Subscribe

RSS Feed (xml)



Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Rabu, 23 Desember 2009

Hikmah Mati Lampu


Mati Lamu... duhai gelapnya...Mati AC... duhai gerahnya...Ups jadi kayak lagu dangdut.....
Begitulah dunia dengan segala keterbatasanya senantiasa mengingatkan kita akan hal-hal yang selama ini mungkin lupa untuk kita syukuri. Padamnya listrik tentu bukan hal positif, akan tetapi cukup mengingatkan kita untuk menyadari betapa nikmatnya listrik yang selama ini kita nikmati. Dimana sakit akan mengingatkan kita akan nikmatnya sehat, litrikpun demikian, dengan muatanya yang positif dan negatif, memberikan manfaat pada kehidupan namun tak sedikit pula kejahatan karenanya. Tentunya semua tidak lepas dari pengunanya. Listrik kedudukanya sama dengan ilmu, tepat sekali jika ilmu dianalogikan sebagai air. Teh, kopi, sirup tidak mungkin dinikmati tanpa air. Kedudukan air tetap murni/suci tinggal bagaimana memanfaatknya. Jika listrik mempunyai muatan positif dan negatif tidak ubahnya ilmu dimana kita mengenal kebaikan dan keburukan juga dengan ilmu. Jika kita hanya mengenali kebaikan tanpa mempedulikan keburukan dapat diibaratkan melangkah yang memerlukan kaki kanan dan kiri, tentulah jalan akan pincang jika hanya mengandalkan sebelah kaki saja. Menghendaki pahala (buah) namun enggan menanam, apalagi memupuk dan menyiraminya. Salahkah bila buah gugur?..

Satu hal yang sangat menarik mungkin kita kurang menyadarinya, dimana mukjizat terbesar Rosululloh adalah Al-Qur'an = Kalamulloh. Kita mengenal adanya sejarah (manusia mengenal tulisan) dan prasejarah (belum mengenal tulisan). Dalam Al-Qur'an = Qur'an sering disebut sebagai Kitab (buku). Dimana sejarah pencatatnya (himpunan/mushaf) adalah yang terbaik dan tak perlu diragukan lagi kemurniannya. Sebagai suatu kitab yang sempurna, tanpa campur tangan manusia mengenai isinya. Yang demikian ini tidak terjadi pada kitab-kitab sebelumnya. Dan diturunkan dalam bahasa Arab yang memiliki struktur bahasa yang sempurna.


Namun sangat disayangkan jika ilmu pengetahuan Barat lebih mendominasi ranah keilmuan kita. Bangsa Arab (Timur-Tengah) gagal sebagai leader Ilmu Pengetahuan yang sebelumnya sempat pesat, kesemuanya tidak lepas dari fitnah dan goncangan demi goncangan yang menerpa Islam. Dan keengganan kita sendiri untuk memperjuangkan Risalah ini. Lihatlah nasib guru ngaji yang tak pernah menuntut upah, dan banyak lagi hak-hak mereka yang tidak kita penuhi, kita lupa untuk mengenali sifat-sifat mereka. Karena kita terlanjur menyisihkan agama sebagai urusan akhirat belaka, memisahkannya dengan urusan dunia. Memecah kayu diatas kuburan... (ups sejauh itukah?) well see...

Jika kita melihat Al-Qur'an secara global, apa yang dikatakan Ahli Kitab, tentunya tidak hanya dinisbatkan kepada orang Nasrani, ataupun Yahudi saja. Dalam artian siapapun yang mempelajari Kitabulloh (rukun iman).
Mari kita telusuri penamaan Al-Qur'an, sebagian besar ulama berpendapat bahwa asal kata qara'a (membaca) dimana wahyu pertama turun dengan perintah "baca". Nabi Muhammad SAW sebagai seorang Rosul diperintah untuk membacakan kepada umatnya. Dan kita mengenalinya sekarang berupa Kitab untuk dibaca. Penamaan Qur'an sendiri belum pernah dipakai atau ada pada Arab Jahiliah. Dan banyak lagi istilah-istilah baru yang dikenalkan Rosululloh, begitu juga dalam Al-Qur'an sendiri. Disinilah mukjizat sebenarnya yang memang Qur'an dipersiapkan untuk umat akhir zaman sudah menyangkut berbagai aspek sebagai berita seluruh alam. Jika ditelusuri mendetail adalah titik balik sejarah untuk mengenali masa lampau yang kesemuanya tercatat dalam kitab yang nyata (dalam Lohmafus). Seberapa nyatakah?

Dimensi Qur'an sangat luas dari awal penciptaan sampai akhirat. Yang gaib maupun yang nyata; hanya dalam satu kitab yang bercahaya yang memiliki tingkatan makna, sebagaimana 7 langit telah diciptakan. Allohuakbar...

Mari kita telusuri :

"Allah menamakan keseluruhan kitab-Nya dengan Qur’an, sementara bangsa Arab menamakan keseluruhannya karyanya dengan istilah Dîwân. Bagian dari al-Qur’an disebut surah, sementara dalam kalam Arab disebut qashîdah. Bagian yang lebih kecil lagi disebut ayat, sementara dalam kalam Arab disebut bait. Selanjutnya, bagian akhir ayat dinamai fâshilah, sementara hal serupa dalam kalam Arab disebut qâfiyah.1 Keunikan ini juga dikarenakan sifat hakikat bahasa yang terkandung dalam al-Qur’an sendiri yang memiliki fungsi yang berbeda dengan fungsi bahasa lainnya dalam komunikasi antar umat manusia." dikutip dari http://www.scribd.com/doc/16766939/MELACAK-ASALUSUL-KATA-ALQURAN">http://www.facebook.com/l/4fc04;>http://www.scribd.com/doc/16766939/MELACAK-ASALUSUL-KATA-ALQURAN..

Sekarang bandingkan dengan bahasa Indonesia :
Kata "sejarah" secara harafiah berasal dari kata Arab (šajarah) yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri sejarah disebut (tarikh). Kata "tarikh" dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah "waktu". Ilmu Sejarah juga disebut sebagai Ilmu Tarikh atau Ilmu Babad.
Jika kita telusuri sejarah bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu, jika diibaratkan sungai bahasa Indonesia seperti muara dimana berbagai arus pengetahuan bertemu antara arab, cina dan india dan peninggalan penjajah (barat). Namun kesastraan Arab sangat dominan, walaupun arti katanya kadang berbeda jauh namun jika diambil suatu lingkaran menjadi bulat. Jika anda jeli dalam kaitan ini adalah sajarah (pohon), pahala (buah) dan akan lebih lengkap lagi jika kita terus gali asal-usul kata. Dimana saya mengisyaratkan akan Kalam dalam pengertian seluas-luasnya adalah jembatan antara Alam dengan Ilmu, masing-masing punya jejak dan saling menguatkan jika ditinjau dari Ruang-Gerak-Waktunya.

Semakin menarik bukan? Yuk kita browshing asal-usul (etimologi), walaupun ada asal-usul yang kadang ngasal, Insya Alloh kita akan bisa membedakannya...Maha benar Alloh atas segala firmanNYA dalam Al-Quranulkarim...
Read More..

Selasa, 08 September 2009

Menghabiskan Waktu Ramadhan dengan Tidur Siang


Barangkali ini adalah akibat dari pemahaman yg kurang tepat dari sebuah hadits Rasul yg berbunyi :

“Tidurnya orang yg berpuasa adalah ibadah”

Memang selintas prilaku tidur di siang hari adalah sah dgn pedoman hadits diatas, namun tidur yg bagaimana yg dimaksud oleh hadits diatas? Tentu bukan sekedar tidur yg ditujukan untuk sekedar menghabiskan waktu, menunggu waktu ifthar (berbuka) atau sekedar bermalas-malasan, sehingga tak heran bila sebagian -besar- umat ini bermental loyo saat berpuasa Ramadhan.
Lebih tepat bila hadits diatas difahami dengan; Aktifitas tidur ditengah puasa yang berpahala ibadah adalah bila :
  • Tidur itu diniatkan untuk menghindari aktifitas yg bila tidak tidur dikhawatirkan akan melanggar rambu-rambu ibadah Ramadhan, semisal ghibah (menggunjing), menonton acara-acara yg tidak bermanfaat, jalan-jalan untuk cuci mata dsb.
  • Tidur proporsional tersebut diniatkan untuk persiapan qiyamullail (menghidupkan saat malam hari dengan ibadah)
  • Tidur proporsional tersebut adalah akibat dari letih & payahnya fisik kita setelah beraktifitas; Mencari rezeki yg halal, beribadah secara khusyu’ dsb
Sungguh sangat di sayangkan bahwa banyak orang yang membiasakan diri begadang sepanjang malam di bulan Ramadhan, lalu ketika telah dekat waktu terbit fajar, mereka segera makan sahur kemudian tidur sepanjang siangnya. (Dengan keadaan seperti itu), mereka meninggalkan sholat-sholat di waktu siang, padahal sholat lebih di tekankan dan lebih di wajibkan daripada puasa, bahkan tidak sah puasa orang yang tidak shalat ! Perkara ini sangat berbahaya sekali.

Pemahaman hadits diatas nyaris sama dgn pemahaman hadits yang menyatakan bahwa bau mulut orang yg berpuasa lebih harum daripada minyak misk (wangi) disisi Allah, bila difahami selintas maka akan menghasilkan pengamalan hadits yg tidak proporsional, seseorang akan meninggalkan aktifitas gosok gigi & kebersihan mulutnya sepanjang 29 hari karena ingin tercium bau wangi dari mulutnya, faktanya bau mulut orang yg berpuasa tetap saja akan tercium kurang sedap karena faktor-faktor alamiyah, adapun bau harum tersebut adalah benar adanya secara maknawi tetapi bukan secara lahiriyah, secara fiqh pun, bersiwak atau gosok gigi saat puasa adalah mubah (diperbolehkan)
Read More..

Rabu, 19 Agustus 2009

Fadhilat Tarawikh


K
ELEBIHAN SHOLAT SUNAT TARAWIH

Di riwayatkan oleh Saiyidina Ali (r.a.) daripada Rasulullah S.A.W., sebagai jawapan dari pertanyaan sahabat-sahabat Nabi S.A.W. tentang fadhilat (kelebihan) sembahyang sunat tarawih pada bulan Ramadan:


Malam 1:

Keluar dosa-dosa orang mukmin pada malam pertama sepertimana ia baru dilahirkan, mendapat keampunan dari Allah.

Malam 2:

Diampunkan dosa-dosa orang mukmin yang sembahyang tarawih serta kedua ibubapanya (sekiranya mereka orang beriman).

Malam 3:

Berseru Malaikat di bawah 'Arasy' supaya kami meneruskan sembahyang tarawih terus-menerus semoga Allah mengampunkan dosa engkau.

Malam 4:

Memperolehi pahala ia sebagaimana pahala orang-orang yang membaca kitab-kitab Taurat, Zabur, Injil dan Al-Quran.

Malam 5:

Allah kurniakan baginya pahala seumpama orang sembahyang di Masjidilharam, Masjid Madinah dan Masjidil Aqsa.

Malam 6:

Allah kurniakan pahala kepadanya pahala Malaikat-malaikat yang tawaf di Baitul Ma'mur (70 ribu malaikat sekali tawaf), serta setiap batu-batu dan tanah-tanah mendoakan supaya Allah mengampunkan dosa-dosa orang yang mengerjakan sembahyang tarawih pada malam ini.

Malam 7:

Seolah-olah ia dapat bertemu dengan Nabi Musa serta menolong Nabi 'Alaihissalam menentang musuh ketatnya Fi'raun dan Hamman.

Malam 8:

Allah mengurniakan pahala orang sembahyang tarawih sepertimana yang telah dikurniakan kepada Nabi Allah Ibrahim 'Alaihissalam.

Malam 9:

Allah kurniakan pahala dan dinaikkan mutu ibadat hambanya seperti Nabi Muhamad S.A.W.

Malam 10:

Allah Subhanahuwata'ala mengurniakan kepadanya kebaikan di dunia dan akhirat.

Malam 11:

Keluar ia daripada dunia (mati) bersih daripada dosa seperti ia baharu dilahirkan.

Malam 12:

Datang ia pada hari Qiamat dengan muka yang bercahaya (cahaya ibadatnya).

Malam 13:

Datang ia pada hari Qiamat dalam aman sentosa daripada tiap-tiap kejahatan dan keburukan.

Malam 14:

Datang Malaikat menyaksikan ia bersembahyang tarawih, serta Allah tiada menyesatkannya pada hari Qiamat.

Malam 15:

Semua Malaikat yang menanggung 'Arasy, Kursi, berselawat dan mendoakan supaya Allah mengampunkan.

Malam 16:

Allahsubhanahuwata'ala tuliskan baginya terlepas daripada neraka dan dimasukkan ke dalam Syurga.

Malam 17:

Allah kurniakan orang yang bertarawih pahalanya pada malam ini sebanyak pahala Nabi-Nabi.

Malam 18:

Seru Malaikat: Hai hamba Allah sesungguhnya Allah telah redha kepada engkau dan ibubapa engkau (yang masih hidup atau mati).

Malam 19:

Allah Subhanahuwataala tinggikan darjatnya di dalam Syurga Firdaus.

Malam 20:

Allah kurniakan kepadanya pahala sekalian orang yang mati syahid dan orang-orang solihin.

Malam 21:

Allah binakan sebuah istana dalam Syurga daripada nur.

Malam 22:

Datang ia pada hari Qiamat aman daripada tiap-tiap dukacita dan kerisauan (tidaklah dalam keadaan huru-hara di Padang Mahsyar).

Malam 23:

Allah subhanahuwataala binakan kepadanya sebuah bandar di dalam Syurga daripada nur.

Malam 24:

Allah buka peluang 24 doa yang mustajab bagi orang bertarawih malam ini, (elok sekali berdoa ketika dalam sujud).

Malam 25:

Allah Taala angkatkan daripadanya siksa kubur.

Malam 26:

Allah kurniakan kepada orang bertarawih pahala pada malam ini seumpama 40 tahun ibadat.

Malam 27:

Allah kurniakan orang bertarawih pada malam ini ketangkasan melintas atas titian Sirotolmustaqim seperti kilat menyambar.

Malam 28:

Allah Subhanahuwataala kurniakan kepadanya pahala 1000 darjat di akhirat.

Malam 29:

Allah Subhanahuwataala kurniakan kepadanya pahala 1000 kali haji yang mabrur.

Malam 30:

Allah Subhanahuwataala beri penghormatan kepada orang bertarawih pada malam terakhir ini yang teristimewa sekali, lalu berfirman: "Hai hambaKu: Makanlah segala jenis buah-buahan yang engkau ingini hendak makan di dalam syurga, dan mandilah engkau daripada air syurga yang bernama Salsabila, serta minumlah air daripada telaga yang dikurniakan kepada Nabi Muhammad S.A.W. yang bernama 'Al-Kauthar"."
Read More..

MARHABAN YA RAMADHAN.....ALHAMDULILLAH RAMADHAN DATANG LAGI....


Marhaban barasal dari kata rahb yang berarti luas atau lapang. Marhaban menggambarkan suasana penerimaan tetamu yang disambut dan diterima dengan lapang dada, dan penuh kegembiraan. Marhaban ya Ramadhan (selamat datang Ramadhan), mengandungi erti bahwa kita menyambut Ramadhan dengan lapang dada, penuh kegembiraan, tidak dengan keluhan.

Rasulullah sendiri senantiasa menyambut gembira setiap datangnya Ramadhan. Dan berita gembira itu disampaikan pula kepada para sahabatnya seraya bersabda:

"Sungguh telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkatan. Allah telah memfardlukan atas kamu puasanya. Di dalam bulan Ramadhan dibuka segala pintu surga dan dikunci segala pintu neraka dan dibelenggu seluruh setan. Padanya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa tidak diberikan kepadanya kebaikan malam itu maka sesungguhnya dia telah dijauhkan dari kebajikan" (Hr. Ahmad)

Marhaban Ramadhan, kita ucapkan untuk bulan suci itu, karena kita mengharapkan agar jiwa raga kita diasah dan diasuh guna melanjutkan perjalanan menuju Allah swt. Perjalanan menuju Allah swt itu dilukiskan oleh para ulama salaf sebagai perjalanan yang banyak ujian dan tentangan. Ada gunung yang harus didaki, itulah nafsu. Digunung itu ada lereng yang curam, belukar yang hebat, bahkan banyak perompak yang mengancam, serta iblis yang merayu, agar perjalanan tidak dilanjutkan. Bertambah tinggi gunung didaki, bertambah hebat ancaman dan rayuan, semakin curam dan ganas pula perjalanan. Tetapi, bila tekad tetap membaja, sebentar lagi akan tampak cahaya benderang, dan saat itu akan tampak dengan jelas rambu-rambu jalan, tampak tempat-tempat yang indah untuk berteduh, serta telaga-telaga jernih untuk melepaskan dahaga. Dan bila perjalanan dilanjutkan akan ditemukan kendaraan Ar-Rahman untuk mengantar sang musafir bertemu dengan kekasihnya.

Untuk sampai pada tujuan tentu diperlukankan bekal yang cukup. Bekal itu adalah benih-benih kebajikan yang harus kita tabur didalam jiwa kita. Tekad yang keras dan membaja untuk memerangi nafsu, agar kita mampu menghidupkan malam Ramadhan dengan shalat dan tadarrus, serta siangnya dengan ibadah kepada Allah melalui pengabdian untuk agama.

SPIRITUALISME DAN MATERIALISME. Puasa Ramadhan hakekatnya adalah melatih dan mengajari naluri (instink) manusia yang cenderung tak terkontrol. Naluri yang sulit terkotrol dan terkendali itu adalah naluri perut yang selalu menuntut untuk makan dan minum dan naluri seks yang selalu bergelora sehingga manusia kewalahan untuk mengekang dua naluri ini.

Dalam sejarah manusia didapatkan dua falsafah yang dapat menguasai dan mendominasi kebanyakan manusia, yakni falsafah materialisme yang berorientsi pada materi saja, dan falsafah spiritualisme yang hanya berorientasi pada rohaniah saja.

Orang-orang yang berorientasi materi - terdiri dari orang-orang atheis, komunis dan animisme dan berhalaisme - mereka hidup untuk dunianya saja. Mereka melepaskan kenhendak nalurinya dan tak pernah puas. Bila terpenuhi satu keinginannya, timbul keinginan baru begitu seterusnya. Sahwat manusia bila sudah terbakar maka akan mengheret dari sedikit ke yang banyak, dari banyak ke yang terbanyak.

Allah mengecam orang-orang seperti ini: "Biarkanlah mereka makan, dan bersenang-senang, mereka dilalaikan oleh angan-angan dan mereka akan mengetahui akibatnya".(QS Al Hijr 3). Ayat lain: "Orang-orang kafir mereka bersenang-senang dan makan seperti binatang ternak makan. Dan neraka adalah tempat tinggalnya".(QS Muhammad 12)

Mereka hidup di dunia ini dalam keadaan kosong. Jiwanya dikuasai nafsunya, menghalalkan segala cara, dan dihari kiamat nanti mereka mendapat balasan yang setimpal. "Demikian itu bersenang-senang di bumi tanpa haq dan mereka sombong".(QS Ghofir 75) Sementara filsafat spiritualisme yang didasarkan pada kerahiban, berpandangan bahwa pengabdian kepada Tuhan harus menekan naluri seks mengikis habis pendorong-pendorongnya dan mematikannya yang juga diatasi dengan mengurangi makan. Dengan kata lain mereka masuk dalam kancah peperangan melawan jasad manusiawinya. Filsafat ini dilakukan oleh gereja sejak dahulu kala.

Orang-orang Barat dewasaa ini melepaskan diri dari filsafat gereja, mereka menggunakan waktu dan harta kekayaannya untuk memenuhi sahwat jasmaninya. Filsafat spiritualismenya telah lenyap, bahkan gereja-gereja sudah tiada lagi pengunjungnya walaupun pada hari Minggu. Seandainya masih ada, itu hanya sekelompok minoritas yang hidup di dunia Islam.

Agama Islam adalah agama yang seimbang. Ia menghormati rohani dan jasmani sekaligus, ia memperhatikan nilai-nilai ideal manusia, tapi juga menjamin kebutuhan hidup naluri duniawinya asal dalam ruang keutamaan, ketaatan, kehormatan.

Ia membolehkan manusia makan dengan catatan dalam batas kewajaran dan kehormatan. "Makanlah dan minumlah, berpakaianlah dan bersedekahlah tanpa berlebih-lebihan dan tidak diiringi kesombongan".(HR Bikhari)

Islam mengimbangkan antara ruhani dan jasmani. "Ya Allah, a ku berlindung kepadamu dari lapar, karena sesungguhnya seburuk- buruk tidur adalah dalam keadaan lapar. Dan aku berlindung kepadamu dari khianat, karena itu adalah seburuk-buruk suasana kejiwaan".(HR Abu Daud)

Islam memperhatikan kehidupan dunia dan akherat, "Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertaqwa: Apa yang Tuhan kalian turunkan? mereka berkata: 'Keuntungan bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini dan akherat lebih baik, dan sebaik tempat bagi orang-orang yang bertaqwa".(QS AN Nahl 30)

Ajaran Islam datang untuk mensucikan manusia, mengangkat darjatnya, ia mensucikan fisikalnya dengan mandi dan berwudlu, mensucikan jiwanya denga ruku' dan sujud. Islam adalah jasmani dan ruhani, dunia dan akherat dengan falsafah puasa. Islam menegaskan bahwa manusia terdiri dari jasmani dan ruhani.

Nilai manusia tidak terletak pada jasadnya, akan tetapi terletak pada ruhani yang menggerakkannya. Kerena ruhani inilah, Allah memerintahkan pada malaikatnya untuk hormat kepada manusia, karena ruhani datangnya dari Allah swt. Firman Allah:

"Ingatlah diwaktu Tuhanmu berkata kepada para malaiakat: "Aku menciptakan manusia dari tanah, dan setelah aku sempurnakan aku tiupkan kedalamnya ruh-Ku, maka hormatlah kalian kepadanya".(QS ShAd 71-72)

Setelah itu manusia ada yang mengenali siapa yang meniupkan ruh kapadanya dan yang memuliakannya atas seluruh makhluknya.

Mereka itu akan bersyukkur kepada pemberi nikmat, sementara ada manusia-manusia yang melupakan Tuhannya, melupakan kepada dzat yang meniupkan ruh kepadanya.

Demikian juga halnya kebudayaan. Kebudayaan yang memegang kendali alam sekarang ini telah melupakan Tuhannya, melalaikan haknya. Dunia ini tidak memiliki kebudayaan yang mengakui ruhani dan jasmani, berorientasi dunia dan akherat dan menentukan hak-hak manusia disamping hak-hak Allah -kebudayaan Islam-.

Puasa Ramadhan sebagaimana Rasulullah jelaskan dapat mengangkat derajat pelakunya menjadi unsur rahmat, kedamaian, ketenangan, kesucian jiwa, aklaq mulia dan perilaku yang indah ditengah-tengah masyarakat. "Bila salah seorang dari kalian berpuasa maka hendaknya ia tidakberbicara buruk dan aib. dan jangan berbicara yang tiada manfaatnya dan bila dimaki seseorang maka berkatalah, 'Aku berpuasa'". (HR. Bukhori).

Dalam bulan Ramadhan terdapat filsafat Islam yang mengaitkan dunia dengan akhirat, mengaitkan jasmani dan ruhani, mengaitkan bumi dengan langit, mengaitkan manusia dengan wahyu, dan mengaitkan dunia dengan kitab yang menerangi jalannya dan menetukan tujuannya.
Read More..

Selasa, 16 Juni 2009

JERIH PAYAH PENCARIAN ILMU

Seting dimulai di dalam ruangan keluarga

(Mad Rosyad memandangi ummi dan abahnya bergantian. Ia merasa berat meninggalkan keduanya, namun tekadnya begitu kuat, ia ingin benar-benar mewarisi semangat Nabi Ibrohim as)

Mad Rosyad : (Sambil menangis dan terus memandangi keduanya) “Bah, Mi, aku tidak akan berhenti mencari ilmu dan belajar sebelum sampai ke pertemuan dua lautan, atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun {QS. 18:60}”

Ummi : (menangis, teringat perkataan Nabi Musa kepada muridnya yang pernah ia kaji dari Ustadzah Rohanah di musholla putri, tangisnya bercampur bangga dan bahagia)
Mad Rosyad : “Bah………….do’akan Mamad”

Abah : (Menepuk-nepuk pundak Mamad, abah ak mampu mengucap sepaah kaapun karena ia amat bangga pada diri mamat, harapannya hanya satu bahwa mamad pulang nanti akan jadi orang yang alim di kampungnya)

Ummi : (ibu melepas cincinnya) “Cung, ini cincin Ummi, kamu bisa menggadaikannya di kota, dan ini……….”(Umi mengeluarkan lembaran lima puluh ribuan dari dalam setagennya dan melanjutkan perkataannya.), “Untukmu, untuk sebuah ilmu ini tidak ada artinay”
Mad Rosyad : (Mad Rosyad kaget, uang itu terlalu banyak untuk orang miskin seperti keluarganya, setengah juta jumlahnya, uang ini tentu hasil jerih payah Ummi selama bertahun-tahunsebagai seorang beruh tani ‘dalam hati Mad Rosyad sangat bergejolak’)”Mi………..jangan ini engkau berikan pada Mamad seluruhnya, uang ini terlalu banyak dan Ummi tentu lebih membutuhkan”.
Ummi : “sungguh Cung, uang ini tidak ada artinya dibandingkan ilmu yang akan egkau dapatkan, (Ummi, sambil menepuk bahu Mad Rosyad dan membelai rambutnay) “Bawalah, ini akan sangat bermanaat bagimu. Hati-hati membawa uang, Ummi dengar di kota banyak perampok”
Mad Rosyad : (Mad Rosyadberangkat setelah mencium tangan Ummi dan Abahnya denagn takdim, ia membawa tas rangsel hijau kusam, dengan pakaian yang seadanya). ‘Mad Rosyad hanya membawa niat Bismillahi tawakaltu alallohi, ia pergi meninggalkan kampungnya, Dukuh Bekut, sebuah perkampungan Madura yang terletak di Malang selatan yang belum pernah ditinggalkannya. Eanam tahun sekolah di MI dan 6 tahun ia mondok di pesantren ki’ai Mas’ud sekitar 1 kilometer dari rumahnya. Kini ia lulus dan mendapatkan sayahadah. Dari pondok saja ia mendapat dispensasi gratis tanpa biaya, dan dia tidak termasuk murid cerdas, ia merasa malu kalau mau bertanya pada pak ki’ai tempat untuk menuntut ilmu yang pada saat ini hasratnya menuntut ilmu semakin menggebu, hanya pada Ummi dan Abahnya saja ia berani menyatakannya.
Ummi : kamu mau belajar kemana, Cung…………….? (ummi sambil terus memandangi anaknya)

Mad Rosyad : Ke kota, MI, Mamad dengan Gus wahid putranta pak ki’ai belajar di kota. Nama pondoknya Universitas Muhammadiyah, aku mau mondok disana. (Meyakinkan Abah dan Ummi) Pokoknya Mamad mau mencari pondok itu sampai ketemu, dan menjumpai kia’inya. Bukannya Alloh maha penolong ? lebih-lebih untuk sebuah kebaikan, iya kan MI, Bah ?

(Umi dan Abah saling tersenyum saat itu. Senyum yang bagi Mamad merupakan pelecut bagi tercapainya cita-citanya. Mamad bersenandung kecil meninggalkan kampungnya, di perjalanan ia mengambil bebatuan dan menggenggamnya, entah apa tujuannya).

Seting di perjalanan, masih dalam kampung Mad Rosyad, (monolog)

Mad Rosyad : “Ah………ada untungnya kampungku belum diaspal, hanya bebatuan yang tertata di pinggir jalan, agar jika hujan tidak becek. Aku tidak sanggup menghitung berapa banyak bebatuan yang kulewati, padahal kata pak ki’ai ‘setiap batu yang dilewati akan mendo’akan orang-orang yang berjalan mencari ilmu karena Alloh’, Subhannalloh, terima kasih”.

(Mad Rosyad mencium batu itu dengan lugu, kemudian melemparkannya ke pinggir jalan. Ia terus berjalan, dan saat ia melewati sungai ia berhenti sesaat)

Seting di tepi sungai.

Mad Rosyad : “Dan ikanpun turut mendoakan?”

(Mad Rosyad tersenyum , sambil bergaya merasa dirinya di hari ini adalah orang yang penting, ia berlaga desah do’a seluruh mahluk seolah didengarnya. Bahkan ia merasa dijaga oleh berjuta malaikat. Jalan tiga kilo tak terasa pegal dikakinya)

Mad Rosyad : (monolog) “Seperti apa ya kota Malang”.
(Mad Rosyad sekalipun belum pernah kesana. Hari-harinya tak penah kosong, ia harus berulang-ulang menghaal tulisan Arab asli, apalagi ia menyadari otaknya tidak seencer teman-temannya. Kalaupun nganggur ia memilih ke kebun atau membuat kerupuk uli dan keripik singkong, Mad Rosyad sayag kalau uangnya sia-sia digunakan untuk jalan-jalan, ia lebih memilih menabung, agar kelak bisa digunakan untuk mencari ilmu atau membeli buku)

seting masih diperjalanan atau dalam kendaraan, masih berdialog secara monolog.

Mad Rosyad : “wah, pondoknya Gus Wahid pasti hebat, Gus wahid kan orang hebat.”

(Mad Rosyad tidak bisa membayangkannya)

Mad Rosyad : “Nah itu dia angkudesnya”.
(Mad Rosyad melambaikan tangannya sehingga angkutan berwarna kunini itu berhenti, hatinay deg-degan, menantikan angkutan desa menuju tujuan)

Seting dalam angkutan desa

Kerned : (menanyai Mad Rosyad) “Nang ndi, Cak……..?”

Mad Rosyad : “Ke kota”

Kerned : “Iya, kotanya mana? Angkutan ini memang mau ke kota, ke terminal Arjosari atau mana?”.(Mad Rosyad celingukan dan kerned melanjutkan pertanyaannya), “Yen bingung ojo lungo dewekan opo’o Cak ?! “
Mad Rosyad : (Mad Rosyad grogi menjawab), “Anu……..turun pondok”

Kerned : “Pondok’e jenenge opo ?”(kerned angkutan bertanya lagi)

Mad Rosyad : “Anu……….pondok…………..pondok Universitas Muhammadiyah”.

Kerned : (Heran) “Pondok Universitas Muhammadiyah yo’opo seh……….?

Sopir : “Jarno opo’o, maksude paling yo Unmuh” (kata pak sopir sambil tersenyum) “Sampeyan turun neng Arjosari terus numpak mikrolet ADL cak, bilang saja turun pos jangan turun pondok” (Pak supir menambahi)

Mad Rosyad : ”Matursuwun” (Mamad menimpali).

Seting berada di terminal Arjosari.
(Begitu sampa di terminal Arjosari, Mad Rosyad mengikuti petunjuk pak sopir, maka selamatlah ia sampai di tujuan, namun ketika ia turyn Mad Rosyad bingung)

Seting berada di luar terminal landungsari

Mad Rosyad : “Ramai sekali ternyata kota malang ini, lalu mana yang namanya pondok Universitas Muhammadiyah itu ?”
(Ia masih berada di selatan jalan tempat ia turun dari mikrolet tadi, kepalanya menoleh ke gedung disebelahnya)

Mad Rosyad : “Revolusi, Ah……..bukan itu”.
(Ia memperhatikan sebelah utara sambil berjalan ke arah barat) ‘monolog’

Mad Rosyad : “Banyak gedung-gedung, mungkin itu, kata Gus wahid, tempat belajarnya gedung-gedung bertingkat. Pasti itu………..”
(Mad Rosyad menyeberangi jalan. Kantor pos …..dibaca tulisan-tulisan yang ada disana)

Mad Rosyad : “Mana yaa……….pondoknya ?
(Ia berhenti di depan kantor pos, diperhatikannya pemuda-pemuda seusia Gus Wahid yang lauu-lalang)

Mad Rosyad : “aku pasti keliru, masak anak pondok kok pakaiannya begitu?. Yang laki-laki celananya aneh-aneh, yang perempuan lebih-lebih. Wah ……….kalau di kampung pasti sudah menjadi bahan gunjingan. Ih…………itu malah boncengan laki-perempuan. Astagirulloh, kok aku Suudhon. Mungkin itu cacak sama adiknya. (melanjutkan pembicaraannya sendirian sambil mengamati sekitarnay), Tapi……….itu, itu ada yang pakek kerudung. Dan yang sana itu………ada yang seperti Gus wahid pakaianya, pakai baju koko.” (Menenangkan diri dan pikiran buruk analisanya) “He………he………, seperti bajuku juga. Ah ………..mungkin pondoknya masih disana”.

(Mad Rosyad pun berjalan lagi, ia terkagum-kagum melihat bangunan yang begitu indah dan megah, ia masih terus berjalan, muter-muter dengan decak kagum juga dengan ketidak mengertian, hingga sampai ia disebuah bangunan yang luas yang sangat ia kenal)

Mad Rosyad : “Alhamdulillah, alhamdullilah” (tanpa melihat kiri-kanan ia langsung sujud sukur di tanah. Para mahasiswa yang melihatnya hanya terheran-heran, setelah sujud syukur ia melanjutkan perkataanya) “Alhamdulillah, duh Gusti Alloh, akhirnya ketemu juga yang hamba cari”. (ia bergegas masuk Universitas Muhammadiyah Malang)

Seting di depan masjid

Mad Rosyad : (Monolog), “Subhanalloh, masjid kok indah sekali, kalau begitu benarlah, ini memeng pondok. Buktinya di dalamnya ada masjid, Megah lagi………”
(Mad Rosyad langsung ke tempat wudhu, dengan rasa mengharu biru, ia tunaikan sholat tahiyatal masjid, namun belum lagi ia menghadap kiblat, dijumpainya sebuah kotak besar di depan pintu)

Mad Rosyad : “Kotak amal, waaahh…………aku harus menginakkan sebagian uangku. Bukannya aku mondok disini? Untuk sebuah ilu ini tidak ada artinya…….”
(Ia memasukkan selembar lima puluh ribuan, setelah itu ia baru sholat dua rakaat dengan khusuk, dua mahasiswa aktivis yang sedang berdiskusi di situ merasa agak aneh dengan kehadiran Mad Rosyad, kopyah hitamnya yang sudah menjadi kumal, bajunya, tasnya, jalannya sangat berbeda. Kehadiran orang dengan penampilan Mad Rosyad di kampus itu tidaklah biasa, begitu setelah Mad Rosyad selesai sholat, kedua mahasiswa tersebut menghampirinya dan mengajaknya bersalamana, Mad Rosyad mengawali pembicaraan)

Mad Rosyad : “Saya Mad Rosyad, biasa dipanggil Mamad, boleh saya kenal cacak-cacak ini ?”

Mahasiswa : “Saya Mitah, ini arid. Cak mamad dari mana?”

Mad Rosyad : “saya asli Bekur, perkampungan Madura di Malang selatan, tujuan saya kemari mau mencari pondok.”

(Dua mahasiswa itu saling berpandangan)

Mad Rosyad (melanjutkan perkataanya) ”Saya yakin, pondok itu ada di sini. Namanya Pondok Universitas Muhammadiyah. Saya ingin menimba ilmu di pondok itu, dan saya sudah mendapatkan syahadah dari pondok ‘Roudhotul Ulum’, tempat saya mencari ilmu sebelum saya kesini”.
(Mad Rosyad mengeluarkan syahadanya dan memberikannya kepada kedua mahasiswa tadi)

Mad Rosyad : “Saya tidak mau berhenti belajar walaupun sudah mendapatkan syahadah, saya pengen terus menerus mencari ilmu. Dan saya mendengar di kota ini ada pondok yang hebat”.

(Kedua mahasiswa itu saling mencermati pelajaran-pelajaran yang ada dalam ijaza atau syahadah menurut istilah Mad Rosyad. Banyak sekali mata pelajarannya, ada tajwid, hadits dan ulumul hadits, iqih dan ushul iqih, al-Qur’an, dll)

Mahasiswa : “Cak mamad tidak ada pondok Universitas muhammadiyah disini”. (Mitah menjawab)
(Warna cerah di muka Mad Rosyad berubah seketika. Mendung bergayut, kepalanya menunduk menahan pekatnya awan yang bergelantung di raut mukanya. Tak lama ia berguman)

Mad Rosyad : “Mana mungkin…………?”
(Kedua mahasiswa itu merasa kasihan)

Mad Rosyad : “Cacak berdua, saya tak yakin, Putra Ki’ai saya mondok disini, saya tidak berbohong dan tidak mungkin saya salah dengar, ia mengatakan bahwa saat itu ia menimba ilmu di Universitas Muhammadiyah.”

(dua mahasiswa itu saling menatap dan kemudian tersenyum)

Mad Rosyad : (melanjutkan perkataanya) “Saya yakin, cacak ini orang baik-baik, jangan bohongi saya. Jangan halangi saya untuk menuntut ilmu. Murka Alloh atas kalian jika kalian berbohong !, (melanjutkan perkataanya) Sekarang, tolong antarkan saya menemui pak ki’ai pondok ini, saya bersedia menjadi kacungnya asal saya bisa mondok disini”.
(Kedua mahasiswa tersebut terharu mendengar perkataan Mad Rosyad, bahkan ereka merasa malu dan merasa tersindir, betapa semangat itu akhir-akhir ini melemah, teruitama di bidang eksak yang kini menjadi jurusannya)

Mahasiswa: “Cak Mamad, Universitas Muhammadiyah itu memang ada, tapi bukan pondok, itu sekolahan, kampus istilahnya.”

Mad Rosyad : “Jadi…………jadi, aku salah alamat?” aku punya syahadah, barangkali itu bisa dipertimbangkan. Tidak mengapa mencari ilmu disekolahan. Toh aku melihat banyak perempuan berkerudung dan laki-laki berpenampilan seperti cacak-cacak ini. Persis Gus wahidd, berjengod, jidad hitam, berbaju rapi. Aku yakin bisa, bukankan aku sudah lulus dari pondok pak Ky’ai?, (ia bicara dalam hati)”.
(Mad Rosyad melanjutkan pembicaraannya pada kedua mahasiswa tet\rsebut)

Mad Rosyad : Cak……..biarlah, disini saya juga mau. Sekolah ini pasti bagus. Buktinya, putra pak Ki’ai saya sekolah disini dan saya mengenalnya sebagai lelaki yang soleh. Tolong antarkan saya, saya mau sekolah disini, saya punya syahadah”.

(kedua mahasiswa itu kembali saling berpandangan, rasa iba menjalar ke seluruh sanubarinya, keduanya menyadari memupus keinginan menuntut ilmu laki-laki di hadapannya tidak baik, namun keduanya tidak mempunyai solusi).

Mad Rosyad : “Kebnapa kalian diam ?, tidakah kalian senangjika ilmu Alloh dipelajari oleh orang lain? Atau kalian tidak suka karena Mad Rosyad hanyalah orang kampung, miskin dan kotor? Oh……….andaikan semua manusia adalah pak ki’ai, andaikan semua manusia adalah Gus wahid, tentu Alloh mempermudah jalan bagiku untuk mencicipi sebagian samudra ilmunya”

(kedua mahasiswa itu terperanjak)

Mahasiswa : “Siapa Gus Wahid itu, Cak ?”

Mad Rosyad : “Ia putra pak ki’ai, aku kenal baik dengannya, bahkan aku sering memijatnya, jika aku memijatnya ia selalu menceritakan teman-temannya yang begitu baik. Gus Wahid orangnya sangat baik, ia hanya tersenyum jika disela-sela memijat saya sempatkan menulis cerita-cerita hebatnya. Maka saya yakin pondok Universitas Muhammadiyah itu ada, sebab ada di catatan saya”. (Jelasnya menggebu, dan ia melanjutkan perkataannya dengan lirih) “tapi…….Gus Wahid tidak pernah menyebutnya pondok”

(Salah satu mahasiswa berkata)

Mahasiswa : “ Mi, Gus wahid yang dimaksud Cak Mamad ini pasti Abdul Wahid, Ketua lembaga Dakwah Kampus Kita”.

Mad Rosyad : “Betul , namanya memag Abdul Wahid”

Pembicaraan lirih farit Didengar oleh Mad Rosyad Belum lagi menyelesaikan pembicaraan , sang ketua LDK muncul “ Assalamualaikum ….

Wahid terheran-heran melihat sosok dihadapannya. Sementara sosok itu menyambut dengan gembira pertemuan yang tak terduga. Ia langsung bangkit dan mencium tangan putra pak kiyai yang dikaguminya.

“Alhamdulillah, Alhamdulillah. Gus … Allah SWT memang maha welas asih.” Ia pun sujud syukur dalam kebahagiyaan yang memuncak.

Mad Rosyad menceritakan panjang lebar maksud kedatangannya, sampai Allah SWT menuntunya di rumah- Nya.
Abdul Wahid dengan penuh senyum mendengarnya.

“Inilah pertolongan Allah SWT itu Gus, Allah SWT maha tau, bahwa Mad Rosyad ini benar-benar ingin meneguk ilmu- Nya”
“Cak, cacak jangan sedih ya… pondok yang ada di sini ini adalah tempat Wahid mencari ilmu, bukan seperti pondok Bapak. Ini sekolahan seperti sekolahan MI di kampung kita itu. Tidak ada kiayinya, adanya kepala sekolah, namanya Rektor. Nah, syahadah ini tidak bisa untuk menuntut ilmu di sini.”

Mad Rosyad lemas mendengarnya, badannya yang tadi duduk tegap penuh semangat, kendor seketika. Tak lama ia menangis terguguh ….
“Sungguh malangnya Mad Rosyad ini, ia hanyalah pemuda miskin yang bodoh. Untuk menjadi ustad di kampung tak ada yang mempercayainya. Untuk menjadi santri tak ada yang menampungnya. Sungguh malang Mad Rosyad ini, kepulangannya hanya akan membuat sedih Ummi dan Abah. Menghancurkan harapan dan cita-cita, menjelmakan butiran-butiran air mata. Duh Gusti Allah, hamba-Mu, mad Rosyad ini tetap percaya belas kasih- Mu. Oleh karenanya, tolonglah berilah jalan untuk mencicipi luasnya ilmu – Mu.”

Mad Rosyad menghapus air matanya dengan saputangan lusuhnya. Miftah, Farid dan wahid sangat terharu. Belum pernah mereka menemuhi seorang yang begitu besar semangatnya dalam mencari ilmu.

“Cak, Insya Allah wahid bisa membantu, tapi tolong ceritakan bagaimana Cak Mamad bisa mempunyai semangat yang demikian berlipat-lipat.”

Mad Rosyad tegak kembali. Semangatnya yang nyaris hancur ia tata dan kumpulkan. Wajahnya memerah pertanda harapan itu makin dekat di hati. Harapan yang membuat hidupnya penuh semangat, yang membuatnya sabar melampaui ketidak mengertian-ketidak mengertian, kesulutan-kesulitan untuk mencapai pemahaman.

“Ayo Cak, ceritakan kepada ku, pada kami ?”
Mad Rosyad merasa dihargai dengan permintaan putra kiayi itu, maka dengan sangat bahagia ia membuka tas dan membuka buku catatannya.

“Ini dia …. Ini dia Gus Wahid, ini pelajaran dari Ummi, dan Ummi mendapatkannya dari Ustadzah Rohannah. Aku tak pernah melupakannya. Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai kepertemuan dua lautan, atau aku akan berjalan bertahun-tahun.”

“Ceritakanlah kepada kami hal itu, Cak ?” ungkap Miftah
“Benar, aku juga ingin mendengarnya agar bisa mempunyai semangat seperti Cak Mamad”

“jangan seperti saya, saya hanyalah pemuda kampung yang miskin dan bodoh. Tapi punyailah semangat Nabi Musa. Ummi ku menceritakan dari Ustazhah Rohannah, Usradzah Rohannah adari al- Qur’an. Nabi Musa berjalan bersama …. Sebentar, tulisannya tidak begitu jelas. Yus …. Oh iya, Yusya bin Nun. Beliau berkata, bengan perkataan yang sangat saya hafal, sebab itu adalah pompa semangat saya”

“Subhanallah, catatanmu lengkap sekali, cak” wahid menepuk pundak Rosyad
“Sebentar, cak, wahid harus musyawarah dulu dengan teman-teman sebagaimanabaiknya. Tapi jangan khawatir, Cak mamad akan bertemu dengan hamba allah SWT yang sholeh untuk menuntut ilmu.”

Saat itu pula di masjid kampus Universitas sedang ada rapat pengurus. Maka, tuntaslah permasalahan Mad Rosyad yang ingin menuntut ilmu. Selepas maghrib acara itu selesai. Cak Mamad menunggu dengan sabar apa yang akan disampaikan oleh Gus Wahid. Ia merasa bersyukur bertemu dengan orang-orang yang baik. Di mesjid itu ia berdzikir dan membaca Al- Qur’an. Waktu yang berlalu tak terasa lama, walaupun ia menunggu dari pagi hingga lepas senja.

“kabar gembira untukmu, Cak”
“alhamdulillah”
“Kalau Cacak setuju, Cacak bisa tinggal di sini”
“Di sini ? Di masjid Universitas ini “
“ya, di masjid Universitas ini”
“Alhamdulillah”
Ia langsung sujud syukur, setelah itu menciun tangan putra kiyai itu dengan penuh cinta dan rasa hormat.
“cak, disini ada dua kamar. Satu kamar untuk murid sini, satu kamar untuk cak Mamad”
“apa aku bukan murid, Gus?”
Wahid tersenyum

“Cak Mamad kan nanti nyantrinya di masjid sini, kalau murid namanya mahasiswa Cak, dan nyantrinya di gedung-gedung bertingkat itu, cak, belajarnya, macem-macem, nah, kalau sekolahnya selesai nanti, ada yang jadi dokter, tukang listrik, tukang bangunan, macem-macem.”

“tukang saja sekolahnya di sini ya, Gus>”

“Bosnya, cak.”

“Terus Cacak nanti gembira, Gus?.” ” Di mesjid sini sering ada ngaji, Cak. Ya hadits, tafsir, siroh, macem-macem. Cak Mamad bisa belajar nanti, bersama saya dan teman-teman. Selain itu Cak Mamad bertugas menjaga masjid ini, bersih-bersih, ya nyapu, ngepel, menguras bak mandi, dan sebagainya.”

“Alhamdulillah, terimakasih Gus, terima kasih. Hidupku memang untuk mengabdi kepada- Nya. Sungguh mulia menjadi penjaga rumah Allah SWT ua, Gus.”

Mata Mad Rosayad berkaca-kaca. Rasa syukur benar-benar terpancar dari wajahnya.
“Gus, berapa bayarnya ?”
“Bayar apa, cak ?”
“Nyantri di sini”
“Gratis Cak” wahid tertawa kecil
Cacak bener lho, Gus. “
“Gratis, cak, wahig tidak bohong, malah Cak Mamad digaji karena menjaga masjid ini.”
“kasihan Ustaznya, Gus.”
Mad Rosyad mengambil dompet dari saku bajunya, dihitungny aung dua lima ratus ribu dari Umminya, kemudian diserahkan kepada wahid Ahmadi
“cacak bertereima kasih kepadamu. Gunakan ini untuk para Ustadz dan apa saja yang membantu pengajaran di sini”
“sudahlah, cak. Cacak lebih membutuhkannya, lagipula ngaji disini gratis dan seperti yang wahid katakan, cak Mamad malah digaji.”

“Terima kasih, Gus. Kata Ummi. Uang tidak ada artinya dibanding ilmu yang cacak dapatkan, biarlah jangan halangi Cacak untuk mengiklaskan uang ini. Sekali lagi, ini tak berarti. Soal gaji, itu berbeda dengan ini. Ayolah, Gus …”

Gus Wachid sangat terharu , . Bagaimanapun gak mungkin infak ditolak . Ia menerima dengan perasaan yang sulit diunkapkan . Lima ratus ribu sangat besar bagi Mad Rosyad namun itulah mulianya ia menghargai ilmu . Alhamdullilah kngkau telah melakukan amanah ummi dari tanganku , ya ALLAH emoga barokah “.Mad Rosyad sujut sukur lagi . Mulai sekarang Cak Mamat boleh menempati kamar itu dan ada satu kali lagi tugas cacak

(Mad Rosyad yang sedang membersihkan tasn berhenti, ia menunggu do’a yang akan dipakai putra kiainya itu)

Sehabis maghribcacak harus mengajari ngaji para mahasiswa. Jangan lupa tajwidnya, Wahid tahu, ngajinya cak Mamad jempol. Soal tajwid catatan Cak Mamad kan lengkap. dItambah lagi tiap Jum’at sore cak Mamad harus mendongeng untuk anak-anak TPA di Masjid”.

Mad Rosyad : *mElongo) Tugas yang tak pernah diduga, nyantri dan jadi Ustadz ……..?”

(kali ini matanya bukan hanya berkaca-kaca, tapi menangis, bahkan tangisnya bersuara. Wahid Ahmad menepuk-nepuk pundaknya)

Read More..

Sabtu, 13 Juni 2009















Bunga sakura dari Jepang yang digemari salah satu saudaraku.... blog Bunga Sakura ini khusus ku persembahkan untuk mu, sebagai kegigihanmu tuk perjuangkan............aku haraap engkau kan mengingat kembali saat-saat indah persaudaraan kita, dan maafkan ku jika tak memenuhi harapan mu.....

Read More..

Jumat, 12 Juni 2009

"MANUSIA BUTUH PEGANYAN YANG KUAT"



Manusia adalah makhluk yang lemah. Manusia butuh pegangan yang kuat. Karena perjalanan dunia ini tidak datar. Kekuatan yang dimiliki hanya sebatas usaha yang sama sekali tidak menentukan. Banyak perkiraan dan rencana matang yang meleset. Karena memang dibalik ini semua ada kekuatan Dzat Maha Kuat yang menentukan.

Kegelisahan, kedukaan dan air mata adalah bagian dari sketsa hidup di dunia. Tetesan air mata yang bermuara dari hati dan berselaputkan kegelisahan jiwa terkadang memilukan, hingga membuat keresahan dan kebimbangan.

Kedukaan karena kerinduan yang teramat sangat dalam menyebabkan kepedihan yang menyesakkan rongga dada. Jiwa yang rapuh pun berkisah pada alam serta isinya, bertanya, dimanakah aku dan jiwa nya berada. Lalu, hati menciptakan serpihan kegelisahan, bagaikan anak kecil yang hilang dari ibunya di tengah keramaian.

Keinginan bertemu ............yang merupakan bagian dari rahmat dan, bukankah itu sebuah fitrah? Semua itu hadir tanpa disadari sebelumnya, hingga tanpa sadar telah menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan.

Karya:
Saudaraku.....

Read More..

Selasa, 09 Juni 2009

Cinta Mesti Ada Tapi Bagaimana Kita Menyikapinya dengan Bijaksana…….??????


Banyak orang berbicara tentang masalah ini tapi tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Atau tidak menjelaskan batasan-batasan dan maknanya secara syari. Dan kapan seseorang itu keluar dari batasan-batasan tadi. Dan seakan-akan yang menghalangi untuk membahas masalah ini adalah salahnya pemahaman bahwa pembahasan masalah ini berkaitan dengan akhlaq yang rendah dan berkaitan dengan perzinahan, perkataan yang keji. Dan hal in adalah salah. Tiga perkara ini adalah sesuatu yang berkaitan dengan manusia yang memotivasi untuk menjaga dan mendorong kehormatan dan kemuliaannya.
Cinta insan itu ada batasnya…, penyimpangannya, kebaikannya, dan kejelekannya. Tiga kalimat ini ada dalam setiap hati manusia, dan mereka memberi makna dari tiga hal ini sesuai dengan apa yang mereka maknai
.

1. Cinta (AI-Hubb)

Cinta yaitu Al-Widaad yakni kecenderungan hati pada yang dicintai, dan itu termasuk amalan hati, bukan amalan anggota badan/dhahir. Pernikahan itu tidak akan bahagia dan berfaedah kecuali jika ada cinta dan kasih sayang diantara suami-isteri. Dan kuncinya kecintaan adalah pandangan. Oleh karena itu, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, menganjurkan pada orang yang meminang untuk melihat pada yang dipinang agar sampai pada kata sepakat dan cinta, seperti telah kami jelaskan dalam bab Kedua.
Sungguh telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Nasa’i dari Mughirah bin Su’bah Radhiyallahu ‘anhu berkata ;”Aku telah meminang seorang wanita”, lalu Rasulullah

shalallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku :’Apakah kamu telah melihatnya ?” Aku berkata :”Belum”, maka beliau bersabda : ‘Maka lihatlah dia, karena sesungguhnya hal itu pada akhimya akan lebih menambah kecocokan dan kasih sayang antara kalian berdua’

Sesungguhnya kami tahu bahwa kebanyakan dari orang-orang, lebih-lebih pemuda dan pemudi, mereka takut membicarakan masalah “cinta”, bahkan umumnya mereka mengira pembahasan cinta adalah perkara-perkara yang haram, karena itu mereka merasa menghadapi cinta itu dengan keyakinan dosa dan mereka mengira diri mereka bermaksiat, bahkan salah seorang diantara mereka memandang, bila hatinya condong pada seseorang berarti dia telah berbuat dosa.

Kenyataannya, bahwa di sini banyak sekali kerancuan-kerancuan dalam pemahaman mereka tentang “cinta” dan apa-apa yang tumbuh dari cinta itu, dari hubungan antara laki-laki dan perempuan. Dimana mereka beranggapan bahwa cinta itu suatu maksiat, karena sesungguhnya dia memahami cinta itu dari apa-apa yang dia lihat dari lelaki-lelaki rusak dan perempuan-perempuan rusak yang diantara mereka menegakkan hubungan yang tidak disyariatkan. Mereka saling duduk, bermalam, saling bercanda, saling menari, dan minum-minum, bahkan sampai mereka berzina di bawah semboyan cinta. Mereka mengira bahwa ‘cinta’ tidak ada lain kecuali yang demikian itu. Padahal sebenarnya tidak begitu, tetapi justru sebaliknya.

Sesungguhnya kecenderungan seorang lelaki pada wanita dan kecenderungan wanita pada lelaki itu merupakan syahwat dari syahwat-syahwat yang telah Allah hiaskan pada manusia dalam masalah cinta, Artinya Allah menjadikan di dalam syahwat apa-apa yang menyebabkan hati laki-laki itu cenderung pada wanita, sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya) :

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak,… “,
(Q.S Ali-Imran : 14)


Andaikan tidak ada rasa cinta lelaki pada wanita atau sebaliknya, maka tidak ada pernikahan, tidak ada keturunan dan tidak ada keluarga. Namun, Allah Ta’ala tidaklah menjadikan lelaki cinta pada wanita atau sebaliknya supaya menumbuhkan diantara keduanya hubungan yang diharamkan, tetapi untuk menegakkan hukum-hukum yang disyari’atkan dalam bersuami isteri, sebagaimana tercantum dalam hadits Ibnu Majah, dari Abdullah bin Abbas radiyallahu anhuma berkata : telah bersabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam :

“Tidak terlihat dua orang yang saling mencintai, seperti pemikahan .�?

Dan agar orang-orang Islam menjauhi jalan-jalan yang rusak atau keji, maka Allah telah menyuruh yang pertama kali agar menundukan pandangan, karena pandangan’ itu kuncinya hati, dan Allah telah haramkan semua sebab-sebab yang mengantarkan pada Fitnah, dan kekejian, seperti berduaan dengan orang yang bukan mahramya, bersenggolan, bersalaman, berciuman antara lelaki dan wanita, karena perkara ini dapat menyebabkan condongnya hati. Maka bila hati telah condong, dia akan sulit sekali menahan jiwa setelah itu, kecuali yang dirahmati Allah Subhanahu wa ta’ala.

Allah lah yang menghiasi bagi manusia untuk cinta pada syahwat ini, maka manusia mencintainya dengan cinta yang besar, dan sungguh telah tersebut dalam hadits bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Diberi rasa cinta padaku dari dunia kalian ; wanita dan wangi-wangian dan dijadikan penyejuk mataku dalam sholat�?
( HR Ahmad, Nasa’i, Hakim dan Baihaqi)


Bahwa Allah tidak akan menyiksa manusia dalam kecenderungan hatinya. Akan tetapi manusia akan disiksa dengan sebab jika kecenderungan itu diikuti dengan amalan-amalan yang diharamkan. Contohnya : apabila lelaki dan wanita saling pandang memandang atau berduaan atau duduk cerita panjang lebar, lalu cenderunglah hati keduanya dan satu sama lainnya saling mencinta, maka kecondongan ini tidak akan menyebabkan keduanya disiksanya, karena hal itu berkaitan dengan hati, sedang manusia tidak bisa untuk menguasai hatinya. Akan tetapi, keduanya diazab karena yang dia lakukan. Dan karena keduanya melakukan sebab yang menyampaikan pada ‘cinta’, seperti telah kami sebutkan. Dan keduanya akan dimintai tanggungjawab dan akan disiksa juga dari setiap keharaman yang dia perbuat setelah itu.

Adapun cinta yang murni yang dijaga kehormatannya, maka tidak ada dosa padanya, bahkan telah disebutkan oleh sebagian ulama seperti Imam Suyuthi, bahwa orang yang mencintai seseorang lalu menjaga kehormatan dirinya dan dia menyembunyikan cintanya maka dia diberi pahala, sebagaimana akan dijelaskan dalam ucapan kami dalam bab ‘Rindu’. Dan dalam keadaan yang mutlak, sesungguhnya yang paling selamat yaitu menjauhi semua sebab-sebab yang menjerumuskan hati dalam persekutuan cinta, dan mengantarkan pada bahaya-bahaya yang banyak, namun sangat sedikit mereka yang selamat.


2. Rindu (Al-’Isyq)

Rindu itu ialah cinta yang berlebihan, dan ada rindu yang disertai dengan menjaga diri dan ada juga yang diikuti dengan kerendahan. Maka rindu tersebut bukanlah hal yang tercela dan keji secara mutlak. Tetapi bisa jadi orang yang rindu itu, rindunya disertai dengan menjaga diri dan kesucian, dan kadang-kadang ada rindu itu disertai kerendahan dan kehinaan.

Sebagaimana telah disebutkan, dalam ucapan kami tentang cinta maka rindu juga seperti itu, termasuk amalan hati, yang orang tidak mampu menguasainya. Tapi manusia akan dihisab atas sebab-sebab yang diharamkan dan atas hasil-hasilnya yang haram. Adapun rindu yang disertai dengan menjaga diri padanya dan menyembunyikannya dari orang-orang, maka padanya pahala, bahkan Ath-Thohawi menukil dalam kitab Haasyi’ah Marakil Falah dari Imam Suyuthi yang mengatakan bahwa termasuk dari golongan syuhada di akhirat ialah orang-orang yang mati dalam kerinduan dengan tetap menjaga kehormatan diri dan disembunyikan dari orang-orang meskipun kerinduan itu timbul dari perkara yang haram sebagaimana pembahasan dalam masalah cinta.

Makna ucapan Suyuthi adalah orang-orang yang memendam kerinduan baik laki-laki maupun perempuan, dengan tetap menjaga kehormatan dan menyembunyikan kerinduannya sebab dia tidak mampu untuk mendapatkan apa yang dirindukannya dan bersabar atasnya sampai mati karena kerinduan tersebut maka dia mendapatkan pahala syahid di akhirat.

Hal ini tidak aneh jika fahami kesabaran orang ini dalam kerinduan bukan dalam kefajiran yang mengikuti syahwat dan dia bukan orang yang rendah yang melecehkan kehormatan manusia bahkan dia adalah seorang yang sabar, menjaga diri meskipun dalam hatinya ada kekuatan dan ada keterkaitan dengan yang dirindui, dia tahan kekerasan jiwanya, dia ikat anggota badannya sebab ini di bawah kekuasaannya. Adapun hatinya dia tidak bisa menguasai maka dia bersabar atasnya dengan sikap afaf (menjaga diri) dan menyembunyikan kerinduannya sehingga dengan itu dia mendapa pahala.


3. Cemburu (Al-Ghairah)

Cemburu ialah kebencian seseorang untuk disamai dengan orang lain dalam hak-haknya, dan itu merupakan salah satu akibat dari buah cinta. Maka tidak ada cemburu kecuali bagi orang yang mencintai. Dan cemburu itu ternasuk sifat yang baik dan bagian yang mulia, baik pada laki-laki atau wanita.

Ketika seorang wanita cemburu maka dia akan sangat marah ketik~asuaminya berniat kawin dan ini fitrah padanya. Sebab perempuan tidak akan menerima madunya karena kecemburuannya pada suami, dia senang bila diutamakan, sebab dia mencintai suaminya. Jika dia tidak mencintai suaminya, dia tidak akan peduli (lihat pada bab 1). Kita tekankan lagi disini bahwa seorang wanita akan menolak madunya, tetapi tidak boleh menolak hukum syar’i tentang bolehnya poligami. Penolakan wanita terhadap madunya karena gejolak kecemburuan, adapun penolakan dan pengingkaran terhadap hukum syar’i tidak akan terjadi kecuali karena kelalaian dan kesesatan.

Adapun wanita yang shalihah, dia akan menerima hukum-hukum syariat dengan tanpa ragu-ragu, dan dia yakin bahwa padanya ada semua kebaikan dan hikmah. Dia tetap memiliki kecemburuan terhadap suaminya serta ketidaksenangan terhadap madunya.

Kami katakan kepada wanita-wanita muslimah khususnya, bahwa ada bidadari yang jelita matanya yang Allah Ta’ala jadikan mereka untuk orang mukmin di sorga. Maka wanita muslimat tidak boleh mengingkari adanya ‘bidadari’ ini untuk orang mukmin atau mengingkari hai-hal tersebut, karena dorongan cemburu.

Maka kami katakan padanya :
1. Dia tidak tahu apakah dia akan berada bersama suaminya di surga kelak atau tidak.
2. Bahwa cemburu tidak ada di surga, seperti yang ada di dunia.
3. Bahwasanya Allah Subhanahu wa ta’ala telah mengkhususkan juga bagi wanita dengan kenikmatan-kenikmatan yang mereka ridlai, meski klta tidak mengetahui secara rinci.
4. Surqa merupakan tempat yang kenikmatannya belum pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan terbetik dalam hati manusia, seperti firman Allah Ta’ala :

“Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaltu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata scbagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan�?
(Q.S As-Sajdah : 17)


Oleh karena itu, tak seorang pun mengetahui apa yang tcrsembunyi bagi mereka dari bidadari-bidadari penyejuk mata sebagai balasan pada apa-apa yang mereka lakukan. Dan di sorga diperoleh kenikmatan-kenikmatan bagi mukmin dan mukminat dari apa-apa yang mereka inginkan, dan juga didapatkan hidangan-hidangan, dan akan menjadi saling ridho di antara keduanya sepenuhnya. Maka wajib bagi keduanya (suami-isteri) di dunia ini untuk beramal sholeh agar memperoleh kebahagiaan di sorga dengan penuh kenikmatan dan rahmat Allah Ta’ala yang sangat mulia lagi pemberi rahmat.

Adapun kecemburuan seorang laki-laki pada keluarganya dan kehormatannya, maka hal tersebut ‘dituntut dan wajib’ baginya karena termasuk kewajiban seorang laki-laki untuk cemburu pada kehormatannya dan kemuliaannya. Dan dengan adanya kecemburuan ini, akan menolak adanya kemungkaran di keluarganya. Adapun contoh kecemburuan dia pada isteri dan anak-anaknya, yaitu dengan cara tidak rela kalau meraka telanjang dan membuka tabir di depan laki-laki yang bukan mahramnya, bercanda bersama mereka, hingga seolah-olah laki-laki itu saudaranya atau anak-anaknya.

Anehnya bahwa kecemburuan seperti ini, di jaman kita sekarang dianggap ekstrim-fanatik, dan lain-lain. Akan tetapi akan hilang keheranan itu ketika kita sebutkan bahwa manusia di jaman kita sekarang ini telah hidup dengan adat barat yang jelek. Dan maklum bahwa masyarakat barat umumnya tidak mengenal makna aib, kehormatan dan tidak kenal kemuliaan, karena serba boleh (permisivisme), mengumbar hawa nafsu kebebasan saja. Maka orangorang yang mengagumi pada akhlaq-akhlaq barat ini tidak mau memperhatikan pada akhlaq Islam yang dibangun atas dasar penjagaan kehormatan, kemuliaan clan keutamaan.

Sesungguhnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah mensifati seorang laki-laki yang tidak cemburu pada keluarganya dengan sifat-sifat yang jelek, yaitu Dayyuuts: Sungguh ada dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabraani dari Amar bin Yasir ; serta dari Al-Hakim, Ahmad dan Baihaqi dan Abdullah bin Amr , dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ada tiga golongan yang tidak akan masuk surga yaitu peminum khomr, pendurhaka orang tua dan dayyuts. Kemudian Nabi menjelaskan tentang dayyuts, yaitu orang yang membiarkan keluarganya dalam kekejian atau kerusakan, dan keharaman.

Dikutip darikitab Ushulul Mu’asyarotil Zaujiyah, Penulis: Al-Qodhi Asy-Syaikh Muhammad Ahmad Kan’an, Edisi Indonesia “Jilid I�? Penerbit Maktabah Al-Jihad, Jogjakarta

Read More..

Jumat, 08 Mei 2009

Jangan Bersedih! Pilihlah Apa yang Telah Ditentukan Alloh.....



Bangunlah jika Dia membangunkan diri Anda, dan duduklah jika
Dia menyuruh Anda duduk! Bersabarlah ketika Allah menjadikan diri Anda
sebagai orang yang miskin, dan bersyukurlah manakala Dia menjadikan
diri Anda orang yang kaya. Itu semua akan menjadi wujud dari ikrarmiu,
"Aku rela Allah sebagai Rabb-ku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad
sebagai nabiku."

Seorang penyair mengatakan,
Janganlah merasa mampu mengatur dirimu
sebab orang yang pandai mengatur pun dapat binasa.
Terimalah Kami jika Kami memutuskan,
sebab Kami lebih berhak dari dirimu. Jangan Bersedih, Inilah Kiat-Kiat untuk Bahagia
1. Sadarilah bahwa jika Anda tidak hidup hanya dalam batasan hari
ini saja, maka akan terpecahlah pikiran Anda, akan kacau semua urusan,
dan akan semakin menggunung kesedihan dan kegundahan diri Anda.
Inilah makna sabda Rasulullah: "Jika pagi tiba, janganlah menunggu sore; dan
jika sore tiba, janganlah menunggu hingga waktu pagi."
2. Lupakan masa lalu dan semua yang pernah terjadi, karena perhatian
yang terpaku pada yang telah lewat dan selesai merupakan kebodohan dan
kegilaan.
3. Jangan menyibukkan diri dengan masa depan, sebab ia masih berada
di alam gaib. Jangan pikirkan hingga ia datang dengan sendirinya.
4. Jangan mudah terguncang oleh kritikan. Jadilah orang yang teguh
pendirian, dan sadarilah bahwa kritikan itu akan mengangkat harga diri
Anda setara dengan kritikan tersebut.
5. Beriman kepada Allah, dan beramal salih adalah kehidupan yang
baik dan bahagia.
6. Barangsiapa menginginkan ketenangan, keteduhan, dan
kesenangan, maka dia harus berdzikir kepada Allah.
7. Hamba harus menyadari bahwa segala sesuatu berdasarkan
ketentuan qadha' dan qadar.
8. Jangan menunggu terima kasih dari orang lain.
9. Persiapkan diri Anda untuk menerima kemungkinan terburuk.
10. Kemungkinan yang terjadi itu ada baiknya untuk diri Anda.
11. Semua qadha' bagi seorang muslim baik adanya.
12. Berpikirlah tentang nikmat, lalu bersyukurlah.
13. Anda dengan semua yang ada pada diri Anda sudah lebih banyak
daripada yang dimiliki orang lain.
14. Yakinlah, dari waktu ke waktu selalu saja ada jalan keluar.
15. Yakinlah, dengan musibah hati akan tergerak untuk berdoa.
16. Musibah itu akan menajamkan nurani dan menguatkan hati.
17. Sesungguhnya setelah kesulitan itu akan ada kemudahan.
18. Jangan pernah hancur hanya karena perkara-perkara yang sepele.
19. Sesungguhnya Rabb itu Maha Luas ampunan-Nya.

Jangan Bersedih, Karena Masih Ada Sebab-sebab yang
Membuat Musibah Terasa Ringan
1. Menunggu pahala dan ganjaran dari sisi Allah:
{Sesungguhnya, hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala
mereka tanpa batas.}
(QS. Az-Zumar: 10)
2. Melihat kepada orang lain yang mendapat musibah:
Seandainya bukan karena banyak orang di sekitarku yang menangisi
saudara-saudara mereka, pastilah aku akan bunuh diri.
Menolehlah ke kanan dan ke kiri. Apakah yang Anda lihat di sekeliling
hanya orang-orang yang tertimpa musibah dan ujian semua? Seperti itulah.
Di setiap hamparan lembah selalu saja ada Bani Sa'd.
3. Musibah yang menimpa diri Anda itu jauh lebih ringan dibandingkan
dengan yang menimpa orang lain.
4. Musibah itu menimpa hal-hal yang berkaitan dengan dunia saja,
bukan agama.
5. Melakukan ubudiyah dalam sebuah kepasrahan pada saat-saat
tertekan terkadang lebih agung dibandingkan dengan yang dilakukan pada
saat-saat bahagia.
6. Tidak ada siasat untuk menghindarkan musibah:
Tak usahlah berkilah untuk menghindarinya, karena berkilah untuk
menghindar hanyalah menghentikan berkilah itu sendiri.
Read More..

Senin, 06 April 2009

Yang Lalu Biar Berlalu

Mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa
dan kegagalan didalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila. Itu, sama
artinya dengan membunuh semangat, memupuskan tekad dan mengubur
masa depan yang belum terjadi.Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tak
pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam
'ruang' penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam 'penjara' pengacuhan
selamanya. Atau, diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus
cahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan
tak akan mampu mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup
memperbaikinya kembali, kegundahan tidak akan mampu merubahnya
menjadi terang, dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya kembali,
karena ia memang sudah tidak ada.
Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah
payung gelap masa silam. Selamatkan diri Anda dari bayangan masa lalu!
Apakah Anda ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke
tempatnya terbit, seorok bayi ke perut ibunya, air susu ke payudara sang
ibu, dan air mata ke dalam kelopak mata? Ingatlah, keterikatan Anda
dengan masa lalu, keresahan Anda atas apa yang telah terjadi padanya,
keterbakaran emosi jiwa Anda oleh api panasnya, dan kedekatan jiwa Anda
pada pintunya, adalah kondisi yang sangat naif, ironis, memprihatinkan,
dan sekaligus menakutkan. Membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan memupuskan masa
depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang sangat
berharga. Dalam al-Qur'an, setiap kali usai menerangkan kondisi suatu kaum
dan apa saja yang telah mereka lakukan, Allah selalu mengatakan, "Itu
adalah umat yang lalu." Begitulah, ketika suatu perkara habis, maka selesai
pula urusannya. Dan tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman
dan memutar kembali roda sejarah.
Orang yang berusaha kembali ke masa lalu, adalah tak ubahnya orang
yang menumbuk tepung, atau orang yang menggergaji serbuk kayu.
Syahdan, nenek moyang kita dahulu selalu mengingatkan orang yang
meratapi masa lalunya demikian: "Janganlah engkau mengeluarkan mayat-mayat
itu dari kuburnya." Dan konon, kata orang yang mengerti bahasa binatang,
sekawanan binatang sering bertanya kepada seekor keledai begini, "Mengapa
engkau tidak menarik gerobak?"
"Aku benci khayalan," jawab keledai.
Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan
dan justru hanya disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan
kita mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puingpuing
yang telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin
bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya mereka tidak akan pernah mampu. Sebab, yang demikian itu sudah
mustahil pada asalnya.
Orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melibat dan sedikitpun
menoleh ke belakang. Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air
akan mengalir ke depan, setiap kafilah akan berjalan ke depan, dan segala
sesuatu bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah melawan sunah
kehidupan!

Kutipa dari : La Tahzan
Read More..

Rabu, 11 Maret 2009

Wahai Jiwa yang Mempesona………Semoga Engkau membaca Coretan ini…………

Maafkan aku yang bukan seperti Saudaramu yang dulu lagi "Wahai Jiwa yang Mempesona....Sebenarnya aku juga Patah"

Ini adalah satu jawaban, kenapa selama ini saya menghilang, menghindar...dan tidak seperti dulu lagi....duduk bersama, tersenyum bersama dan menghapus air mata bersama diatas satu ikatan persaudaraan yang murni.....yang indah....
tulisan ini juga jawaban kenapa persaudaraan itu menjadi renggang...karena aku takut...aku gadis biasa yang tidak seindah dan se....se...se....yang antum kira....

Aku tidaklah segigih Hawa, yang berlari-lari antara Safa dan Marwah,
Bukan jua sesetia Ainul Mardhiah yang menanti kekasihnya di pintu syurga,
Aku juga bukan seorang Khadijah ataupun Fatimah Az Zahra,
Aku bukanlah Aisyah Humaira,
Apalagi Rabiatul Adawiyah yang mengabdikan sepenuh cinta pada Tuhannya.....
Ketahuilah olehmu Wahai jiwa yang mempesona..,
Aku sekadar mampu tuk berusaha mencoba mencontohi bunga-bunga itu
Kembang mekar mewangi sehingga harumnya melewati pintu-pintu jannah....syurga yang kita cita-citakan masuk bersama...


Wahai Jiwa yang Mempesona....jangan sesekali-kali enkau mencari kecantikan Zulaikha padaku karena aku tidak memiliki kecantikan itu,
Aku sekedar gadis biasa yang insyaAllah punya akhlak yang mampu menyejukkan mata hati....
Jangan sesekali-kali juga kau mengharapkan aku seorang Balqis, wanita hartawan,
Kekayaanku hanya kaya budi dan santun yang tiap hari kusuburi dengan taqwa dan ikhlas, biar rindangnya kelak menaungi hangat ranjau kehidupan....

Sadarilah olehmu Wahai Jiwa yang Mempesona..,
Dengan iman yang tiap hari diuji inilah kupelihara kelopakku,
Sehingga kelak jika kau memiliki aku sebagai sayap kiri perjuanganmu,
Siapapun dirimu kuyakin sepenuh yakin,
Bahwa engkaulah yang terbaik yang Allah ciptakan dan kirimkan untukku....

Jadi Untuk saat ini "Maafkan aku" dan tidak ada maksud apa-apa tuk tak membalas suratmu secara langsung, karena ketidak beranian ku untuk mengirim balasan surat antum secara langsung...karena berbagai kelemahan dan kekurangan yang saya tau sangat...Jika Alloh menghendaki, Ia kan menuntun mu tuk membaca coretan ini....Saudaraku...."Wahai Jiwa yang Mempesona"....karena keyakinanku atas keimananmu......biarkan waktu kan berbicara tentang takdir antara kita..... dan Alloh pasti kan memberikan kita yang terbaik....


Sebenarnya balasan surat ini ingin kukirimkan kepadamu wahai jiwa yang mempesona untuk membalas surat mu. Surat balasan ini dan surat mu sebenarnya ingin kuselipkan dalam satu dimensi kehidupan………., namun aku hanya gadis yang tak memiliki keberanian dalam membalas surat mu wahai jiwa yang mempesona untuk ………... sebab hati ini masih bimbang dan binggung tuk menanyakan apakah Aku hanya dia yang engkau anggap tidak lebih dari itu....

Assalamu’alaikum
Semoga ksalahan ini dimaafkan......
wahai jiwa yang mempesona……..

Tak terasa sudah beberapa bulan aku ingin membalas surat mu …yang tlah kau kirimkan hanya untukku…lama sudah aku mencoba tuk memahami, mencermati baik-baik untaian kata-kata yang tertulis dan kuberanikan tuk menulis surat balasan walau tak langsung ku kirimkan pada mu karena aku hanya gadis biasa yang tak mampu tuk memberanikan diri…. Surat yang ingin segera kuselesaikan tanpa harus mengorbankan perasaan ku atau perasaan mu. Seperti yang engkau tahu, aku selalu berusaha menjauh darimu, aku selalu berusaha tidak acuh padamu. Saat di depanmu, aku ingin tetap berlaku dengan normal walau perlu usaha untuk mencapainya.

Tahukah engkau wahai jiwa yang mempesona? Jika boleh aku beralasan, mungkin aku cuma takut engkau akan menjadi “illah” bagiku, karena itu aku mencoba untuk mengurung rasa itu jauh ke dalam, mendorong lagi, dan lagi hingga yang terjadi adalah tolakan-tolakan dan lonjakan yang membuatku semakin tidak mengerti.

Sakit hati ini bila terkadang perasaanku berbicara bahwa engkau mencintai dia dan tak ada aku dalam kamus cintamu, sakit memang, sakit terasa dan begitu amat perih. Namun 1000 kali rasa itu lebih baik saat aku mengerti bahwa senyummu adalah sesuatu yang berarti bagiku....dan aku mengerti bahwa aku harus mengalah demi kebahagiyaan seorang saudaraku dan disini kesabaranku tuk tetap meletakkan namamu jauh dari hatiku teruji.....dan saat surat mu kau kirimkan........kenangan itu terkadang membuat ku tersenyum sendiri...

Wahai jiwa yang mempesona…….., andai aku boleh memilih, mungkin aku ingin meminta agar Dia membalikkan sang waktu agar……. aku mampu mengedit saat-saat pertemuan itu hingga tak ada percakapan2 itu yang membuat hati ini terus mengingatmu, tak ada pembicaraan mu untuk mengenalkan cinta mu pada ku…..belok dari satu jalan ke jalan lain agar kau tak mungkin mengenaliku….agar aku tak tau cinta yang terpendam dalam hatimu…….Menghapus semua kemungkinan yang bisa mempertemukan kita dan lukisan satu kenangan yang kini tlah terlanjur terpatri dalam hati……

Banyak lembaran buku yang telah kutelusuri, banyak teman yang telah kumintai pendapat. Sebahagian mendorongku untuk mengakhiri segala prasangku tentangmu, karena sebahagian prasangka adalah suatu kesalahan,mereka memintaku untuk membuka tabir lisan ini juga untuk menutup semua rasa mu terhadapku. Namun di titik yang lain ada dorongan yang begitu kuat untuk tetap menahan rasa yang terlalu awal yang telah tertancap dihati ini yang tlah kau perkenalkan pada ku dan membukanya saat waktu yang indah yang telah ditentukan itu (andai itu bukan suatu mimpi).

Wahai Jiwa yang mempesona…, maafkanlah kelancangaku ini. Sungguh aku tidak ingin menanggung beban ini yang akan berujung ke sebuah kefatalan kelak jika hati ini tak mampu kutata, ……………

Wahai jiwa yang mempesona…, mungkin saat ini hatiku……, namun tak akan kuberikan setitik pun saat-saat ini karena aku telah bertekad dalam diriku bahwa saat-saat indahku hanya akan kuberikan kepada SUAMI-ku kelak.

Wahai jiwa yang mempesona……, tolong bantu aku untuk meraih PANGERAN-ku bila dia bukan engkau....

Wahai jiwa yang mempesona……, tahukah kamu betapa saat-saat inilah yang paling kutakutkan dalam diriku, jika saja Dia tidak menganugerahi aku dengan setitik rasa malu, tentu aku telah membalas surat mu sejak dulu bukan sebagai saudaramu namun sebagai kekasihmu ….. Andai rasa malu itu tidak pernah ada, tentu aku tidak berusaha menjauhimu. Kadang aku bingung, apakah penjauhan ini merupakan jalan yang terbaik yang berarti harus mengorbankan ukhuwah diantara kita atau harus mengorbankan iman dan maluku hanya demi hal yang tampak sepele yang demikian itu.

Aku yang tidak mengerti diriku.....
Ingin ku meminta kepadamu, sudikah engkau ………………………………………?! Namun wahai jiwa yang mempesona, kadang aku berpikir semua pasti berlalu dan aku merasa saat-saat ini pun akan segera berlalu, tetapi ada ketakutan dalam diriku bila aku melupakanmu.….. aku takut tak akan pernah lagi menemukan dirimu dalam diri mereka-mereka (saudariku yang lain).

Wahai jiwa yang mempesona…., ijinkan aku menutup surat ini dan biarkan waktu berbicara tentang takdir antara kita.............................................. Mungkin nanti saat dimana mungkin kau telah menimang cucu-mu dan aku juga demikian, mungkin kita akan saling tersenyum bersama mengingat kisah kita yang..... ini. Atau mungkin saat kita ditakdirkan untuk merajut jalan menuju keindahan sebahagian dari iman, kita akan tersenyum bersama betapa akhirnya kita berbuka setelah menahan perih rindu yang begitu mengguncang.....

Wahai jiwa yang mempesona...., mintalah kepada Alloh akhir yang terbaik terhadap kisah ini. Memintalah kepada-Nya agar iman yang tipis ini mampu bertahan, memintalah kepada-Nya agar tetap menetapkan malu ini pada tempatnya.

Wahai jiwa yang mempesona….. marilah kita bicara dengan nurani dan keimanan, agar semua bisa terselesaikan dengan cepat dan tuntas. Tanyakan kepada nurani tentang keimanan yang bersemayam di dalamnya? Masihkah memiliki kekuatan untuk mempertahankan Allah sebagai nomor satu dan satu-satunya? Dengan kekuatan iman, cinta kepada Allah bisa mengeliminir cinta kepada seseorang yang telah menjauhkan dari keridhaan-Nya. Cinta macam apa yang menjauhkan diri dari keridhaan Allah? Untuk apa mempertahankan cinta yang akhirnya membuahkan benci Dzat yang sangat kita harapkan cinta-Nya ?

Tanyakan pada keimanan dan nurani, siapa yang lebih dicintai, Allah ataukah aku atau kamu?“Qul Aamantu Billahi tsummastaqim!” (al-Hadits)
Kita pilih cinta Allah. Lepas ikatan perasaaan yang belum halal. Keputusan ini kita ambil demi kebaikan kita. Untuk memilih yang terbaik.
Wassalamualaikum
Read More..

Keraguan Akan Hadirnya……..

Ya Allah...
Seandainya telah Engkau catatkan
dia akan mejadi teman menapaki hidup
Satukanlah hatinya dengan hati hamba
Titipkanlah kebahagiaan diantara kami
Agar kemesraan itu abadi
Dan ya Allah... ya Tuhanku yang Maha Mengasihi
Seiringkanlah kami melayari hidup ini
Ke tepian yang sejahtera dan abadi
Tetapi ya Allah...
Seandainya telah Engkau takdirkan...
...Dia bukan untuk hamba…
Bawalah ia jauh dari pandangan hamba….
Luputkanlah ia dari ingatan hamba…
Ambillah kebahagiaan ketika dia ada disisi hamba…
Dan peliharalah hamba dari kekecewaan…….
Serta ya Allah ya Tuhanku yaang Maha Mengerti...
Berikanlah hamba kekuatan
Melontar bayangannya jauh ke atas langit
Hilang bersama senja nan merah…..dan tutupilah bayangnya dengan kabut malam…sehingga esoknya hamba bisa melihat sang mentari yang Engkau pancarkan indah dilangit nan biru…..dan agar hamba bisa berbahagia walaupun tanpa bersama dengannya

Ya Allah yang tercinta...
Gantikanlah yang telah hilang
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah, semikan kembali benih-benih yang telah Engkau karuniakan di hati kami walau mungkin rasanya masih sakit dan tidak sama dengan dirinya.... tapi hamba yakin engkau kan memberikan yang lebih baik dari dia.....

Ya Allah Ya Tuhanku...
hamba pasrah dengan takdir-Mu
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan, adalah yang terbaik dan terindah buat hamba karena Engkau Maha Mengetahui segala yang terbaik buat hamba-Mu ini

Ya Allah...
Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemelihara hamba, di dunia dan di akhirat, dengarlah rintihan dari hambaMu yang daif ini
Jangan Engkau biarkan aku sendirian
Di dunia ini maupun di akhirat
yang kan menjuruskan hamba ke arah kemaksiatan dan kemungkaran.....
Maka karurniakanlah hamba seorang yang beriman sebagai pemimpin hamba...
Supaya hamba dan ia dapat membina kesejahteraan hidup
Ke jalan yang Engkau ridhai
Dan kurniakanlah pada kami keturunan yang soleh …..
Amin... Ya Rabbal 'Alamin
Read More..

Bila Aku Jatuh Cinta……!!!

Ya Allah hamba minta izin
Bila suatu saat hamba jatuh cinta
Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau

Ya Allah Ya Rabbi
Hamba punya pinta
Bila suatu saat hamba jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas
Biar rasaku pada-Mu tetap utuh
Allahu Rabbi
Izinkanlah bila suatu saat hamba jatuh cinta
Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan
kasih-Mu
dan membuatku semakin mengagumi-Mu

Ya Allahu Ya Rabbi
Bila suatu saat hamba jatuh hati
Pertemukanlah kami
Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu

Allahu Rabbi
Pinta hamba terakhir adalah seandainya hamba jatuh hati
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dari hamba
Anugerahkanlah hamba cinta-Mu...
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu
Semoga Engkau berkenan mengabulkan permintaan hamba-Mu ini

Amin ya robal alamin…………………….
Read More..

Kasihku Abadi

Kamar hatiku, sekian lama
Suram dan sepi, kekosongan
Aku mencari insan sejati
Untuk menemani hidupku

Adam dan Hawa diciptakanNya
Disemai rasa kasih sayang
Agar bersemi ketenangan
Dan kedamaian di hati
Ku harap hanya keikhlasan
Dan ku rindukan keramahan
Aku inginkan kemesraan
Berkekalan berpanjangan

Mengasihimu, dikasihi
Menyayangimu, disayangi
Merindui dan dirindui
Saling mengerti di hati

Biar hilang kabus di wajahku
Biar tenang resah di dadaku
Terimalah serta kabulkan harapan ini
Oh Tuhan

Ku melafazkan kata penuh makna
Bersaksi Tuhan yang Maha Pemurah
Hidup mati jodoh pertemuan
Ditentu Allah yang Esa
Perkenankan hasrat di hatiku

Moga impian kan dirahmati
Dipertemukan serikandi
Susah dan senang sama harungi
Demi cinta yang hakiki
Oh...

Album : In-Team'04
Munsyid : In-Team
Read More..

Selasa, 10 Maret 2009

Cinta Pertama

Mekar di kamar hati cinta pertama
Engkau ciptaan seni idaman kasih
Antara bibir tersiratnya pekerti
KelembutanBermula kau di sini penentu bicara
Kalam kebenaran tiada berdusta
Dirimu berharga dari segala-galannya
Bertakhta keimanan untuk dipertahankan

Hadirlah cinta cinta pertama
Hadirlah cinta cinta utama
Sayangi diri ini cinta cinta pertama
Hati ini cinta cinta pertama

Tiada sia-sia menyintai diri
Sempurna sejahtara
yang mendamaikan jiwa

Album : Cinta Pertama
Munsyid : Far East
isi paragraf yang maw di sembunyikan Read More..

Jumat, 27 Februari 2009

Muhasabah Cinya

Kata pujangga cinta letaknya di hati. Meskipun tersembunyi, namun getarannya tampak sekali. Ia mampu mempengaruhi pikiran sekaligus mengendalikan tindakan. Sungguh, Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu melunakkan besi, menghancurkan batu karang, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta (Jalaluddin Rumi).

Alangkah indahnya Islam! Di dalamnya ada syariat yang mengatur bagaimana
seharusnya manusia mengelola perasaan cintanya, sehingga menghasilkan
cinta yang lebih dalam, lebih murni, dan lebih abadi. Cinta seperti ini
diilustrasikan dalam sebuah syair karya Ibnu Hasym, seorang ulama
sekaligus pujangga dan ahli hukum dari Andalusia Spanyol dalam bukunya
Kalung Burung Merpati (Thauqul Hamamah), "Cinta itu bagaikan pohon,
akarnya menghujam ke tanah dan pucuknya banyak buah."
Ingatkah saat Anda dulu jatuh cinta? Atau mungkin saat ini Anda tengah
mengalaminya? Itulah yang sedang terjadi pada salah seorang sahabat saya.
Akhir-akhir ini tingkah lakunya berubah drastis. Ia jadi suka termenung
dan matanya sering menerawang jauh. Jemari tangannya sibuk ketak-ketik di
atas tombol telpon genggamnya, sambil sesekali tertawa renyah, berbalas
pesan dengan pujaan hatinya. Di lain waktu dia uring-uringan, namun begitu
mendengar nada panggil polyphonic dari alat komunikasi kecil andalannya
itu, wajahnya seketika merona. Lagu-lagu romantis menjadi akrab di
telinganya. Penampilannya pun kini rapi, sesuatu yang dulu luput dari
perhatiannya. Bahkan menurutnya nuansa mimpi pun sekarang lebih
berbunga-bunga. Baginya semuanya jadi tampak indah, warna-warni, dan wangi
semerbak.

Lebih mencengangkan lagi, di apartemennya bertebaran buku-buku karya
Kahlil Gibran, pujangga Libanon yang banyak menghasilkan masterpiece
bertema cinta. Tak cuma menghayati, kini dia pun menjadi penyair yang
mampu menggubah puisi cinta. Sesekali dilantunkannya bait-bait syair.
"Cinta adalah kejujuran dan kepasrahan yang total. Cinta mengarus lembut,
mesra, sangat dalam dan sekaligus intelek. Cinta ibarat mata air abadi
yang senantiasa mengalirkan kesegaran bagi jiwa-jiwa dahaga."

Saya tercenung melihat cintanya yang begitu mendalam. Namun, tak urung
menyeruak juga sebersit kontradiksi yang mengusik lubuk hati. Sebagai
manusia, wajar jika saya ingin merasakan totalitas mencintai dan dicintai
seseorang seperti dia. Tapi bukankah kita diwajibkan untuk mencintai Allah
lebih dari mencintai makhluk dan segala ciptaan-Nya?

Lantas apakah kita tidak boleh mencintai seseorang seperti sahabat saya
itu? Bagaimana menyikapi cinta pada seseorang yang tumbuh dari lubuk hati?
Apakah cinta itu adalah karunia sehingga boleh dinikmati dan disyukuri
ataukah berupa godaan sehingga harus dibelenggu? Bagaimana sebenarnya
Islam menuntun umatnya dalam mengapresiasi cinta? Tak mudah rasanya
menemukan jawaban dari kontroversi cinta ini.

Alhamdulillah, suatu hari ada pencerahan dari tausyiah dalam sebuah
majelis taklim bulanan. Islam mengajarkan bahwa seluruh energi cinta
manusia seyogyanya digiring mengarah pada Sang Khalik, sehingga cinta
kepada-Nya jauh melebihi cinta pada sesama makhluk. Justru, cinta pada
sesama makhluk dicurahkan semata-mata karena mencintai-Nya. Dasarnya
adalah firman Allah SWT dalam QS Al Baqarah 165, "Dan di antara manusia
ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman amat sangat cintanya kepada Allah."

Jadi Allah SWT telah menyampaikan pesan gamblang mengenai perbedaan dan
garis pemisah antara orang-orang yang beriman dengan yang tidak beriman
melalui indikator perasaan cintanya. Orang yang beriman akan memberikan
porsi, intensitas, dan kedalaman cintanya yang jauh lebih besar pada
Allah. Sedangkan orang yang tidak beriman akan memberikannya justru kepada
selain Allah, yaitu pada makhluk, harta, atau kekuasaan.

Islam menyajikan pelajaran yang berharga tentang manajemen cinta; tentang
bagaimana manusia seharusnya menyusun skala prioritas cintanya. Urutan
tertinggi perasaan cinta adalah kepada Allah SWT, kemudian kepada
Rasul-Nya (QS 33: 71). Cinta pada sesama makhluk diurutkan sesuai dengan
firman-Nya (QS 4: 36), yaitu kedua orang ibu-bapa, karib-kerabat (yang
mahram), anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya. Sedangkan
harta, tempat tinggal, dan kekuasaan juga mendapat porsi untuk dicintai
pada tataran yang lebih rendah (QS 9: 24). Subhanallah!

Perasaan cinta adalah abstrak. Namun perasaan cinta bisa diwujudkan
sebagai perilaku yang tampak oleh mata. Di antara tanda-tanda cinta
seseorang kepada Allah SWT adalah banyak bermunajat, sholat sunnah,
membaca Al Qur'an dan berdzikir karena dia ingin selalu bercengkerama dan
mencurahkan semua perasaan hanya kepada-Nya. Bila Sang Khaliq memanggilnya
melalui suara adzan maka dia bersegera menuju ke tempat sholat agar bisa
berjumpa dengan-Nya. Bahkan bila malam tiba, dia ikhlas bangun tidur untuk
berduaan (ber-khalwat) dengan Rabb kekasihnya melalui shalat tahajjud.
Betapa indahnya jalinan cinta itu!

Tidak hanya itu. Apa yang difirmankan oleh Sang Khaliq senantiasa
didengar, dibenarkan, tidak dibantah, dan ditaatinya. Kali ini saya baru
mengerti mengapa iman itu diartikan sebagai mentaati segala perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-Nya. Seluruh ayat-Nya dianggap sebagai
sesuatu yang luar biasa sehingga seseorang yang mencintai-Nya merasa
sanggup berkorban dengan jiwa, raga, dan harta benda demi membela
agama-Nya.

Totalitas rasa cinta kepada Allah SWT juga merasuk hingga sekujur roh dan
tubuhnya. Dia selalu mengharapkan rahmat, ampunan, dan ridha-Nya pada
setiap tindak-tanduk dan tutur katanya. Rasa takut atau cemas selalu
timbul kalau-kalau Dia menjauhinya, bahkan hatinya merana tatkala
membayangkan azab Rabb-nya akibat kealpaannya. Yang lebih dahsyat lagi,
qalbunya selalu bergetar manakala mendengar nama-Nya disebut. Singkatnya,
hatinya tenang bila selalu mengingat-Nya. Benar-benar sebuah cinta yang
sempurna... Puji syukur ya Allah, saya menjadi lebih paham sekarang! Cinta
memang anugerah yang terindah dari Maha Pencipta. Tapi banyak manusia
keliru menafsirkan dan menggunakannya. Islam tidak menghendaki cinta
dikekang, namun Islam juga tidak ingin cinta diumbar mengikuti hawa nafsu
seperti kasus sahabat saya tadi.

Jika saja dia mencintai Allah SWT melebihi rasa sayang pada kekasihnya.
Bila saja pujaan hatinya itu adalah sosok mukmin yang diridhai oleh-Nya.
Dan andai saja gelora cintanya itu diungkapkan dengan mengikuti
syariat-Nya yaitu bersegera membentuk keluarga sakinah, mawaddah, penuh
rahmah dan amanah... Ah, betapa bahagianya dia di dunia dan akhirat...

Namun hati-hati juga dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para pecinta palsu. Cinta yang tidak dilandasi kepada Allah. Itulah para pecinta dunia, harta dan wanita. Dia lupa akan cinta Allah, cinta yang begitu agung, cinta yang murni.

Cinta Allah cinta yang tak bertepi. Jikalau sudah mendapatkan cinta-Nya, dan manisnya bercinta dengan Allah, tak ada lagi keluhan, tak ada lagi tubuh lesu, tak ada tatapan kuyu. Yang ada adalah tatapan optimis menghadapi segala cobaan, dan rintangan dalam hidup ini. Tubuh yang kuat dalam beribadah dan melangkah menggapai cita-cita tertinggi yakni syahid di jalan-Nya.

Tak jarang orang mengaku mencintai Allah, dan sering orang mengatakan mencitai Rasulullah, tapi bagaimana mungkin semua itu diterima Allah tanpa ada bukti yang diberikan, sebagaimana seorang arjuna yang mengembara, menyebarangi lautan yang luas, dan mendaki puncak gunung yang tinggi demi mendapatkan cinta seorang wanita. Bagaimana mungkin menggapai cinta Allah, tapi dalam pikirannya selalu dibayang-bayangi oleh wanita/pria yang dicintai. Tak mungkin dalam satu hati dipenuhi oleh dua cinta. Salah satunya pasti menolak, kecuali cinta yang dilandasi oleh cinta pada-Nya.

Di saat Allah menguji cintanya, dengan memisahkanya dari apa yang membuat dia lalai dalam mengingat Allah, sering orang tak bisa menerimanya. Di saat Allah memisahkan seorang gadis dari calon suaminya, tak jarang gadis itu langsung lemah dan terbaring sakit. Di saat seorang suami yang istrinya dipanggil menghadap Ilahi, sang suami pun tak punya gairah dalam hidup. Di saat harta yang dimiliki hangus terbakar, banyak orang yang hijrah kerumah sakit jiwa, semua ini adalah bentuk ujian dari Allah, karena Allah ingin melihat seberapa dalam cinta hamba-Nya pada-Nya. Allah menginginkan bukti, namun sering orang pun tak berdaya membuktikannya, justru sering berguguran cintanya pada Allah, disaat Allah menarik secuil nikmat yang dicurahkan-Nya.

Itu semua adalah bentuk cinta palsu, dan cinta semu dari seorang makhluk terhadap Khaliknya. Padahal semuanya sudah diatur oleh Allah, rezki, maut, jodoh, dan langkah kita, itu semuanya sudah ada suratannya dari Allah, tinggal bagi kita mengupayakan untuk menjemputnya. Amat merugi manusia yang hanya dilelahkan oleh cinta dunia, mengejar cinta makhluk, memburu harta dengan segala cara, dan enggan menolong orang yang papah. Padahal nasib di akhirat nanti adalah ditentukan oleh dirinya ketika hidup didunia, Bersungguh-sungguh mencintai Allah, ataukah terlena oleh dunia yang fana ini. Jika cinta kepada selain Allah, melebihi cinta pada Allah, merupakan salah satu penyebab do’a tak terijabah.

Bagaimana mungkin Allah mengabulkan permintaan seorang hamba yang merintih menengadah kepada Allah di malam hari, namun ketika siang muncul, dia pun melakukan maksiat.

Bagaimana mungkin do’a seorang gadis ingin mendapatkan seorang laki-laki sholeh terkabulkan, sedang dirinya sendiri belum sholehah.

Bagaimana mungkin do’a seorang hamba yang mendambakan rumah tangga sakinah, sedang dirinya masih diliputi oleh keegoisan sebagai pemimpin rumah tangga..

Bagaimana mungkin seorang ibu mendambakan anak-anak yang sholeh, sementara dirinya disibukkan bekerja di luar rumah sehingga pendidikan anak terabaikan, dan kasih sayang tak dicurahkan.

Bagaimana mungkin keinginan akan bangsa yang bermartabat dapat terwujud, sedangkan diri pribadi belum bisa menjadi contoh teladan

Banyak orang mengaku cinta pada Allah dan Allah hendak menguji cintanya itu. Namun sering orang gagal membuktikan cintanya pada sang Khaliq, karena disebabkan secuil musibah yang ditimpakan padanya. Yakinlah wahai saudaraku kesenangan dan kesusahan adalah bentuk kasih sayang dan cinta Allah kepada hambanya yang beriman…

Dengan kesusahan, Allah hendak memberikan tarbiyah terhadap ruhiyah kita, agar kita sadar bahwa kita sebagai makhluk adalah bersifat lemah, kita tidak bisa berbuat apa-apa kecuali atas izin-Nya. Saat ini tinggal bagi kita membuktikan, dan berjuang keras untuk memperlihatkan cinta kita pada Allah, agar kita terhindar dari cinta palsu.

Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan hambanya yang betul-betul berkorban untuk Allah Untuk membuktikan cinta kita pada Allah, ada beberapa hal yang perlu kita persiapkan yaitu:

1) Iman yang kuat

2) Ikhlas dalam beramal

3) Mempersiapkan kebaikan Internal dan eksternal. kebaikan internal yaitu berupaya keras untuk melaksanakan ibadah wajib dan sunah. Seperti qiyamulail, shaum sunnah, bacaan Al-qur’an dan haus akan ilmu. Sedangkan kebaikan eksternal adalah buah dari ibadah yang kita lakukan pada Allah, dengan keistiqamahan mengaplikasikannya dalam setiap langkah, dan tarikan nafas disepanjang hidup ini. Dengan demikian InsyaAllah kita akan menggapai cinta dan keridhaan-Nya.
Wallahua'lam bish-showab
Read More..