Subscribe

RSS Feed (xml)



Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Rabu, 23 Desember 2009

Hikmah Mati Lampu


Mati Lamu... duhai gelapnya...Mati AC... duhai gerahnya...Ups jadi kayak lagu dangdut.....
Begitulah dunia dengan segala keterbatasanya senantiasa mengingatkan kita akan hal-hal yang selama ini mungkin lupa untuk kita syukuri. Padamnya listrik tentu bukan hal positif, akan tetapi cukup mengingatkan kita untuk menyadari betapa nikmatnya listrik yang selama ini kita nikmati. Dimana sakit akan mengingatkan kita akan nikmatnya sehat, litrikpun demikian, dengan muatanya yang positif dan negatif, memberikan manfaat pada kehidupan namun tak sedikit pula kejahatan karenanya. Tentunya semua tidak lepas dari pengunanya. Listrik kedudukanya sama dengan ilmu, tepat sekali jika ilmu dianalogikan sebagai air. Teh, kopi, sirup tidak mungkin dinikmati tanpa air. Kedudukan air tetap murni/suci tinggal bagaimana memanfaatknya. Jika listrik mempunyai muatan positif dan negatif tidak ubahnya ilmu dimana kita mengenal kebaikan dan keburukan juga dengan ilmu. Jika kita hanya mengenali kebaikan tanpa mempedulikan keburukan dapat diibaratkan melangkah yang memerlukan kaki kanan dan kiri, tentulah jalan akan pincang jika hanya mengandalkan sebelah kaki saja. Menghendaki pahala (buah) namun enggan menanam, apalagi memupuk dan menyiraminya. Salahkah bila buah gugur?..

Satu hal yang sangat menarik mungkin kita kurang menyadarinya, dimana mukjizat terbesar Rosululloh adalah Al-Qur'an = Kalamulloh. Kita mengenal adanya sejarah (manusia mengenal tulisan) dan prasejarah (belum mengenal tulisan). Dalam Al-Qur'an = Qur'an sering disebut sebagai Kitab (buku). Dimana sejarah pencatatnya (himpunan/mushaf) adalah yang terbaik dan tak perlu diragukan lagi kemurniannya. Sebagai suatu kitab yang sempurna, tanpa campur tangan manusia mengenai isinya. Yang demikian ini tidak terjadi pada kitab-kitab sebelumnya. Dan diturunkan dalam bahasa Arab yang memiliki struktur bahasa yang sempurna.


Namun sangat disayangkan jika ilmu pengetahuan Barat lebih mendominasi ranah keilmuan kita. Bangsa Arab (Timur-Tengah) gagal sebagai leader Ilmu Pengetahuan yang sebelumnya sempat pesat, kesemuanya tidak lepas dari fitnah dan goncangan demi goncangan yang menerpa Islam. Dan keengganan kita sendiri untuk memperjuangkan Risalah ini. Lihatlah nasib guru ngaji yang tak pernah menuntut upah, dan banyak lagi hak-hak mereka yang tidak kita penuhi, kita lupa untuk mengenali sifat-sifat mereka. Karena kita terlanjur menyisihkan agama sebagai urusan akhirat belaka, memisahkannya dengan urusan dunia. Memecah kayu diatas kuburan... (ups sejauh itukah?) well see...

Jika kita melihat Al-Qur'an secara global, apa yang dikatakan Ahli Kitab, tentunya tidak hanya dinisbatkan kepada orang Nasrani, ataupun Yahudi saja. Dalam artian siapapun yang mempelajari Kitabulloh (rukun iman).
Mari kita telusuri penamaan Al-Qur'an, sebagian besar ulama berpendapat bahwa asal kata qara'a (membaca) dimana wahyu pertama turun dengan perintah "baca". Nabi Muhammad SAW sebagai seorang Rosul diperintah untuk membacakan kepada umatnya. Dan kita mengenalinya sekarang berupa Kitab untuk dibaca. Penamaan Qur'an sendiri belum pernah dipakai atau ada pada Arab Jahiliah. Dan banyak lagi istilah-istilah baru yang dikenalkan Rosululloh, begitu juga dalam Al-Qur'an sendiri. Disinilah mukjizat sebenarnya yang memang Qur'an dipersiapkan untuk umat akhir zaman sudah menyangkut berbagai aspek sebagai berita seluruh alam. Jika ditelusuri mendetail adalah titik balik sejarah untuk mengenali masa lampau yang kesemuanya tercatat dalam kitab yang nyata (dalam Lohmafus). Seberapa nyatakah?

Dimensi Qur'an sangat luas dari awal penciptaan sampai akhirat. Yang gaib maupun yang nyata; hanya dalam satu kitab yang bercahaya yang memiliki tingkatan makna, sebagaimana 7 langit telah diciptakan. Allohuakbar...

Mari kita telusuri :

"Allah menamakan keseluruhan kitab-Nya dengan Qur’an, sementara bangsa Arab menamakan keseluruhannya karyanya dengan istilah Dîwân. Bagian dari al-Qur’an disebut surah, sementara dalam kalam Arab disebut qashîdah. Bagian yang lebih kecil lagi disebut ayat, sementara dalam kalam Arab disebut bait. Selanjutnya, bagian akhir ayat dinamai fâshilah, sementara hal serupa dalam kalam Arab disebut qâfiyah.1 Keunikan ini juga dikarenakan sifat hakikat bahasa yang terkandung dalam al-Qur’an sendiri yang memiliki fungsi yang berbeda dengan fungsi bahasa lainnya dalam komunikasi antar umat manusia." dikutip dari http://www.scribd.com/doc/16766939/MELACAK-ASALUSUL-KATA-ALQURAN">http://www.facebook.com/l/4fc04;>http://www.scribd.com/doc/16766939/MELACAK-ASALUSUL-KATA-ALQURAN..

Sekarang bandingkan dengan bahasa Indonesia :
Kata "sejarah" secara harafiah berasal dari kata Arab (šajarah) yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri sejarah disebut (tarikh). Kata "tarikh" dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah "waktu". Ilmu Sejarah juga disebut sebagai Ilmu Tarikh atau Ilmu Babad.
Jika kita telusuri sejarah bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu, jika diibaratkan sungai bahasa Indonesia seperti muara dimana berbagai arus pengetahuan bertemu antara arab, cina dan india dan peninggalan penjajah (barat). Namun kesastraan Arab sangat dominan, walaupun arti katanya kadang berbeda jauh namun jika diambil suatu lingkaran menjadi bulat. Jika anda jeli dalam kaitan ini adalah sajarah (pohon), pahala (buah) dan akan lebih lengkap lagi jika kita terus gali asal-usul kata. Dimana saya mengisyaratkan akan Kalam dalam pengertian seluas-luasnya adalah jembatan antara Alam dengan Ilmu, masing-masing punya jejak dan saling menguatkan jika ditinjau dari Ruang-Gerak-Waktunya.

Semakin menarik bukan? Yuk kita browshing asal-usul (etimologi), walaupun ada asal-usul yang kadang ngasal, Insya Alloh kita akan bisa membedakannya...Maha benar Alloh atas segala firmanNYA dalam Al-Quranulkarim...
Read More..