masih mewarnai Ramadhan. Kini dengan berbagai perubahan zaman yang pesat, kehidupan urban yang berubah total, sebagian tradisi keluarga mulai menghilang.

Misal tradisi berburu Lailatul Qadar (malam seribu bulan) yang diyakini mempunyai banyak sekali keistimewaan pahala dari Allah SWT. Sebagian keluarga dulu ada yang menyelenggarakan shalat malam bersama keluarga di luar rumah. Lengkap dengan lilin atau obor sebagai penerang malam gelap. Mengapa di luar rumah? Alasannya agar dapat melihat gerak gerik alam yang konon pada malam tersebut ada tanda-tandanya.

Apapun alasannya, tradisi semacam itu akan membekas dalam sanubari. Apalagi jika tradisi yang dilakukan keluarga juga mempunyai landasan dalil yang kuat, selain menjadi memori, juga menjadi penguat motivasi.

Anak dengan jiwanya yang masih hijau, belumlah sanggup memahami perintah-perintah Allah dengan baik. Cara mereka memahami sebuah kewajiban adalah dengan cara pembiasaan dari orangtua (lihat tulisan sebelum ini ”Lima Poin Pendidikan Anak”, Aadah atau Metode Pembiasaan). Dengan dibiasakan akan istilah dan aktifitas ibadah, lama kelamaan dalam jiwa mereka akan tertanam kecintaan atas ibadah itu sendiri. Kelak jika nalar mereka sudah berfungsi penuh, barulah nilai pengetahuannya dapat dimasukkan. Contohnya, seorang muslim yang dibesarkan di negeri ini kemudian merantau ke negeri mayoritas non-muslim, jika ketika ia menjalankan ibadah di negeri asing, niscaya pada waktu-waktu tertentu akan timbul memorinya akan pelaksanaan ibadah di kampung halaman, dan memori tersebut akan sekaligus memperkuat motivasi menjalankan ibadah.

Dalam beberapa pekan ke depan, buatlah program Ramadhan bersama anak, misalnya, merencanakan safari shalat Tarawih beberapa kali selama Ramadhan. Bepergian bersama orangtua menarik bagi anak, mengapa tidak kita ajak anak untuk bersama kita menikmati suasana Ramadhan di tengah ummat?

Ada lagi keluarga yang menyelenggarakan shalat malam di sepuluh malam terakhir di teras rumah. Suasana hening malam dan alunan ayat-ayat suci sebagai satu-satunya suara yang terdengar, merupakan memori yang tak terlupakan.

Anak yang lebih kecil akan membutuhkan aktifitas yang lebih ceria. Memasak makanan khas Ramadhan dan Idul Fitri bersama ibu merupakan pengalaman mengasyikkan. Penulis masih selalu ingat suasana siang hari kehausan yang ceria karena asyik bermain tepung sagu yang dipilin dan diberi warna. Setelah itu dipotong seperti butiran mutiara dan kemudian dicemplungkan ke dalam panci air panas. Nyam-nyam, serasa manisnya sekoteng mengusir haus di siang hari Ramadhan.

Masih teringat bagaimana penulis kagum bahwa butiran sagu polos bisa berubah menjadi bulir permata dengan warna putih susu di dalamnya.

Ada pula yang masih ingat bagaimana alunan suara ibunda yang melantunkan doa menjelang berbuka sambil mengisi plastik es mambo dengan teh es manis untuk dikirim ke masjid.

Ya, tak perlu program yang rumit dengan biaya banyak, yang terpenting adalah:

1. Bukalah buku panduan Ramadhan, kemudian pilihlah aktifitas tertentu dari berbagai aktifitas ibadah Ramadhan yang jelas tuntunan dalilnya.

2. Cobalah hias aktifitas tadi dengan kegiatan sesuai usia anak, misalnya aktifitas berbuka, diwarnai dengan permainan-permainan tebak doa atau aktifitas lainnya.

3. Jika penggolongan usia anak-anak anda berbeda jauh, buatlah program yang berbeda untuk si kakak dan si adik.

4. Terangkanlah kepada anak nilai-nilai keagamaan dari program atau aktifitas yang anda rancang, agar mereka selalu ingat maknanya.

5. Biasakanlah untuk selalu memperdengarkan ayat-ayat Al-Qur’an sepanjang hari bulan Ramadhan, reduksilah suara-suara hiburan hingar bingar seperti suara lagu dan televisi, baik siang maupun malam Ramadhan.

6. Lakukanlah dengan semangat kebersamaan.

7. Dan usahakanlah dilakukanlah setiap tahun, sehingga membekas dalam.

8. Di bulan penuh berkah ini, hendaknya anda sendiri, para ibu, juga memenuhi Ramadhan dengan memperbanyak aktifitas ibadah, seperti membaca Al-Qur’an dan mendengarkan pengajian. Jika anda melakukan ini, niscaya akan menjadi contoh teladan bagi anak kelak.
Read More..

Kisah Perjalanan Para Peminang Bidadari

I. ABU ABDULLAH AS SYARQY
( MUSY’IL AL QOHTHONY )
Beliau seorang yang hafal Al Qur’an Al Karim, dan beliau adalah salah satu
mahasiswa di Kuliyah Sar’iyyah di Ahsa’ dan termasuk orang yang mempunyai
ilmu syar’ie.
Akhlaqnya yang mulia sungguh menakjubkan, sifatnya mulia, ketenangan
jiwanya yang mengherankan, dan kewibawaan yang Allah berikan kepadanya.
Jikalau engkau melihatnya maka engkau akan melihat pancaran cahaya ketaatan
keluar dari wajahnya. Beliau termasuk orang yang ikut serta teman-temannya
berjihad di Afgahanistan memerangi Rusia dan Komunis. Beliau berjihad
bersama kakaknya, dan kakaknya telah terbunuh disana sebagai syuhada’.
Setelah terbunuhnya sang kakak, beliau pulang kembali ke orang tuanya di
kota Al Jabil di daerah timur dan beliau melanjutkan kuliah di Universitasnya
sampai ibunya wafat – semoga Allah merahmatinya -.
Dahulu beliau sering merayu ibunya untuk diijinkan berangkat ke Bosnia,
akan tetapi ibunya tidak mengijinkannya. Kemudian beliau meminang seorang
perempuan dari keluarga baik-baik, beliau memberikan tenggang waktu untuk
melaksanakan akan nikah, akan tetapi Allah menolak rencana itu dan menikahkan
beliau dengan Hurun ‘Iin.
Ketika beliau berada pada semester akhir di Universitasnya, beliau sudah
tidak sabar lagi ketinggalan jihad dan beliau mengikuti berita-berita para
mujahidin disana. Lalu beliau mengemasi kopernya bertepatan masuknya bulan
Romadhon yang mubarok pada tahun 1415 H. dan beliau ingin menghabiskan
bulan yang mulia ini di sana – Bosnia -. Kemudian beliau bertemu dengan salah
seorang teman yang menemani beliau ke Ibu Kota Kroasia yaitu Kota Zaghrob.
Ketika beliau menginap di sebuah Hotel selama tiga hari, selama menginap disana
ada kejadian yang luar biasa yang beliau alami, yaitu bertemu perempuan yang
cantik.
Akhirnya beliau memutuskan tinggal di Hotel selama tiga hari bersama
temannya. Ternyata disana ada seorang perempuan yang bekerja di Hotel itu.
Perempuan tersebut mengagumi kepribadiannya, yaitu ketika ia melihat jenggot
beliau yang lebat dan parasnya yang tampan, maka perempuan itu mulai merayu
dan menggodanya. Akan tetapi Allah menjaganya dari perbuatan keji perempuan
tersebut hingga berlalu selama tiga hari. Kemudian perempuan tersebut datang
untuk memamerkan dirinya di ruang tunggu. Perempuan itu berkata kepada lelaki
– saudara - tersebut : “ Jikalau aku menginginkanmu sungguh aku akan
menggodamu seperti aku telah menggoda sepuluh lelaki lain sepertimu “. Akan
tetapi lelaki tersebut pergi dan berlalu begitu saja meninggalkan perempuan itu.
Dan melajulah ia dengan mengendarai pesawat terbang menuju Bandara Seblit.
Sesampainya di Bandara beliau menyewa Bus untuk masuk ke Bosnia, maka
Allah pun memudahkan jalan masuk baginya sampai bumi yang diidamidamkannya
selama ini untuk dimasuki, dan itu bertepatan dengan ketentuan yang
Allah tetapkan pada ajalnya pula ( “ Dan tiada seorangpun yang dapat
mengetahui di bumi mana dia akan mati “. QS. Luqman : 34). Merupakan
kebahagiaan tersendiri bagi beliau ketika masuk ke Bosnia, hampir-hampir beliau tidak dapat menceritakannya – karena sangat gembira –, apakah benar beliau telah
masuk bumi jihad ? apakah benar bahwa beliau akan memerangi musuh-musuh
Allah Serbia ? apakah benar beliau akan dapat ribath ? dan …. Dan ….., ya !
semua itu benar.
Beliau pergi ke daerah Turofnik dan bergabung dengan para mujahidin di
sana. Tempat mujahidin berada di dalam sebuah rumah yang sederhana yang
terletak di sebuah desa kecil, di desa itu terdapat beberapa Masjid dan desa
tersebut berdekatan dengan Serbia.
Beliau memulai kegiatannya seperti halnya hujan, yaitu beliau mengajar
anak-anak surat Al Fatihah dan sholat. Beliau juga mengajar yang dewasa.
Demikianlah kegiatan beliau jika sedang berada di desa, hingga penduduk desa
mencintai beliau. Bahasa tidak menghalangi beliau – untuk berdakwah – cukup
dengan niat yang jujur mengajar mereka dengan bahasa isyarat. Dan jika beliau
berada di Front maka beliau banyak bergaul dengan orang-orang Bosnia untuk
berdakwah kepada Allah dan menyampaikan risalah-Nya kepada mereka sesuai
kemampuan yang beliau miliki.
Beliau melakukan kegiatan seperti itu terus-menerus sampai akhir bulan
Romadhon yang mubarok, hingga datanglah orang yang memanggil “ Wahai
pasukan Allah majulah “. Hingga datang amaliah di Gunung Falasyij As
Syahiroh, yaitu di puncak Gunung yang amat tinggi dan strategis yang dikuasai
oleh Serbia. Dan berkali-kali mereka menyerang kaum muslimin dengan
menggunakan Mortar dari atas puncak Gunung. Maka para mujahidin pun
mengadakan persiapan untuk menghadapi peperangan yang sangat menentukan
itu.
Para mujahidin menggunakan strategi memasuki daerah Serbia dengan
mengambil jarak tiga kilo meter sebagaimana yang diceritakan oleh orang yang
mengikuti peperangan pada saat itu. Dari sana mujahidin dapat memutuskan
bantuan untuk tentara Serbia dan mujahidin dapat menyerbu pasukan gunung
dengan keseluruhan..
Dua hari sebelum amaliah, Abu Abdullah bercerita pada salah seorang
teman. Beliau berkata kepada temannya : “ Aku bermimpi bahwa aku dapat
membunuh dua orang Serbia lalu meluncurlah dua peluru kepadaku di sini
hingga aku terbunuh “. Maka temanya tersebut memberi kabar gembira
kepadanya bahwa dia akan mendapatkan syahadah secara nyata. Dia
mengucapkan Allahul Musta’an kami bukan orang yang layak mendapatkan
syahadah. Dan dia menyuruhnya untuk merahasiakan mimpinya itu.
Singa-singa Allah bergerak menuju medan tempur dan merayap hingga tiba
waktu fajar. Mereka mendaki Gunung hingga mendekati terbitnya fajar. Dan para
mujahidin sama merasakan keletihan berjalan dan tidak dapat memulai perang.
Maka komandan memerintahkan kepada semua mujahidin berbuka puasa, maka
berbukalah para mujahidin karena takut atas musuh mereka jika mereka tidak
berbuka.
Mulailah peperangan yang dahsyat dan hebat itu bersamaan terbitnya fajar,
dan saudara kita ini pun bertekad bertempur untuk membunuh musuh di medan
perang. Majulah ia bersama dua mujahidin, lalu keluarlah sekelompok tentara
Serbia yang ketakutan dan mereka saling berhadap-hadapan. Maka Abu Abdullah menghadapkan senapan mesinnya – LMG – kepada mereka hingga beliau dapat
membunuh dua orang dari mereka, dan meluncurlah dua serangan tepat di leher
beliau dan terbuktilah mimpi beliau. Dan berjatuhanlah dua temannya yang
terluka oleh serangan Serbia, dan para mujahidin lainnya berada di belakang
mereka pada jarak beberapa meter saja, akan tetapi mereka tidak dapat
menyelamatkan orang-orang yang terluka karena tempat mereka dekat dengan
Serbia, maka Serbia pun hendak mengambil mereka untuk dijadikan tawanan, lalu
salah seorang teman yang terluka berdo’a kepada Allah “ Ya Allah ….. Ya Allah
….. Ya Allah ….. beberapa detik kemudian turunlah kabut yang sangat tebal
hingga para mujahidin bisa mendekat kepada teman-teman tersebut dan
menyelamatkan mereka. Dan Serbia pun kabur lari terbirit-birit ketakutan.
Para mujahidin mendapatkan saudara kita Abu Abdullah As Syarqi telah
meninggal dalam keadaan shoum tidak berbuka, dan tampaklah di wajahnya
senyumnya yang menakjubkan, sungguh ini adalah tanda-tanda – kesyahidannya
-. Kemudian ketika teman-temannya membawa turun jasad beliau ke Desa dan
mereka menggalikan lubang kuburnya, maka keluarlah dari tubuhnya aroma
wangi Misk yang disaksikan semua orang yang menghadiri pemakamannya.
Sungguh ! Allah telah mengsihi Abu Abdullah As Syarqi, seorang hafidz (hafal)
Al Qur’an, orang yang bertaqwa, waro’ dan tawadhu’. Semoga Allah
memperbanyak jumlah contoh dari para mujahidin yang sholih pada ummat
Islam.
................................
masih ada kisah yang panjang para peminang Bidadari hanya ini yang dapat saya sampaikan....kl ingin yg lain....boleh kirim email aza.....OK
Read More..

Proposal Nikah.....or Bekal seoarang ikhwan mengkhitbah seorang akhwat

KADO BUAT YANG MAU DAN SIAP MENIKAH... BARAKALLAHU !!!

Latar Belakang

Ibunda dan Ayahanda yang sangat saya hormati, saya cintai dan sayangi, semoga Allah selalu memberkahi langkah-langkah kita dan tidak putus-putus memberikan nikmatNya kepada kita. Amin
Ibunda dan Ayahanda yang sangat saya hormati..sebagai hamba Allah, saya telah diberi berbagai nikmat. Maha Benar Allah yang telah berfirman : "Kami akan perlihatkan tanda-tanda kebesaran kami di ufuk-ufuk dan dalam diri mereka, sehingga mereka dapat mengetahui dengan jelas bahwa Allah itu benar dan Maha Melihat segala sesuatu".
Nikmat tersebut diantaranya ialah fitrah kebutuhan biologis, saling membutuhkan terhadap lawan jenis.. yaitu: Menikah ! Fitrah pemberian Allah yang telah lekat pada kehidupan manusia, dan jika manusia melanggar fitrah pemberian Allah, hanyalah kehancuran yang didapatkannya..Na'udzubillah ! Dan Allah telah berfirman : "Janganlah kalian mendekati zina, karena zina adalah perbuatan yang buruk lagi kotor" (Qs. Al Israa' : 32).
Ibunda dan Ayahanda tercinta..melihat pergaulan anak muda dewasa itu sungguh amat memprihatinkan, mereka seolah tanpa sadar melakukan perbuatan-perbuatan maksiat kepada Allah. Seolah-olah, dikepala mereka yang ada hanya pikiran-pikiran yang mengarah kepada kebahagiaan semu dan sesaat. Belum lagi kalau ditanyakan kepada mereka tentang menikah. "Saya nggak sempat mikirin kawin, sibuk kerja, lagipula saya masih ngumpulin barang dulu," ataupun Kerja belum mapan , belum cukup siap untuk berumah tangga¡¨, begitu kata mereka, padahal kurang apa sih mereka. Mudah-mudahan saya bisa bertahan dan bersabar agar tak berbuat maksiat. Wallahu a'lam.
Ibunda dan Ayahanda tersayang..bercerita tentang pergaulan anak muda yang cenderung bebas pada umumnya, rasanya tidak cukup tinta ini untuk saya torehkan. Setiap saya menulis peristiwa anak muda di majalah Islam, pada saat yang sama terjadi pula peristiwa baru yang menuntut perhatian kita..Astaghfirullah.. Ibunda dan Ayahanda..inilah antara lain yang melatar belakangi saya ingin menyegerakan menikah.


Dasar Pemikiran

Dari Al Qur¡¦an dan Al Hadits :
1. "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui." (QS. An Nuur (24) : 32).
2. "Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah." (QS. Adz Dzariyaat (51) : 49).
3. ¨Maha Suci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui¡¨ (Qs. Yaa Siin (36) : 36).
4. Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu Dia ciptakan bagi kalian anak cucu keturunan, dan kepada kalian Dia berikan rezeki yang baik-baik (Qs. An Nahl (16) : 72).
5. Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (Qs. Ar. Ruum (30) : 21).
6. Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi pelindung (penolong) bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah ; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs. At Taubah (9) : 71).
7. Wahai manusia, bertaqwalah kamu sekalian kepada Tuhanmu yang telah menjadikan kamu satu diri, lalu Ia jadikan daripadanya jodohnya, kemudian Dia kembangbiakkan menjadi laki-laki dan perempuan yang banyak sekali. (Qs. An Nisaa (4) : 1).
8. Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula (begitu pula sebaliknya). Bagi mereka ampunan dan reski yang melimpah (yaitu : Surga) (Qs. An Nuur (24) : 26).
9. ..Maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja..(Qs. An Nisaa' (4) : 3).
10. Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukminah apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sesungguhnya dia telah berbuat kesesatan yang nyata. (Qs. Al Ahzaab (33) : 36).
11. Anjuran-anjuran Rasulullah untuk Menikah : Rasulullah SAW bersabda: "Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku !"(HR. Ibnu Majah, dari Aisyah r.a.).
12. Empat macam diantara sunnah-sunnah para Rasul yaitu : berkasih sayang, memakai wewangian, bersiwak dan menikah (HR. Tirmidzi).
13. Dari Aisyah, "Nikahilah olehmu kaum wanita itu, maka sesungguhnya mereka akan mendatangkan harta (rezeki) bagi kamu¡¨ (HR. Hakim dan Abu Dawud).
14. Jika ada manusia belum hidup bersama pasangannya, berarti hidupnya akan timpang dan tidak berjalan sesuai dengan ketetapan Allah SWT dan orang yang menikah berarti melengkapi agamanya, sabda Rasulullah SAW: "Barangsiapa diberi Allah seorang istri yang sholihah, sesungguhnya telah ditolong separoh agamanya. Dan hendaklah bertaqwa kepada Allah separoh lainnya." (HR. Baihaqi).
15. Dari Amr Ibnu As, Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasannya ialah wanita shalihat.(HR. Muslim, Ibnu Majah dan An Nasai).
16. "Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim) : a. Orang yang berjihad / berperang di jalan Allah. b. Budak yang menebus dirinya dari tuannya. c. Pemuda / i yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang haram."
17. "Wahai generasi muda ! Bila diantaramu sudah mampu menikah hendaklah ia nikah, karena mata akan lebih terjaga, kemaluan akan lebih terpelihara." (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas'ud).
18. Kawinlah dengan wanita yang mencintaimu dan yang mampu beranak. Sesungguhnya aku akan membanggakan kamu sebagai umat yang terbanyak (HR. Abu Dawud).
19. Saling menikahlah kamu, saling membuat keturunanlah kamu, dan perbanyaklah (keturunan). Sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya jumlahmu di tengah umat yang lain (HR. Abdurrazak dan Baihaqi).
20. Shalat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik, daripada 70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan) (HR. Ibnu Ady dalam kitab Al Kamil dari Abu Hurairah).
21. Rasulullah SAW. bersabda : "Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak menikah, dan sehina-hina mayat kalian, adalah yang tidak menikah" (HR. Bukhari).
22. Diantara kamu semua yang paling buruk adalah yang hidup membujang, dan kematian kamu semua yang paling hina adalah kematian orang yang memilih hidup membujang (HR. Abu Ya¡¦la dan Thabrani).
23. Dari Anas, Rasulullah SAW. pernah bersabda : Barang siapa mau bertemu dengan Allah dalam keadaan bersih lagi suci, maka kawinkanlah dengan perempuan terhormat. (HR. Ibnu Majah,dhaif).
24. Rasulullah SAW bersabda : Kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian diantaramu. Sesungguhnya, Allah akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan menambah keluhuran mereka (Al Hadits).


Tujuan Pernikahan

1. Melaksanakan perintah Allah dan Sunnah Rasul.
2. Melanjutkan generasi muslim sebagai pengemban risalah Islam.
3. Mewujudkan keluarga Muslim menuju masyarakat Muslim.
4. Mendapatkan cinta dan kasih sayang.
5. Ketenangan Jiwa dengan memelihara kehormatan diri (menghindarkan diri dari perbuatan maksiat / perilaku hina lainnya).
6. Agar kaya (sebaik-baik kekayaan adalah isteri yang shalihat).
7. Meluaskan kekerabatan (menyambung tali silaturahmi / menguatkan ikatan kekeluargaan)


Kesiapan Pribadi

1. Kondisi Qalb yang sudah mantap dan makin bertambah yakin setelah istikharah. Rasulullah SAW. bersabda : ¡§Man Jadda Wa Jadda¡¨ (Siapa yang bersungguh-sungguh pasti ia akan berhasil melewati rintangan itu).
2. Termasuk wajib nikah (sulit untuk shaum).
3. Termasuk tathhir (mensucikan diri).
4. Secara materi, Insya Allah siap. ¡§Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya¡¨ (Qs. At Thalaq (65) : 7)


Akibat Menunda atau Mempersulit Pernikahan

 Kerusakan dan kehancuran moral akibat pacaran dan free sex.
 Tertunda lahirnya generasi penerus risalah.
 Tidak tenangnya Ruhani dan perasaan, karena Allah baru memberi ketenangan dan kasih sayang bagi orang yang menikah.
 Menanggung dosa di akhirat kelak, karena tidak dikerjakannya kewajiban menikah saat syarat yang Allah dan RasulNya tetapkan terpenuhi.
 Apalagi sampai bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Rasulullah SAW. bersabda: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia bersunyi sepi berduaan dengan wanita yang tidak didampingi mahramnya, karena yang menjadi pihak ketiganya adalah syaitan." (HR. Ahmad) dan "Sungguh kepala salah seorang diantara kamu ditusuk dengan jarum dari besi lebih baik, daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya" (HR. Thabrani dan Baihaqi).. Astaghfirullahaladzim.. Na'udzubillahi min dzalik
Namun, umumnya yang terjadi di masyarakat di seputar pernikahan adalah sebagai berikut ini :
• Status yang mulia bukan lagi yang taqwa, melainkan gelar yang disandang:Ir, DR, SE, SH, ST, dsb
• Pesta pernikahan yang wah / mahar yang tinggi, sebab merupakan kebanggaan tersendiri, bukan di selenggarakan penuh ketawadhu'an sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. (Pernikahan hendaklah dilandasi semata-mata hanya mencari ridha Allah dan RasulNya. Bukan di campuri dengan harapan ridha dari manusia (sanjungan, tidak enak kata orang). Saya yakin sekali.. bila Allah ridha pada apa yang kita kerjakan, maka kita akan selamat di dunia dan di akhirat kelak.)
• Pernikahan dianggap penghalang untuk menyenangkan orang tua.
• Masyarakat menganggap pernikahan akan merepotkan Studi, padahal justru dengan menikah penglihatan lebih terjaga dari hal-hal yang haram, dan semakin semangat menyelesaikan kuliah.
Memperbaiki Niat :
Innamal a'malu binniyat....... Niat adalah kebangkitan jiwa dan kecenderungan pada apa-apa yang muncul padanya berupa tujuan yang dituntut yang penting baginya, baik secara segera maupun ditangguhkan.
Niat Ketika Memilih Pendamping
Rasulullah bersabda "Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah akan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambahkan kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan itu padanya."(HR. Thabrani).
"Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikan itu membuatmu hina. Jangan kamu menikahi wanita karena harta / tahtanya mungkin saja harta / tahtanya membuatmu melampaui batas. Akan tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang shaleh, meskipun buruk wajahnya adalah lebih utama". (HR. Ibnu Majah).
Nabi SAW. bersabda : Janganlah kalian menikahi kerabat dekat, sebab (akibatnya) dapat melahirkan anak yang lemah (baik akal dan fisiknya) (Al Hadits).
Dari Jabir r.a., Sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda, ¡§Sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang karena agamanya, kedudukan, hartanya, dan kecantikannya ; maka pilihlah yang beragama." (HR. Muslim dan Tirmidzi).
Niat dalam Proses Pernikahan
Masalah niat tak berhenti sampai memilih pendamping. Niat masih terus menyertai berbagai urusan yang berkenaan dengan terjadinya pernikahan. Mulai dari memberi mahar, menebar undangan walimah, menyelenggarakan walimah. Walimah lebih dari dua hari lebih dekat pada mudharat, sedang walimah hari ketiga termasuk riya'. "Berikanlah mahar (mas kawin) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan."(Qs. An Nisaa (4) : 4).
Rasulullah SAW bersabda : "Wanita yang paling agung barakahnya, adalah yang paling ringan maharnya" (HR. Ahmad, Al Hakim, Al Baihaqi dengan sanad yang shahih). Dari Aisyah, bahwasanya Rasulullah SAW. telah bersabda, "Sesungguhnya berkah nikah yang besar ialah yang sederhana belanjanya (maharnya)" (HR. Ahmad). Nabi SAW pernah berjanji : "Jangan mempermahal nilai mahar. Sesungguhnya kalau lelaki itu mulia di dunia dan takwa di sisi Allah, maka Rasulullah sendiri yang akan menjadi wali pernikahannya." (HR. Ashhabus Sunan). Dari Anas, dia berkata : " Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim dengan mahar berupa keIslamannya" (Ditakhrij dari An Nasa'i)..Subhanallah..
Proses pernikahan mempengaruhi niat. Proses pernikahan yang sederhana dan mudah insya Allah akan mendekatkan kepada bersihnya niat, memudahkan proses pernikahan bisa menjernihkan niat. Sedangkan mempersulit proses pernikahan akan mengkotori niat. "Adakanlah perayaan sekalipun hanya memotong seekor kambing." (HR. Bukhari dan Muslim)
Pernikahan haruslah memenuhi kriteria Lillah, Billah, dan Ilallah. Yang dimaksud Lillah, ialah niat nikah itu harus karena Allah. Proses dan caranya harus Billah, sesuai dengan ketentuan dari Allah.. Termasuk didalamnya dalam pemilihan calon, dan proses menuju jenjang pernikahan (bersih dari pacaran / nafsu atau tidak). Terakhir Ilallah, tujuannya dalam rangka menggapai keridhoan Allah.
Sehingga dalam penyelenggaraan nikah tidak bermaksiat pada Allah ; misalnya : adanya pemisahan antara tamu lelaki dan wanita, tidak berlebih-lebihan, tidak makan sambil berdiri (adab makanan dimasyarakat biasanya standing party-ini yang harus di hindari, padahal tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang demikian), Pengantin tidak disandingkan, adab mendo'akan pengantin dengan do'a : Barokallahu laka wa baroka 'alaikum wa jama'a baynakuma fii khoir.. (Semoga Allah membarakahi kalian dan melimpahkan barakah kepada kalian), tidak bersalaman dengan lawan jenis, Tidak berhias secara berlebihan ("Dan janganlah bertabarruj (berhias) seperti tabarrujnya jahiliyah yang pertama" - Qs. Al Ahzab (33),
Meraih Pernikahan Ruhani
Jika seseorang sudah dipenuhi dengan kecintaan dan kerinduan pada Allah, maka ia akan berusaha mencari seseorang yang sama dengannya. Secara psikologis, seseorang akan merasa tenang dan tentram jika berdampingan dengan orang yang sama dengannya, baik dalam perasaan, pandangan hidup dan lain sebagainya. Karena itu, berbahagialah seseorang yang dapat merasakan cinta Allah dari pasangan hidupnya, yakni orang yang dalam hatinya Allah hadir secara penuh. Mereka saling mencintai bukan atas nama diri mereka, melainkan atas nama Allah dan untuk Allah.
Betapa indahnya pertemuan dua insan yang saling mencintai dan merindukan Allah. Pernikahan mereka bukanlah semata-mata pertemuan dua insan yang berlainan jenis, melainkan pertemuan dua ruhani yang sedang meniti perjalanan menuju Allah, kekasih yang mereka cintai. Itulah yang dimaksud dengan pernikahan ruhani. KALO KITA BERKUALITAS DI SISI ALLAH, PASTI YANG AKAN DATANG JUGA SEORANG (JODOH UNTUK KITA) YANG BERKUALITAS PULA (Al Izzah 18 / Th. 2)
Penutup
"Hai, orang-orang beriman !! Janganlah kamu mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah kepada kamu dan jangan kamu melampaui batas, karena Allah tidak suka kepada orang-orang yang melampaui batas." (Qs. Al Maidaah (5) : 87).
Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Dan sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Qs. Alam Nasyrah (94) : 5- 6 ).
Ibunda dan Ayahanda yang sangat saya hormati, saya sayangi dan saya cintai atas nama Allah.. demikanlah proposal ini (secara fitrah) saya tuliskan. Saya sangat berharap Ibunda dan Ayahanda.. memahami keinginan saya. Atas restu dan doa dari Ibunda serta Ayahanda..saya ucapkan "Jazakumullah Khairan katsiira". "Ya Allah, jadikanlah aku ridho terhadap apa-apa yang Engkau tetapkan dan jadikan barokah apa-apa yang telah Engkau takdirkan, sehingga tidak ingin aku menyegerakan apa-apa yang engkau tunda dan menunda apa-apa yang Engkau segerakan.. YA ALLAH BERILAH PAHALA DALAM MUSIBAHKU KALI INI DAN GANTIKAN UNTUKKU YANG LEBIH BAIK DARINYA.. Amiin
Read More..

Nyanyian Cinta

Nyanyian Cinta
Habiburrahman El Shirazy
Cairo memasuki musim semi. Pagi yang indah. Langit yang cerah. Orang-orang menatap hari
dengan penuh gairah. Bgitu juga Mahmid. Ia melangkah memasuki gerbang Universitas Al
Azhar dengan semangat membuncah. Fakultas Dakwah di Nasr City demikian ia cintai. Ia
bayangkan hari yang indah penuh barakah. Mata kuliah Sirah Nabawiyyah, Fiqih Dakwah, Fiqh
Al Muqaranah, Qiraah Sab’ah, Syaikh Fahmi Abdullah, Syaikh Yahya Ash Shabrawi, Prof. Dr.
Abdul Aziz Abdih, teman-teman yang sesemangat, seirama dan se-ghirah. Mencintai rasulullah
seutuhnya, tekad membaktikan diri sepenuhnya pada agama Allah. Semuanya menjadi cahaya
dalam dada. Menjadi mentari bagi semangatnya.
“Sebelum diangkat menjadi seorang nabi, Muhammad saw. Telah dikenal sebagai orang
yang paling menjaga amanah di seantero kota Makkah. Shingga beliau diberi gelar Al Amin.
Orang yang sangat bisa dipercaya. Orang yang sangat menjaga amanah. Sifat inilah yang
semestinya dimiliki setiap muslim.”
“Menjaga amanah adalah ruh agama ini. Umur yang diberikan Allah kepada kita adalah
amanah. Langkah kaki kita adalah amanah. Pandangan mata kita adalah amanah. Hidup kita
adalah amanah. Menjaga amanah adalah inti ajaran agama mulia ini. Rasulullah bersabda, Laa
diina liman laa amanita lahu. Tidak beragama orang yang tidak menjaga amanah!…
Hari ini ia mendapatkan penjelasan yang dalam tentang amanah, satu dari empat sifat utama
Rasulullh. Prof. Dr. Abdul Aziz Abduh, Guru Besar Ilmu Dakwah menguraikannya dengan
bahasa yang menghidupkan jiwa. Kampus tertua di dunia ini tiada henti menempa generasi.
* * *
Pukul dua siang ia pulang. Naik bis menuju Ramsis, ia menyewa sepetak kamar di sebuah
rumah tua di kawasan Ramsis. Kamar yang pernah disewa sepupunya yang kini telah menikah
dan punya rumah di daerah Katamea. Tuan rumahnya sangat baik. Tak pernah menagih uang
sewa kamar. Ia sendiri yang sering malu. Malu pada diri sendiri dan tentu malu pada tuan rumah.
Pernah ia tidak bisa bayar sewa rumah enam bulan. Dan pemilik rumah tak jua menagih. Kali ini,
sudah empat bulan ia belum bayar. Otaknya terus berputar dari mana ia akan dapat uang.
Meminta orangtua yang sudah renta sangat tidak mungkin.
Ia hanya selalu yakin bisa membayar. Allah Mahakaya. Sudah tiga puluh lamaran ia
kirimkan ke tempat-tempat yang teriklankan di koran Ahram membuka lowongan. Namun tidak
satu pun panggilan ia dapatkan, apalagi pekerjaan.
Sementara ini, untuk memenuhi kebutuhan harian, ia berjualan buku-buku, majalah dan
kaset-kaset islami di depan masjid Ramsis. Ia tidak bisa menggelar dagangannya setiap waktu.
Sebab harus berbagi dengan jam kuliah. Boleh dikata ia punya kesempatan serius menjajakan
dagangannya hanya pada hari Jumat. Ketika kuliah libur. Keuntungannya menjual buku tak
seberapa.
Ketika bis sasmpai Ramsis ia turun. Seperti biasa ia langkahkan kakinya menuju masjid El
Fath. Ia ingin melepas penat, sambil meunggu Ashar tiba. Ia masuk masjid. Terasa teduh.
Masjid-masjid di Cairo selalu meneduhkan. Ia pilih sebuah tiang. Duduk, dan menyandarkan
punggungnya, ke tiang. Tas hitamnya ia lepas. Ia letakkan di samping kanan. Kedua kakinya ia
selonjorkan. Perlahan matanya memejam, namun pikirannya tetap melayang-layang. Dari mana
ia akan dapatkan uang. Dari mana ia akan bayar sewa kontrakan. Ya Allah, mohon berikan aku
jalan.

Azan Ashar berkumandang. Ia bangkit. Harus segera turun sebelum orang mulai banyak. Ia
harus buang air kecil dan ambil wudlu. Ia turun menuju kamar kecil. Benar. Orang mulai banyak.
Belasan kamar kecil tertutup. Untung masih ada satu yang terbuka. Kosong. Ia masuk. Ia tutup
pintunya. Di pintu ia temukan tas hitam kumal tergantung.
“Ada yang lupa membawa barangnya.” Gumamnya.
Di mana-mana, di muka bumi ini, barang tertinggal di kamr kecil sudah jamak dan biasa. Di
kamar kecil masjid Annur Abbasea ia pernah menemukan kaca mata tertinggal. Di kamar kecil
masjid Sayyeda Zaenab ia pernah menemukan bungkusan plastik hitam. Ternyata isinya dua kilo
ikan tuna. Dan pemiliknya ternyata seorang mahasiswa dari Indonesia yang baru saja belanja di
pasar Sayyeda Zaenab. Entah kenapa ia sering menemukan barang-barang yang tertingglal di
kamar kecil.
Ia ambil tas itu, lalu keluar dan berteriak ke arah orang-orang yang sedang berwudlu, “Ada
yang merasa memiliki tas ini!”
Tak ada yang menjawab.
Sekali lagi ia berteriak, “Perhatian! Maaf, ada yang merasa memiliki tas ini. Aku temukan
tergantung di kamar kecil nomor tiga belas.”
“Pemiliknya mungkin sudah naik ke atas.” Sahut seseorang.
“Serahkan saja pada pengurus masjid. Siapa tahu nanti pemiliknya mencari!” Sahut yang
lain.
“ Ya, serahkan saja pada pengurus masjid, biar nanti setelah shalat diumumkan.”
“Baik.”
Ia langsung bergegas ke tempat pengurus masjid. Menyerahkan tas itu dan ihwal
penemuannya. Pengurus masjid yang berjenggot lebat itu tersenyum ramah dan berkata,
“Bukankah kau yang biasa berjulan buku di depan?”
“Benar paman.”
“Siapa namamu?”
“Mahmud. Lengkapnya Mahmud Ali El Kayyis.”
“Apa yang kau lakukan sangat tepuji. Sesuai dengan namamu. Tidak semua orang yang
menemukan tas berusaha disampaikan yang berhak dan yang berwenag mengurusinya.
Aku bangga padamu. Semoga Allah memberkahi perbuatanmu, Anakku. Kau telah menunaikan
amanah, dan insya Allah akan kami tunaikan amanah ini!”
Ia kembali turun untuk memenuhi hajatnya yang tertunda.
* * *
Usai shalat, pengurus masjid El Fath mengumumkan perihal ditemukannya tas hitam. Jika
ada yang merasa memilikinya harap menemui imam masjid.
Ia lega mendengar pengumuman itu. Berharap apa yang dilakukannya berpahala. Apapun isi
tas itu, pasti yang punya merasa akan bahagia mendapatkannya kembali. Seperti saat ia lupa
buku diktatnya tertinggal di masjid kampus. Ia benar-benar lupa saat itu. Sebelum shalat ia
letakkan buku diktatnya di antara lemari tempat penyimpanan mushaf. Usai shalat ia langsung
cabut pulang. Malamnya saat hendak membaca ulang tidak ia dapati bukunya. Barulah ia ingat,
bukunya tertinggal di masjid. Ia sangat sedih. Buku itu sangat berharga baginya. Bagi sementara
orang harganya mungkin murah. Tak seberapa. Tapi bagi dirinya yang serba kekurangan, buku
itu sangat mahal. Sangat berharga. Pagi harinya ia bersegera ke kampus langsung ke masjid. Dan
tidak ia temui bukunya di atas lemari. Ia sempat meneteskan airmata.


“Oh siapakah yang mengambil bukuku? Untuk apa?”
Ia coba beranikan bertanya pada seorang mahasiswa yang biasa menjaga masjid. Mahasiswa
itu tersenyum dan berkata “Mari ikut saya!”
Mahasiswa itu mengajaknya masuk ke ruang pengurus. Lalu mengambil sesuatu di rak.
Sebuah buku.
“Inikah bukumu itu?”
“Benar.” Jawabnya dengan penuh suka cita.
“Ambilah, Saudaraku. Apapun yang berada di rumah Allah ini insya Allah aman.”
Ia sangat bahagia saat itu. Benar-benar bahagia. Ia seperti terlepas dari kesulitan besar. Saat
ia memegang kembali bukunya ia merasa menjadi orang paling bahagia diatas muka bumi ini.
Ia berharap pemilik tas itu juga akan merasakan hal yang sama.
* * *
Hari berikutnya ia kembali kuliah. Dengan semangat. Dan seperti biasa mampir di masjid
Ramsis untuk shalat Ashar. Usai shalat, pengurus masjid mengumumkan bahwa kemarin
ditemukan tas hitam itu tergantung di kamar kecil. Jika ada yang merasa memiliki boleh
menghubungi imam. Ia mafhum bahwa pemilikinya belum mengembilnya. Namun ia sangat
lega, dengan mendengar pengumum itu ia jadi sangat yakin bahwa orang-orang masjid sangat
bisa dipercaya, sangat bisa diandalkan keamanahannya.
Usai shalat, ia bergegas ke kontrakannya. Ia ingin menggelar dagangan bukunya. Bakda
Maghrib ada pengajian Syaikh Sya’rawi. Biasanya jamaah membludak. Semoga di antara
mereka ada yang berminat membeli buku dagangannya, terutama buku-buku yang ditulis Syaikh
Sya’rawi yang dikenal sangat merakyat dan dalam ilmunya.
Begitu sampai kontrakan. Ia langsung mandi. Cepat sekali. Ganti pakaian. Pakai minyak
wangi pemberian Rahmi, teman karibnya satu kampus yang suka jual minyak. Dua kardus besar
ia letakan di kedua bahunya. Sebuah tikar plastik ia selipkan antara kardus dan kepalanya. Terasa
sangat berat. Tapi inilah hidup. Inilah jihad. Dan jika sudah terbiasa jadi terasa ringan-ringan
saja. Ia turuni tangga. Sebab kamarnya ada di lantai tiga. Lalu berjalan melewati lorong-lorong
sempit. Menyusuri trotoar. Melewati deretan gedung perkantoran. Sampai di depan Bank Ahli ia
turunkan kardusnya. Ia kelelahan.
Setelah cukup ia lanjutkan perjalanan. Menyeberang jalan. Sebuah sedan merah melaju
kencang. Nyaris menyerempet kaki kanannya. Ia beristighfar sementara sopir sedan mengumpatumpat
tidak karuan. Empat menit kemudian ia sampai di tujuan. Trotoar depan masjid El Fath
Ramsis. Ia turunkan pelan-pelan dua kardusnya. Ia gelar tikar. Lalu ia tata dan ia susun buku
dagangannya sedemikian rupa. Demikian juga kaset-kaset dan majalah. Buku-buku Syaikh
Sya’rawi ia susun semenarik mungkin di bagian paling depan. Sehingga tampak menonjol dan
memikat hati yang melihatnya.
Senja mulai pekat. Langit memerah di sebelah barat. Lampu-lampu kota mulai menyala.
Orang-orang mulai deras berdatangan. Hatinya riang. Sudah delapan buku yang terjual.
Semuanya buku fatwanya Syaikh Sya’rawi. Keuntungan masing-masing buku tiga pound.
Sebelum Maghrib ia sudah dapat dua puluh empat pound. Ia tersenyum.
“Alhamdulillah ya Rabb.” Pujinya pada Tuhan yang memberi rejeki.
Ia lalu berharap jika Syaikh Sya’rawi tiap hari memberi ceramah di masjid Ramsis. Atau ada
seratus ulama seperti Syaikh Sya’rawi, dan semuanya menulis buku. Lalu semuanya memberikan
ceramah masjid Ramsis, tempatnya menggelar dagangan. Jika tiap hari ia bisa untung dua pukuh
lima pound
saja, maka dalam satu bulan ia akan punya masukan paling tidak tujuh ratus lima puluhan pound.
Dan itu sangat cukup untuk membayar sewa kamar, makan, ongkos bis, dan buku. Bahkan ia
bisa menargetkan kapan menikah. Ah kenapa ia tiba-tiba berpikir menikah.
“Ya Kapten, lau samah, bikam syarith dzai?”1
Suara seorang perempuan membuyarkan lamunannya. Ia mengarahkan matanya ke asal
suara. Hatinya bergetar sesaat. Di hadapannya seorang gadis berparas elok berjilbab putih
berjongkok sambil memegang sebuah kaset. Ya, kaset ceramah Syaikh Sya’rawi berjudul: Al
Mar’ah Ash-Shalihah. Satu detik matanya beradu dengan mata gadis itu. Ia menangkap
kecantikannya.mata yang bundar dan bening. Muka yang bersih dengan tahi lalat di dagu kirinya.
Ia segera menahan matanya, mengalihkannya ke kaset yang di pegang gadis itu.
“E… sab’ah junaihat.”2
“Ghali awi!”3
“La ya anisah, hadza jaded.”4
“Arba’ah mumkin?”5 Gadis itu menawar.
“Musy mumkin, afwan.”6
“Khamsah la azid.”7
“Masyi.”8
Gadis itu mengambil kaset dan memasukannya ke dalam tas, lantas mengeluarkan lima
pound. Ia mengambil uang itu seraya mengucapkan, “Terima kasih, Nona.”
Setelah gadis itu berlalu ia raba hatinya. Masih ada getaran. Ia jadi berpikir, kenapa ia baru
mengangankan nikah, tiba-tiba langsung ada gadis di hadapannya. Gadis yang membuat hatinya
bergetar. Apakah ini tanda-tanda.
“Ah, astaghfirullah, aku tak mau dijebak setan!” cepat-cepat ia menolak
pikirannya.bukankah sudah tidak terhitung gadis berjilbab yang membeli dagangannya? Di
antara mereka bahkan banyak yang lebih cantik dari gadis tadi. Kenapa tiba-tiba ia harus
bergetar, harus merasa sesuatu yang lain?
Saat Maghrib tiba masjid telah penuh. Ia merasa tidak perlu masuk masjid. Cukup
menggelar koran dan ikut shalat jamaah di samping dagangannya. Usai shalat Syaikh Sya’rawi
memberikan ceramahnya. Berkali-kali tasbih dan kalimat tauhid terdengar gemuruh dari para
pendengar. Di tengah-tengah asyiknya mendengarkan ceramah. Sambil sesekali melayani
pembeli tba-tiba seorang lelaki berjenggot bermuka ramah mendatanginya. Lelaki itu tak lain
adalah salah satu pengurus masjid El Fath.
“Apa kabarmu Nak? Laris?”
“Alhamdulillah, saya baik. Rejeki hari ini juga baik.”
“Syukur kalau begitu. E, begini Nak….”
“Ya, Paman. Ada apa?”
“Ada yang punya perlu denganmu. Jika kau tidak keberatan. Habis shalat Isya datanglah ke
kantor pengurs masjid.”
“Perlu apa ya kira-kira, Paman?”
“Insya Allah baik untukmu. Bisa?”
“Insya Allah, Paman.”
* * *
Syaikh Sya’rawi memberikan siraman penyejuk jiwa sampai Isya. Beliau juga mengimami
shalat Isya. Acara ceramah beliau disiarkan langsung ke seluruh penjuru Timur Tengah oleh
sebuah stasiun televisi. Usai shalat, Mahmud sibuk dengan para pembeli bukunya. Semua buku

tulisan Syaikh Sya’rawi ludes. Kaset ceramah beliau tersisa tiga. Buku-buku yang lain juga
banyak dibeli. Ketika masjid mulai sepi, ia mengemasi dagangannya.
“Ini sungguh hari yang penuh keberuntungan.” Katanya pada diri sendiri. Separo bukunya
terjual. Ia menaksir keuntungannya hari itu kira-kira seratus empat puluh pound.
“Lumayan, bisa untuk menyelamatkan muka. Bisa untuk membayar sewa kamar dua bulan.”
Gumamnya pada diri sendiri.
Setelah mengikat kardusnya ia melangkah ke masjid. Ia bawa barang dagangannya ke
masjid. Ia letakkan di balik pintu masuk, lalu menuju salah satu ruang yang digunakan sebagai
kantor para pengurus. Di sana ada beberapa orang yang berkumpul. Ia mengetuk pintu memberi
salam. Yang ada di situ serentak menjawab salam. Sekilas ia kitarkan pandangan. Tak ada
Syaikh Sya’rawi. Mungkun telah diantar pulang.
“Nak Mahmud, silakan duduk.” Lelaki berjenggot bermuka ramah mempersilakan duduk.
“Terima kasih.” Jawabnya. Ia lalu duduk di kursi yang masih kosong.
“Diakah pemuda itu?” Seorang lelaki setengah baya berwajah bersih tiba-tiba berkata sambil
memandang kearah Mahmud.
“Benar, dialah orangnya.” Jawab lelaki berjenggot bermuka ramah.
Mahmud yang merasa dirinya jadi obyek pembicaraan spontan bertanya,
“Kalian membicarakan aku?”
“Iya Nak Mahmud. Seperti yang saya sampaikan bakda shalat Maghrib tadi. Ada orang yang
perlu denganmu. Ceritanya begini, bapak ini adalah Tuan Ragib Ali Ridhwan Hamid Ghazali.
Beliaulah pemilik tas hitam yang kautemukan. Beliau ingin berterima kasih padamu.” Lelaki
berjenggot bermuka ramah menjlaskan.
“Benar Nak Mahmud. Saya sangat berterima kasih padamu. Sebagai rasa terima kasih, saya
ingin memberikan sesuatu padamu. Nilainya mungkin tidak seberapa tapi semoga menjadi tanda
syukur. Karena siapa yang tidak berterima kasih pada manusia dia tidak berterima kasih kepada
Allah.” Kata lelaki setengah baya berwajah bersih bernama Ragab itu.
Mahmud belum sempat mengucapkan sepatah kata, namun Tuan Ragab telah berdiri dan
mengulurkan amplop kepadanya. Dengan spontan Mahmud menolaknya seraya berkata,
“Sebentar Tuan Ragab. Kemarin itu saya hanya menunaikan amanah karena Allah. Itu saja.
Itu sudah menjadi kewajiban saya sebagai seorang muslim. Jadi, rasanya tidak semestinya saya
menerima yang berlebih. Tidak perlu berterima kasih atas sebuah kewajiban. Bersyukurlah pada
Allah.”
“Iya. Kau benar. Tapi tolong terimalah tanda terima kasih saya padamu Nak. Terima kasih
saya atas amanah yang kautunaikan.” Desak Tuan Ragab.
“Maaf, janganlah Tuan memaksa saya untuk menerima
sesuatu sebagai imbalan kewajiban yang harus saya tunaikan.
Tolong, saya hanya melakukan karena Allah. Tolong. Saya sampaikan empati saya atas sikap
Tuan yang hendak berterima kasih pada saya. Saya terima ungkapan terima kasihnya. Tapi tidak
untuk sesuatu yang hendak Bapak berikan pada saya. Sekali lagi jangan paksa saya!”
Tuan Ragab memandang kepada lelaki imam masjid yang hanya dengan diam saja sejak
tadi. Sang imam mengisyaratkan dengan gelengan kepala dan telapak tangannya agar dia jangan
memaksa.
“Baiklah aku tak bisa memaksa. Tapi apakah kau tahu isi tas hitam itu?” kata Tuan Ragab.
Mahmud menggelengkan kepala seraya berkata, “saya sama sekali tidak membukanya.”
“Aku percaya kamu tidak membukanya karena isinya masih utuh semua. Untung kamu tidak
membukanya, kalau kamu membukanya setan mungkun akan memperdaya kamu agar kamu

tidak menunaikan amanah dengan sebenar-benarnya. Lihatlah Nak Mahmud, ini isinya.”
Tuan Ragab lalu mengeluarkan isi tas hitam. Pertama-tama koran bekas yang telah lecek.
Bungkusan plastik hitam. Sebuah kantong kain berwarna hijau tua. Buku agenda. Dan sebuah
pena hitam yang ujungnya kuning keemasan.
“Kelihatannya tak ada yang istimewa kan? Tapi ini adalah setengah perjalanan hidupku.”
Kata Tuan Ragab. Dia lalu mengambil bungkusan plastik hitam dan mengeluarkan isinya. Dua
bundel dollar Amerika.
“Jumlahnya tiga puluh ribu dollar.” Kata Tuan Ragab. Ia lalu meraih kantong hijau tua dan
mengeluarkan isinya: seuntai kalung emas permata dengan bandul permata mulia berwarna
merah tua yang sangat indah.
“Ini nilainya tiga ratus ribu dollar. Baru saya beli dari Madrid untuk hadiah keberhasilan
putriku semata wayang menghafalkan Al-Quran.”
Tuan Ragab lalu beralih ke buku agendanya. Agendanya itu berkancing. Ia buka dan ia
pegang selembar kertas seraya berkata dengan mata berkaca-kaca,
“Ini cek dari seorang kolega di Port Said. Nilainya tujuh ratus tujuh puluh lima ribu pound.
Inilah isi tas hitam lusuh ini Nak Mahmud, apakah aku tidak pantas memberikan sesuatu padamu
sebagai ungkapan terima kasih.”
Semua yang hadir di ruangan itu diam dan takjub. Semua baru tahu isi sebenarnya tas hitam
kumal itu. Imam masjid dan pengurus masjid saat memeriksa tas itu hanya membuka agendanya.
Mencatat keterangan yang ada di biodata di halaman depan. Yang tertulis hanya nama pemilik,
tanggal lahir. Tidak ada alamat dan keterangan yang lainnya.
Mereka tidak sampai memeriksa beberapa berkas yang ada di agenda itu. Juga tidak
memeriksa isi kantung hijau tua dan bungkusan plastik. Begitu ada yang mengaku memiliki tas
itu. Mereka mengujinya dengan menanyakan kartu identitas. Ketika nama dan data dalam kartu
identitas sama dengan yang tertulis di dalam buku agenda dan bisa menyebutkan isi tas secara
umum. Maka mereka percaya dialah pemiliknya. Dan memang sejak diumumkan tidak ada satu
orang pun yang mengaku. Sampai datang Tuan Ragab menanyakan kepada pengurus masjid
perihal tas hitam kumalnya yang tertinggal saat buang air kecil.
“Allah yang mengatur semua. Alhamdulillah saya bisa mengamalkan ilmu dan menunaikan
amanah. Saya ingin murni karena Allah. Jangan paksa saya,” Kata Mahmud lirih.
“Jadi kau benar-benar tidak ingin menerima amplop ini?”
“Jangan paksa saya, saya mohon.”
“Aku sungguh bangga padamu Nak Mahmud. Baiklah aku tidak akan memaksa lagi. Namun
aku tetap ingin mengungkap-kan rasa syukurku. Kepada yang hadir di ruangan ini saksikanlah
aku sedekahkan cek senilai tujuh ratus tujuh puluh lima ribu pound untuk anak yatim dan fakir
miskin. Pengelolaannya saya serahkan pada pengurus masjid. Pahalanya semoga terlimpahkan
pada semua orang beriman yang menunaikan amanah dengan benar.”
Kata-kata Tuan Ragab membuat hati yang hadir di ruangan itu bergetar. Mahmud bersyukur
dalam hati bahwa ia bisa mempertahankan prinsipnya. Di akhir pertemuan Tuan Ragab
membagikan kartu namanya. Saat bersalaman dengan Mahmud beliau mencium kening anak
muda itu sebagai tanda cinta dan penghormatan.
* * *
Hari berikutnya Mahmud menceritakan apa yang dialaminya dengan Tuan Ragab perihal tas
hitam kumal itu pada sahabat karibnya Ramhi. Dan Ramhi menanggapinya dengan emosi,
“Emang sewa kamarmu sudah kau lunasi!?”

“Belum.” Jawab Mahmud.
“Kau sungguh bodoh! Sok suci! Sok ikhlas! Miskin tapi sok kaya! Apa sih beratnya
menerima tanda terima kasih. Mungkin itu bisa jadi modal kamu usaha. Kamu itu sungguh
manusia aneh. Bayar sewa kamar saja nunggak berbulan-bulan tapi sok
malaikat. Sok tidak butuh uang. Dasar kolot, tolol, bahlul,
primitif! Sini berikan padaku kartu namanya biar aku cari Tuan Ragab itu dan aku ambilkan
bagianmu.”
Mahmud menggelengkan kepala.
“Kenapa tidak?!” Sengit Ramhi.
“Lelaki sejati tidak akan menjilat ludahnya!”
“Bah! Dasar prtimitif kolot! Jika kau masih mem-pertahankan kekolotan prinsip-prinsipmu
di era global seperti ini, kau tidak akan survive! Kau akan binasa terlindas realitas!”
“Allah bersama orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”
Dengan muka kesal Ramhi meninggalkan Mahmud sambil bergumam,
“Semoga kau dapat petunjuk wahai manusia lugu yang kolot!”
* * *
Bumi terus berputar. Matahari terus terbit di timur dan tenggelam di barat. Tak pernah
berhenti. Hari berganti hari. Setelah empat tahun kuliah Mahmud berhasil menyelesaikan
kuliahnya di Fakultas dengan nilai mumtaz. Ia terpilih sebagai terbaik pertama di angkatannya.
Selesai kuliah ia tidak pulang kampung, tapi mencoba bertahan di Cairo. Ia sangat ingin lanjut
pascasarjana. Namun ia merasa perlu kemapanan ekonomi.
Suatu hari di awal musim dingin ia pergi ke kampus.ia kangen dengan kampus. Ia ingin
menemui beberapa teman satu angkatannya yang belum lulus sambil refresing menyegarkan
pikiran. Di pintu gerbang ia berpapasan dengan Prof. Dr. Abdul Aziz Abduh. Mahmud
menyalaminya dengan penuh takzim.
“Mahmud, sudah dua minggu ini aku mencarimu. Nanti jam satu siang datanglah ke ruang
kerjaku.”
Kata-kata Prof. Dr. Abdul Aziz Abduh itu sangat menyejukkan hatinya. Jika ia dicari-cari
seorang guru besar yang sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya seperti beliau maka itu suatu
keberkahan. Suatu tanda akan datangnya kebaikan-kebaikan.
“Insya Allah, Doktor.” Jawabnya singkat.
Tepat jam satu kurang tiga menit ia masuk ruang kerja Prof. Dr. Abdul Aziz Abduh dengan
terlebih dahulu mengucapkan salam.
“Wa’alaikumussalam. Duduklah Mahmud! Kau tepat waktu Mahmud. Aku senang.”
“Ada yang bisa saya bantu Doktor?”
“Begini Mahmud, aku mau bertanya padamu, mau tidak kamu mengamalkan ilmumu?”
“Tentu Doktor. Bukankah ilmu harus diamalkan?”
“Mau tidak kamu berjuang dan berdakwah?”
“Tentu doctor. Itu adalah kewajiban seorang muslim.”
“Rasanya aku tidak salah memanggil kamu. Begini, ada sebuah daerah di pelosok selatan
Mesir yang sangat membutuhkan seorang dai. Maukah kamu diutus ke sana. Sebagai utusan
resmi Al Azhar. Semua biaya Al Azhar yang menanggung. Kau juga akan dapat gaji. Kau tidak
selamanya di sana. Hanya dua tahun. Setelah itu kau akan aku usahakan dapat beasiswa untuk
lanjut S2. bagaimana?”
Mendengar penjelasan Prof. Dr. Abdul aziz Abduh, hati Mahmud gerimis.

“Saya wakafkan diri saya untuk dakwah, Doktor. Untuk dakwah saya siap ditempatkan dan
diutus di mana saja.”
“Aku bangga mendengarnya, Anakku. Bersiap-siaplah.
Surat-suratnya akan aku urus. Minggu depan kamu berangkat, insya Allah. Dan ingat kamu
berangkat ke medan dakwah yang tidak ringan.”
“Mohon doanya, Doktor.”
“Hayyakallah ya Bunayya.”9
“Amin.”
* * *
Minggu berikutnya, setelah menempuh perjalanan panjang dari Cairo ke Asyyut dengan
kereta dan disambung dengan angkot sampailah Mahmud ke sebuah desa. Turun dari angkot ia
masih harus berjalan kaki setengah kilo untuk mencapai perkampungan di mana dia ditugaskan.
Begitu sampai ia langsung rumah imam masjid.
Seorang petani memberi petunjuk,
“Datangilah rumah yang bercat hijau. Di halamannya ada seekor keledai sedang ditambat.
Dari sini kira-kira seratus meter. Setelah kebun korma.”
Ia bergegas ke sana. Dengan mudah ia temukan rumah itu. Ia ketuk pintu. Seorang lelaki tua,
berumur tujuh puluhan keluar. Ia berbincang dengannya penuh takzim, menjelaskan
kedatangannya dan menyerahkan surat tugas. Lelaki tua itu mempersilakan masuk rumahnya,
menyambutnya dengan penuh
suka cita, “Alhamdulillah surat permohonan saya ke bagian dakwah Al Azhar dikabulkan. Saya
sangat bahagia. Saya berharap kau betah di desa ini dan bisa jadi penerang di desa kami.”
“Kalau boleh tahu siapa nama Imam?”
“Ah, sebenarnya saya merasa tidak pantas menjadi imam. Bacaan Al-Quran saya masih
belum benar. Karena tidak ada yang lain jadi terpaksa saya menjadi imam. Nama saya Raghib.
Nanti bakda shalat Maghrib kau akan kukenalkan pada jamaah masjid. Setelah itu kau akan
kuajak berkunjung ke rumah para pemuka masyarakat desa ini. Mereka semua pasti akan senang
dengan keberadaanmu di sini.”
“Semoga Allah memudahkan semuanya.”
Sejak hari itu mulailah perjuangan dakwah Mahmud benar-benar merasakan beban yang
tidak ringan. Masyarakat di desa itu masih ada yang buta huruf. Masih ada yang belum bisa baca
Al-Quran. Masih banyak yang belum mengerti ajaran Islam dengan benar.selama ada di desa itu,
ia diangkat menjadi imam menggantikan Pak Raghib yang menjadi imam sementara. Ia menjadi
rujukan, tempat bertanya masalah agama. Bahkan masalah sosial. Masyarakat begitu percaya
padanya sebagai lulusan Al Azhar di Cairo. Anak-anak juga sangat lekat padanya. Mereka
antusias belajar Al-Quran padanya. Seringkali Mahmud membuat acara yang sangat
mengasyikan bagi mereka. Kematangannya ketika aktif di kepanduan sebelum masuk kuliah
sangat berharga.
Genap satu tahun, Mahmud seolah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat
desa itu. Pengajian umum yang ia
buka di masjid setiap hari Jumat pagi dihadiri oleh ribuan orang. Tidak hanya masyarakat dessa
itu namun juga desa-desa sekitarnya.
Namun lazimnya sebuah dakwah, tidaklah mulus begitu saja. Sudah beberapa kali nyawanya
terancam oleh mereka yang merasa keberadaan Mahmud sangat membahayakan mereka.
Mereka sebuah mafia kecil yang secara diam-diam menanam ganja di tengah-tengah kebun mereka belum terendus pihak kepolisian. Kehadiran Mahmud yang berpendidikan dianggap
sangat membahayakan. Beberapa kali Mahmud hendak dilenyahkan namun gagal.
Mafia kecil itu terus mencari cara membinasakan imam muda ini. Akhirnya mereka sepakat
untuk menghabisi Mahmud dengan rekayasa dan fitnah.
“Begini, agaknya imam muda ini banyak disukai anak-anak gadis. Kita manfaatkan hal ini
untuk membinasakannya. Kita pernah dengar dulu di Bani Israel ada seorang ahli ibadah yang
namanya Barshisha. Dan ia hancur karena perempuan. Bagaimana kalau kita gunakan cara setan
itu untuk membinasa- kan imam muda ini.” Seorang anggota mafia berambut keriting
mengajukan usul.
“Boleh. Riilnya bagaimana?” Ketua mafia menyahut.
“Begini Bos,” Kata lelaki berambut keriting, “Saya telah amati kegiatan imam muda itu dua
minggu penuh. Juga saya bertanya banyak hal tentangnya ke para penduduk. Imam muda itu
punya pengajian rutin Tafsir Jalalin di masjid tiap hari malam Ahad. Tempatnya di masjid
selatan desa. Dia pulang dan pergi tidak pernah sendirian. Jadi kalau kita gunakan kekerasan
justru berbahaya.”
“Terus gimana membinasakan dia?” Sahut sang ketua tidak sabar.
“Begini Bos, kita fitnah dia. Penduduk desa ini paling anti dan paling murka terhadap orang
yang mengotori anak gadisnya. Saya dapat informasi ada seorang anak gadis yang sangat suka
apa saja asal dapat imam muda ini. Setahu saya, imam muda ini
sampai di rumahnya dari pengajian Tafsir Jalalain jam setengah dua belas malam. Kita akan
manfaatkan Sadia. Kita seolah membantu Sadia, namun Sadia harus ikut skenario kita. Dan harus
menjaga rahasia. Begitu Bos.”
“Lha terus riil memanfaatkan Sadia itu gimana, Keriting?”
“Begini Bos, saat si imam muda itu pergi mengaji Tafsir Jalalain, diam-diam dengan cara
yang tidak diketahui orang kita datangi rumah imam itu lewat belakang. Kita ajak Sadia ikut
serta. Kita congkel pintu belakang, kita minta Sadia masuk dalam rumah imam itu. Sadia harus
bersembunyi. Ketika imam itu nanti pulang dan tidur pulas. Sadia harus tidur di samping imam
itu. Satu ranjang kalau perlu dengan pakaian yang tampak acak-acakan. Saat itulah kita grebek,
kita kerahkan orang kampung. Pada saat kita grebek Sadia harus memeluk imam muda itu kuatkuat,
menangis dan menjerit-jerit. Dengan demikian hancurlah imam muda itu. Ia akan dilempari
batu seperti anjing kurap oleh seluruh penduduk kampung. Akan diusir.”
Sang ketua manggut-manggut mengerti.
“Apa Sadia mau. Pasti mau bos. Dia sudah masuk perngkap kita. Sekarang dia sudah ikut
pakai ganja sebab kakaknya juga bagian dari kelompok kita.”
“Bagus. Segera jalankan rencanamu dengan matang. Ajak dan provokasi para pemuda yang
tidak suka dengan imam sok suci itu!”
* * *
Sore itu Mahmud asyik membuat acara permainan dengan anak-anak di sebuah kebun
korma. Tiba-tiba seorang anak berteriak,
“Imam… imam itu ada ular!”
Mahmud langsung melihat ke arah yang ditunjuk si anak. Ya ada seekor ular cobra yang
sangat berbahaya. Ia minta anak-anak menyingkir. Di kepanduan ia pernah belajar mengatasi
ular. Sepuluh menit kemudian Mahmud telah berhasil meringkus ular itu dengan kain yang ia
gunakan untuk tikar.

“Jangan takut ini ularnya sudah tertangkap.”
Anak-anak gembira.
“Imam memang hebat. Di sini belum pernah ada seorang pun yang berani menangkap ular
cobra. Kepala desa yang dulu meninggal katanya karena dipatuk ular cobra.” Kata anak yang tadi
berteriak.
Sore itu kabar imam muda menangkap ular cobra langsung tersiar ke seluruh penjuru desa.
Seorang petani separo baya mendatangi Mahmud dan menasihati,
“Imam, jangan main-main dengan cobra. Lebih baik langsung di bunuh saja!”
“Saya tidak main-main kok, Paman. Ular ini sengaja tidak saya bunuh sebab besok pagi saya
ingin membawanya ke dokter untuk diambil serumnya. Serum itu bisa jadi obat jika kelak ada
penduduk desa ini digigit ular berbisa ini. Jangan kuetir, Paman.”
Setelah faham petani itu tersenyum dan minta diri. Mahmud memasukkan ular itu ke dalam
kantong goni lalu mengikatnya dan meletakannya di ruang belakang rumahnya.
Setelah Maghrib, Mahmud membaca tafsir yang akan dia sampaikan untuk pengajian rutin.
Bakda Isya ia berangkat ke masjid selatan desa untuk menyampaikan pengajian.sementara
kelompok mafia mulai menjalankan rencananya. Sebagian mereka sudah mampu menyebar
fitnah dan meyakinkan
sebagian penduduk desa bahwa si imam muda itu tak lain adalah seekor srigala busuk. Imam
muda itu telah mengotori desa dan menodai kesucian gadis desa, di antara korban yang sedang
dalam cengkeramannya adalah Sadia.
Sebagian yang lain ada yang menyebar desas-desus ke kalangan ibu-ibu. Mereka minta ibuibu
melihat apa yang akan terjadi malam nanti. Malam nanti akan ketahuan siapa sebenarnya
imam muda yang selama ini dipuji-puji itu.
Di sebuah rumah, Sadia telah siap dengan segala fitnahnya.
“Suratku tak pernah ditanggapinya. Malam ini imam sok suci itu akan tahu siapa Sadia. Dia
akan tunduk di telapak kakiku.” Gumamnya.
Tepat pukul sepuluh Sadia dan lelaki berambut keriting berhasil masuk rumah Mahmud
lewat pintu belakang. Sadia berpakaian setengah telanjang. Ia benar-benar sudah kehilangan rasa
malunya. Di luar rumah ketua mafia bersiaga penuh dengan beberapa anak buahnya. Beberapa
anak buah yang lain bertugas membawa para pemuda pada saat yang tepat.
Tepat pukul sebelas Mahmud pulang diantar oleh seorang pemuda. Setelah pemuda itu
pamit, Mahmud masuk rumah. Ia tidak masuk ke kamarnya tapi duduk di ruang tamu. Ia belum
mengantuk. Ia ingin membaca Fiqhus Sunnah yang ditulis oleh Sayyid Sabiq.
Sastu jam kemudian, terdengar teriakan yang sangat gaduh di luar rumahnya. Teriakan itu
mencaci-maki dirinya. Pintu rumahnya digedor dengan sangat keras.
“Ayo seret imam pezina itu!”
“Telanjangi Mahmud serigala itu! Arak dia biar jadi pelajaran!”
Belum sempat ia beranjak dari tempat duduknya, pintu itu telah terbuka. Didobrak. Mahmud
berdiri kaget. Kitab Fiqhus Sunnah masih ditangannya. Orang-orang masuk dengan marah. Yang
paling depan adalah ketua mafia. Mata Mahmud beradu dengan matanya. Ketua mafia agak
gentar, tidak seperti yang direncanakn. Tidak ada suara merengek atau tangis Sadia. Ke mana
Sadia? Namun ia tidak kehabisan akal. Ia langsung menggertak.
“Di mana Sadia kausembunyikan, Bangsat!”
Mahmud tidak gentar, “Siapa Sadia?”
“Jangan sok tidak tahu. Sadia yang kauzinai setiap malam!”
Mahmud kaget, “Apa zina? Aku mezinai Sadia? Astagh-firullah. Na’udzubillah. Jangan sembarangan kau bicara! Menuduh zina adalah kriminal!”
Jangan banyak bacot. Langsung seret saja pemuda ini. Sadia adalah korbannya ia telah
menodai gadis lugu itu. Ayo seret dia!”
Para pemuda yang emosi langsung bergerak memegang tangan Mahmud. Mahmud melawan
dengan menampar mereka. Terjadi pergulatan. Tiba-tiba terdengar teriakan keras, “Berhenti!
Ada apa ini?”
Ternyata suara kepala desa. Di belakangnya ada beberapa orang polisi. Rupanya kepala desa
mencium gerakan para pemuda. Ia ingin menegakan hukum, siapa pun yang salah harus diadili
sesuai hukum, makanya ia mengundang polisi. Sebelum Mahmud angkat bicara, ketua mafia
angkat bicara dan meluncurkan tuduhan dan fitnahnya. Panjang lebar, dan dengan suara sangat
meyakinkan,
“Beberapa kali aku melihat dia dan Sadia berbuat mesum!”
Mahmud emosi, “Dia bohong! Dia memfitnah! Ini fitnah!”
“Aku bahkan pernah melihat tengah malam Sadia menutup
jendela kamar rumah ini, dalam keadaan telanjang dada dan di belakangnya si jahannam ini
mendekapnya mesra!” cerocos ketua mafia.
“Sudah diam kamu Bandot! Tuduhan kamu harus kamu buktikan!” Bentak kepala desa.
“Akan aku buktikan! Aku yakin Sadia sedang terlelap di salah satu ruangan di rumah ini
setelah dibius srigala ini! Ayo kita geledah!” Sahut ketua mafia mantap.
Ia bergerak. Beberapa orang bergerak. Pak kepala desa, dua polisi dan Mahmud mengikuti.
Mahmud hanya pasrah kepada Allah. Kamar pertama digeledah, tak ada apa-apa. Kamar kedua
juga. Kamar ketiga, yang tak lain kamar tidur Mahmud digeledah. Dengan sangat teliti. Almari
dibuka. Kolong ranjang diteliti tak ada apa-apa. Wajah ketua mafia merah. Ia marah. Dalam hati
ia mendesis, “Di mana kau Sadia? Kurang ajar kamu! Kamu telah mempermainkanku. Awas aku
cincang kamu!”
Ketua mafia itu lalu mengajak menggeledah ke ruang belakang yang tak lain adalah dapur
dan kamar mandi. Ruang belakng itu gelap. Beberapa orang menyorotkan senternya. Sinar senter
itu menerangi ruangan. Di atas lantai orang-orang terkesima dengan pemandangan yang merekaa
lihat. Dua orang anak manusia lain jenis diam tak bergerak dalam posisi yang sangat memalukan.
Tubuh keduanya telanjang.
“Itu Sadia!” teriak seorang pemuda.
“Lha itu yang menidihnya siapa?” Tanya seseorang.
Kepala mafia pucat.
“Itu si kerempeng. Anak bejat dari kampung utara!”
Polisi melihat keduanya.
“Inna lillahi wa inna ilahi raaji’un. Keduanya sudah tidak
bernyawa. Ada gigitan ular di kaki kedua manusia jalang ini. Kata polisi itu.
Kepala desa langsung berkata pada ketua mafia, dan ia tidak tahu kalau yang ia ajak bicara
adalah seorang ketua pengedar narkotika,
“Hai Bandot, berarti kau salah lihat. Yang berbuat mesum bersama sadia itu bukan Mahmud.
Tapi si pemuda keriting ini. Saya tahu persis siapa Mahmud. Sejak dia datang sampai sekarang
saya tahu persis akhlaknya. Memang rumah ini sering ditinggalkannya kalau malam untuk
mengisi pengajian. Jadi sering kosong. Kelihatannya itu dimanfaatkan dua manusia itu. Karena
mereka merasa aman melakukannya di sini. Tapi Allah tidak ingin membiarkan hal ini berlanjut
terus.”
“Ya aku bersaksi Mahmud bersih dari tuduhan keji itu. Kenyataan di depan mata kita telah membuktikannya. Memang sejak satu minggu ini ada yang menyebar desas-desus tidak sedap
tentang imam muda kita. Dan malam ini semuanya jelas.” Sahut seorang ibu-ibu yang ikut
menyaksikan kejadian itu.
Dalam hati Mahmud bersyukur telah selamat dari fitnah. Ia merasa ada makar yang ingin
mencelakainya di balik kejadian menggegerkan desa malam ini, dan Allahlah yang
menggagalkan.
Penduduk desa, juga Mahmud tak ada yang tahu, apa yang dilakukan Sadia dan Pemuda
Keriting setelah masuk rumah Mahmud. Setan telah membakar nafsu mereka berdua di tempat
gelap itu karena pengaruh ganja yang mereka hisap. Tangan pemuda itu tidak sadar membuka
ikatan karung goni yang berisi ular saat sedang berasyik masyuk. Saat jantung berdegup
kencang. Tanpa mereka sadari ular itu memaruk kaki mereka.
Jantung terus berdegup. Racun mematikan pun menyebar dengan cepat. Dan tamatlah riwayat
mereka berdua. Makar yang mereka buat membinasakan mereka sendiri.
* * *
Peristiwa malam itu berbuntut panjang. Kakak Sadia yang juga anggota mafia kecil itu tidak
bisa teerima atas kematian adiknya. Ia tahu persis adiknya adalah korban dari makar busuk ketua
mafia.
Diam-diam ia mendatangi kantor polisi dan membocorkan rahasia yang selama ini ia
pendam. Ia juga mendatangi kepala desa, dan membocorkan semua yang ia tahu, termasuk makar
fitnah untuk membinasakan sang imam muda, Mahmud, pada malam itu.
Polisi bergerak cepat. Seluruh anggota mafia di desa itu dan desa-desa sekitarnya di tangkap.
Bahkan jaringan yang lebih besar di Mesir selatan segera digulung. Kepala desa mengum-pulkan
warganya dan menjelaskan lebih detil tentang makar fitnah itu. Penduduk desa semakin
mencintai Mahmud.
Tak terasa sudah sembilan belas bulan Mahmud berdakwah di desa itu. Sudah cukup banyak
perubahan. Anak-anak sudah fasih baca Al Quran. Para orang tua sudah memahami isi aqidah
Thahawiyyah, Fiqh Sunnah, dan inti risalah Islam. Sebuah balai serba guna didirikan di samping
masjid.
Tiga bulan lagi tugasnya usai. Ia ingin kembali ke Cairo dan melanjutkan S2. Ia hendak
menyampaikan hal itu pada kepala desa, agar tidak mengejutkan kepergiannya. Usai shalat
Maghrib ia membicarakn hal itu pada kepala desa dan beberapa pengurus
masjid, termasuk Pak Raghib yang sangat dihormati. Apa yang ia sampaikan ditanggapi dengan
keharuan dan tetesan airmata. Kepala desa berkata dengan mata berkaca,
“Kami sangat mencintaimu Nak Mahmud. Kami sebenarnya ingin Nak Mahmud tinggal di
sini. Atau lebih lama di sini. Namun semua kembali pada Nak Mahmud. Kami tidak bisa dan
tidak berhak memaksa. Namun ada satu permintaan kami yang kami sangat berharap Nak
Mahmud tidak menolaknya.”
“Apa itu?” Tanya Mahmud.
“Bicaralah Paman Raghib.”
“Begini Nak Mahmud. Saya punya cucu. Satu-satunya. Tidak cucu langsung, tapi cucu
kakak saya yang telah meninggal karena kecelakaan, setengah tahun sebelum kau datang kemari.
Akulah satu-satunya keluarganya. Aku sudah tua. Sejak kecil ia hidup di desa ini. Sejak kecil.
Meski ayah-ibunya tinggal di kota Thanta, ia tinggal di sini. Bersama kami. Karena ia memang
dilahirkan di sini. Setiap dibawa ke Thanta ia sakit. Tapi jika dibawa ke sini ia sembuh.
“Boleh dikata cucu saya itu, menurut pengakuan orang-orang di desa ini adalah gadis tercantik dan terpandai. Dialah satu-satunya gadis yang menghafal Al-Quran. Menghafal Al-
Quran dengan kemauannya sendiri. Cucu saya ini juga bisa dikatakan orang paling kaya di desa
ini. Selain mewarisi kekayaan ayahnya di Thanta, ia juga mewarisi kekayaan kakeknya, yaitu
kakak saya. Tanggung jawab saya adalah menikahkannya dengan pemuda yang saleh, bertakwa,
berilmu dan bertanggung jawab. Saya merasa kau sangat tepat. Saya berani menjamin ia gadis
yang salehah. Sekarang sedang kuliah di Al azhar Banat, Cairo, tahun kedua. Ini permohonan
saya. Dan saya berharap tidak kamu tolak. Saya akan sangat merasa aman jika dia dalam
naungan lelaki saleh sepertimu.”
Perkataan Pak Raghib membuatnya kaget dan terkesima. Lidahnya susah digerakkan. Ia
diam. Semua yang ada dalam pembicaraan itu diam. Suasana hening sesaat. Akhirnya ia berhasil
menggerakan lidah dan bibirnya,
“Sa… saya akan istikharah dulu.”
* * *
Tiga kali ia istikharah. Setiap kali istikharah ia tidur. Dan dalam tidur selalu bermimpi
membaca Al Quran surat Ar Ruum ayat 21. Ia sangat yakin, itu ilham agar ia segera menikah.
Akhirnya ia menyampaikan jawaban ‘menerima tawaran itu’ pada Pak Raghib. Jawaban
Mahmud menerbitkan airmata haru lelaki itu.
Minggu berikutnya diadakan acara ta’aruf antara Mahmud dan cucu Pak Raghib itu. Acara
dihadiri kepala desa. Mahmud hanya bisa menunduk dengan hati dan jantung berdebar-debar.
Darah mudanya meluap. Ia penasaran. Seperti apa rupa gadis yang katanya paling pilihan di desa
ini.
Istri Pak Raghib mengeluarkan minuman dan makanan. Gadis itu tidak ikut keluar. Setelah
berbincang-bincang cukup lama. Pak Raghib berkata,
“Ya Hafshah keluarlah!”
Tak lama kemudian seorang gadis berjilbab panjang putih bersih keluar. Iaduduk di samping
istri Pak Raghib.
“Nak Mahmud, ini Hafshah cucuku.” Kata Pak Raghib.
Mahmud mengangkat muka ke arah wajah gadis itu. Si gadis juga melakukan hal yang sama.
Dan….
Subhanallah! Ia teringat peristiwa dua tahun yang lalu. Peristiwa di musim semi, saat ia
berjualan buku. Gadis ini bukankah? Ya, persis! Mata yang bundar dan bening. muka yang
bersih dengan tahi lalat di dagu kirinya. Si gadis agaknya juga kaget. Cukup lama mereka
berpandangan.
“Agak aneh. Apa kalian pernah saling kenal?” Pak Raghib menangkap gelagat. Gadis itu
diam. Mahmud mencoba mengingat kejadian itu. Ia bergumam,
“Masjid El Fath, Ramsis. Kaset Syaikh Sya’rawi berjudul: Al Mar’ah Ash-shalihah.”
Gadis itu tiba-tiba menyambung lirih,
“Ya kapten, lau samah, bikam syarith dza?
E….sab’ah junaihat!
Lu ya anisah, hadza jaded.
Arba’ah mumkin?
Musyi mumkin, afwan.
Khamsah la azid.
Masyi.”
Mahmud terhenyak, gadis itu masih ingat dialog tawar menawar kaset itu dua tahun yang lalu. Sebelum Mahmud bicara gadis itu menjelaskan dengan detail pertemuan dua tahun yang
lalu. Pertemuan yang setelah itu tidak bertemu lagi kecuali saat ta’aruf itu.
Paman Raghib dan semua yang hadir mafhum. Ia lalu membahas lebih dalam. Hafshah dan
Mahmud sama-sama rida. Hari pernikahan pun ditentukan.
* * *
Musim semi yang penuh barakah. Pagi yang indah. Langit yang cerah. Orang-orang menatap
hari dengan penuh gairah. Begitu juga Hafshah dan Mahmud. Pagi hari Jumat itu berlangsung
akad nikah di desa bersuka cita. Anak-anak mendendangkan lagu kebahagiaan dan cinta.
Rumah tua yang ditempati Mahmud ternyata adalah rumah tempat Hafshah dulu dilahirkan.
Rumah itu telah direnovasi. Dicat kembali. Kamar pengantin dihias indah dan wangi.
Malam usai shalat Isya Mahmud masuk kamar. Sang isteri telah menanti. Kali ini tidak
berjilbab. Mahmud terhenyak ketika melihat kalung permata yang dipakai Hafshah. Kalung emas
permata dengan bandul permata mulia berwarna merah tua yang sangat indah. Ia memandangi
kalung itu lama sekali.
Hafshah heran dan bertnya,
“Ada apa denganmu, Suamiku? Kenapa wajahmu pucat dan matamu berkaca-kacaa saat kau
melihat kalung permata ini?”
Mahmud berkaca-kaca, dan berkata,
“Jika mataku tidak silap. Aku pernah melihat kalung mutiara ini dua tahun yang lalu.
Pemiliknya mengatakan kalung ini dibeli dari Madrid untuk hadiah putri semata wayangnya
yang baru hafal Al-Quran.”
Mendengar hal itu Hafshah terisak. Ia teringat cerita ayahnya almarhum. Terbata- bata ia
berkata,” Jadi kaukah yang menemukan tas hitam lusuh di kamar kecil masjid Al Fath itu?
Kaukah yang menolak pemberian tanda terima kasih dari pemiliknya itu?”
Mahmud kaget, “Kau tahu peristiwa itu? Dari mana kau tahu peristiwa itu?”
“Kau ingat nama Ragab Ali Ridhwan Hamid Ghazali.”
“Ya. Itu pemilik tas itu?”
“Beliau adalah ayahku.”
“Ayahmu?”
“Ya.”
“Subhanallah. Ketika namamu disebut dalam akad nikah Hafshah binti Ragab Ali Ridhwan
Hamid Ghazali. Aku tidak pernah berpikiran nama pemilik tas hitam lusuh itu. Sebab betapa
banyak nama Ragab di Mesir ini.”
“Hari itu aku datang ke masjid El Fath bersama ayah. Aku asyik melihat buku-buku. Ayah
yang bertanya ke pengurus masjid. Ketika ayah bilang tasnya telah ditemukan masih utuh aku
sangat bahagia. Sementara ayah menunggu di masjid bakda shalat Isya, aku memilih langsung
istirahat ke hotel. Setengah sepuluh ayah masuk hotel sambil menangis. Aku bertanya pada ayah
ada apa. Ayah menjawab, ‘Yang menemukan tas ayah yang sangat berharga ini adalah seorang
pemuda yang sangat menjaga keikhlasan dan sangat menjaga amanah. Aku akan merasa bahgia
jika Allah berkenan menjodohkan dirimu dengannya.’ Suamiku, apakah kautahu apa yang
kulakukan saat mendengar perkataan ayah itu?”
“Aku tak tahu? Apa yang kaulakukan?”
“Dalam hati aku berdoa kepada Allah, jika pemuda itu memang benar-benar saleh dan
menjaga amanah semoga kelak ia benar-benar menjadi jodohku. Dan Allahu akbar! Allah mengabulkan doaku.”
“Allahu akbar. Saat itu aku menolak amplop pemberian ayahmu. Dan ternyata Allah
menyiapkan yang lebih berharga dari itu.”
“Ya. Aku dan segala yang kumiliki sekarang ada dalam kuasamu.”
“Aku merasa musim semi ini benar-benar penuh barakah.”
Hafshah mendekat dan meletakkan kepalanya dalam dada Mahmud. Sesaat, suasana haru
dan indah memenuhi kamar pengantin. Kedua makhluk Allah itu larut dalam rasa syukur yang
dalam dan panjang. * * *
1 Kapten, maaf, berapa harga kaset ini?
2 Tujuh pound.
3 Mahal sekali.
4 Tidak nona, ini baru.
5 Empat, mungkin.
6 Tidak mungkin, afwan.
7 Lima (pound), tak akan aku tambah.
8 Okay.
9 Semoga Allah selalu menjagamu, memberimu keberhasilan hidup wahai anakku.
Read More..